Chapter 6 - Penyerangan

Lina berada di depan pintu Fregrin, namun ia masih mendengar beberapa suara dalam kamar Fregrin, itu membuatnya mengetuk pintu kamar Fregrin.

"Masuklah." Lina memasuki kamar Fregrin dan melihat Fregrin terlihat sedang menulis sesuatu dengan simbol-simbol yang bervariasi yang jelas adalah sebuah kinerja sihir.

"Ada apa kau mendatangiku malam-malam Lina?" Nada yang dingin, sama sekali tak terlihat seperti Fregrin yang biasanya dalam pandangan Lina.

"Ah tidak, saya hanya..." Lina terlihat terdiam sejenak, namun mata Fregrin mendeliknya dengan tatapan yang bingung.

"Ada masalah ap-" Sebuah laser datang menuju arah Fregrin dan itu keluar dari telapak tangan Lina yang saat ini sedang mempersiapkan beberapa sihir lain.

Fregrin tadi segera menghindar karena ini sudah masuk dalam rencananya, ada kemungkinan bahwa kakak pertamanya akan mencoba untuk membunuhnya, setidaknya ia tak mengira akan secepat ini.

"Cih, seharusnya aku menunggumu tidur lalu membunuhmu dengan mudah." Puluhan jarum es keluar dan menyerang Fregrin. Namun kecepatan Fregrin adalah sesuatu yang tak dapat dihadapi dengan mudah oleh Lina.

"Tidur? aku tak pernah merencanakan untuk tidur malam dalam 2 minggu mendatang dan sepertinya rencana milikku ini mendapat nilai sempurna bukan?" Fregrin menyeringai lebar, ia segera bermanuver menggunakan kekuatan penuh untuk keluar dari kamarnya.

Lina pun tentu mengikutinya juga karena tugasnya adalah membunuhnya, walau sangat pangeran tak akan memarahi dirinya, itu adalah sebuah kelalaian dan sebuah kegagalan baginya untuk membiarkan terget lepas, ia adalah seorang pembunuh.

Ketika Fregrin sudah hampir keluar dari milayah dalam istana, ada sebuah pelindung tak kasat mata yang muncul secara tiba-tiba dan menghalangi jalannya untuk keluar.

Fregrin tak perlu mencari tahu siapa yang melakukannya, hanya ada 1 orang yang terkenal sangat ahli dalam melakukan hal ini di Kerajaan Pangea, tidak lain tidak bukan, ia adalah sang pangeran pertama sekaligus kakaknya, Froza Pangea.

"Wah sepertinya kakak pertama memang sudah memulai rencananya yah. Baiklah kalau begitu, aku tak akan segan-segan lagi." Auranya bocor, energi memenuhi udara di sekitarnya, jumlah energi yang sangat luar biasa, bahkan dapat membuat Froza sedikit terkejut dengan itu.

"Ada apa kakak? apakah kau cukup terkejut dengan hal ini? apa kau takut padaku kakak?" Melihat raut wajah Froza terasa sangat nikmat saat ini, padahal ini hanyalah sebuah demonisasi.

"Kau bersekongkol dengan suku iblis yang kejam itu? ternyata keputusanku untuk membunuhmu tidaklah salah." Tatapan yang penuh dengan kebencian segera nampak dengan jelas pada raut wajah Froza.

Seluruh tumbuhan yang berada di sekitar istana menjadi gila dan memanjang lalu menyerang Fregrin secara brutal Fregrin terus berusaha menghindari semua serangan tersebut, namun ketika ia cukup yakin dengan keamanannya, seorang wanita dengan pedang yang terbuat dari es segera menebasnya.

Itu benar-benar mengenai dirinya dengan telak, namun berkat demonisasi ditambah dengan energi miliknya yang melimpah tubuhnya sangat keras, lalu ia juga memiliki regenerasi yang baik.

Demonisasi diakibatkan oleh Azmo yang memberinya seluruh kekuatan miliknya, namun tetap saja ia sedikit sulit menghadapi salah satu orang terkuat di Pangea dengan tambahan 5% kekuatan Azmo, itu benar-benar sulit.

Ditambah lagi Lina yang ternyata memiliki kekuatan besar yang tak dijelaskan oleh ingatan Fregrin, ia bertaruh bahwa Fregrin juga belum tahu hal ini.

"Pangeran, kurasa kita tak dapat mengalahkannya dengan cara biasa."

"Yah, aku setuju denganmu Lina, oleh sebab itu akan kupakai kekuatan asliku."

"Tunggu tuan, apakah itu tak apa?" Suara Lina bergetar merasa khawatir pada Froza yang akan melepaskan kekuatannya yang sengaja ia segel.

"Santai saja Lina, tak ada masalah, sekarang mundurlah." Froza mengusap kepala Lina lalu berjalan mendekati Fregrin, sedangkan Lina hanya dapat pergi menjauh karena sadar bahwa ia hany akan menjadi beban bagi Froza.

Fregrin merasakan sebuah hal yang kuat dari dalam tubuh Froza, kekuatan mengerikan yang merangsek keluar dari tubuh Froza, sebuah spirit yang sangat kuat.

Hanya dalam sekejap, Demonisasi dari Azmo menghilang. Itu tentu sangat mengejutkan ditambah ia melakukannya tanpa melakukan apapun, namun saat ini ia sama sekali tak dapat menyalahkan Azmo. Karena bahkan dirinya saat ini merasakan kekuatan Froza yang melonjak hingga puluhan kali lipat.

Itu adalah sebuah Angel soul, kekuatan yang mirip seperti Demonisasi, namun jauh lebih kuat karena telah menyatu dengan penggunanya sendiri. Hal yang sangat merepotkan.

Fregrin benar-benar ingin secepatnya kabur, namun itu tak mungkin dikarenakan penghalang yang masih aktif. Ia sama sekali tak mengantisipasi kekuatan kakaknya yang bahkan dapat membuat Azmo ketakutan.

Seluruh tubuh Froza menjadi putih dan memunculkan sayap yang berwarna emas berkilau dan warna matanya pun ikut menjadi emas. Tatapan darinya cukup untuk membuat Fregrin merinding.

Bola-bola cahaya yang berjumlah ratusan tebentuk di udara dan menyerang Fregrin, namun Fregrin sudah tak berada di tempat itu lagi, namun kemanapun ia pergi, Froza selalu dapat menemukannya, rasanya ia seperti menjadi maha tahu.

"Menyerahlah Fregrin, kau lebih baik menyerahkan nyawamu dan iblis didalam dirimu." Itu adalah suara yang tulus, ia benar-benar tak ingin membunuh Fregrin dan Fregrin juga menyadarinya.

Ia hanya melakukannya demi tujuannya yang baik walau ia sedang tersesat. Ia hanya mengharapkan kebaikan bagi rakyat Pangea yang menderita akibat kekuasaan Raja Frederic.

Menanggapi perkataan Froza, Frederic hanya tersenyum dengan lembut dan meraih sebuah pedang yang berada di pinggangnya dan segera membelah dinding perisai tak kasat mata yang menghalangi dirinya untuk pergi.

Ia pun segera keluar dari penghalang tersebut. Di sisi lain, Froza terlihat sangat terguncang ketika melihat Froza dapat menghancurkan penghalang sempurna miliknya. Ia ingin mengejar, namun terdengar suara teriakan dari arah Lina berada.

Ia harus memilih antara 2 pilihan, namun pada akhirnya ia memilih untuk mendatangi Lina dan membiarkan Fregrin kabur.

Ketika ia sampai di tempat Lina, yaitu lamar Fregrin, ia melihat keadaan Lina yang buruk. Lengan kanan Lina dalam keadaan terpotong dan tergeletak di lantai.

Tanpa berkata apapun, Froza segera memegangi bahu Lina yang meringis kesakitan. Dalam sekejap, dari bahu tersebut sebuah tangan kembali tumbuh persis seperti tangan yang telah terpotong.

Setelah selesai, dengan lembut Froza bertanya, "apa yang terjadi?"

"Maaf tuan saya menjadi beban bagi anda, saya sebelumnya mencoba untuk memeriksa buku milik Tuan Fregrin." Lina menunjuk pada sebuah buku berwarna hitam yang tergeletak di lantai.

Tatapan Froza segera beralih padanya, itu memunculkan suatu rasa peda dirinya yang membuatnya mendekati buku tersebut. Entah apa yang menancingnya, namun ia tetap membuka buku tersebut.

Hal itu pun membuat suatu hal yang tak diinginkan terjadi.

Di sisi lain, Fregrin berjalan menyusuru kota dengan senyum lebar yang penuh dengan rasa puas.