Chereads / Raja Akshara / Chapter 14 - Mencari Dalang Kerusuhan.

Chapter 14 - Mencari Dalang Kerusuhan.

Wanita itu terus berlari sambil menolehkan kepala nya ke se segala arah, untuk memastikan jika tak ada yang mengikuti nya, sampai ia pada sebuah gua yang merupakan tempat pertemuan diri nya dengan pria berjubah hitam itu. ia menunggu kemunculan pria berjubah hitam itu, selang tak berapa lama ia melihat pria berjubah hitam itu datang. Tanpa basa basi wanita itu langsung meminta bayaran pada pria berjubah hitam itu.

"Aku sudah menjalankan apa yang kau perintahkan, sekarang aku minta bayaran kerja ku", kata wanita itu pada pria berjubah hitam itu.

"Baik ini bayaran mu", kata pria berjubah hitam itu sambil memberikan sekantong koin emas. Wanita itu mengambil uang itu dan melihat isi kantong tersebut, ia lalu tersenyum puas dan berbalik arah meninggal kan pria berjubah hitam itu.

Saat ia berbalik arah dan akan pergi meninggalkan pria tersebut, tiba tiba sebuah pedang melesat dan menghujam masuk kedalam jantung nya.

"Ahhh bajing*n kau, aku sudah menuruti dan melaksanakan tugas ku, tapi kau malah membunuh ku", kata wanita itu.

"Aku tak mungkin membiarkan kau hidup setelah mengetahui rahasia ku ini", sambil menancap kan makin dalam pedang nya itu.

"Ahhhhh bajing*n kau, semoga dewata memberikan hukuman padamu pria laknat", kata wanita itu sambil berusaha menarik penutup wajah si pria tersebut.

Tangan wanita itu di tepinya lalu ia mendorong dan menendang tubuh wanita itu sampai jatuh dan terkena batu gua. pria itu mendekati wanita yang sedang sekarat itu, ia mencabut pedang yang tertancap di jantung nya. wanita itu langsung menggelepar kesakitan, dari mulut nya mengeluarkan darah dan tak lama kemudian wanita itu telah mati dengan cara mengenaskan.

Pria itu kembali mengambil kantong uang yang sebelum nya ia kasih pada wanita itu dan membiarkan wanita itu tergeletak di sana.

Pria berjubah hitam itu kemudian meninggalkan tempat itu dan kembali ke asalnya. tak lama kemudian beberapa orang pencari kayu bakar, melihat jasad wanita yang telah mati itu, kemudian salah satu dari mereka pergi melaporkan kejadian ini ke kerajaan kurusetra. setelah mendapatkan laporan dari pencari kayu tersebut, pengawal langsung mendatangi tempat kejadian bersama kepala patroli kerajaan. mayat wanita yang meninggal itu kemudian di bawa ke kerajaan untuk di kenali oleh rakyat kurusetra, apakah yang meninggal ini merupakan keluarga mereka.

Saat jasad wanita ini di bawa ke kerajaan, pangeran yudistira yang sedang berkeliling untuk patroli menghentikan iring iringan pengawas kerajaan dan bertanya pada komandan patroli apa yang sebenarnya sedang terjadi. komandan patroli mengatakan jika para pencari kayu menemukan jasad wanita yang sudah mati di hutan dekat goa lowo. Pangeran penasaran dengan jasad wanita yang di temukan, kemudian ia membuka kain penutup jenazah itu. Pangeran terkejut karena jenazah yang di ketemukan itu merupakan wanita yang di cari cari nya selama ini. kemudian pangeran memerintahkan untuk di bawa ke kerajaan secepatnya dan mencari tau siapa keluarga si jenazah ini, ia juga memerintahkan para pengawas menyelidiki kasus kematian wanita ini. kemudian jasad wanita ini di bawa ke balai rakyat untuk diperiksa para tabib untuk, mencari tau penyebab kematian wanita ini.

Selama para tabib mencari penyebab kematian, komandan patroli mengumumkan tentang kematian wanita tersebut dan juga memerintahkan prajurit untuk mencari keberadaan keluarga si wanita tersebut.

Pangeran yudistira kembali ke kerajaan dan bertemu dengan raja agung dan raja mahesa di aula kerajaan, kemudian pangeran menceritakan hal yang terjadi saat ini, sampai tentang masalah fitnahan yang terjadi hingga menyebabkan pertikaian. Raja mahesa berpendapat jika memang ada seseorang yang di suruh untuk melakukan ini semua, dan seperti nya di dalam kerajaan ini masih ada mata mata dari kerajaan tersebut. mendengar kemungkinan seperti ini pangeran jaka dan raja agung berfikir untuk menutup dan memperketat penjagaan agar hal ini tidak terjadi lagi.

Pangeran Akshara dan putri diah sedang menikmati tarian dari dayang, lebih tepatnya menikmati ketampanan kekasihnya itu, baik akshara maupun diah sebenarnya mereka tidak terlalu memperhatikan tarian itu karena mereka lebih asyik bercanda berdua, bahkan para dayang, putri laksmi, putri jelita dan pangeran jaka malah memperhatikan mereka berdua.

"Pangeran putri diah beruntung ya bisa mendapatkan pangeran setampan dan sehebat pangeran akshara, aku tak pernah tau jika ada pangeran seperti dia sebelum nya di kerajaan blambangan", kata putri jelita.

"Iya dinda, putri diah memang beruntung, tapi memang aku pun baru tau jika ada pangeran yang tampan seperti itu, hampir semua kerajaan di babat tanah jawa ini aku pernah kunjungi, tapi tak pernah bertemu dengan pangeran ini", kata pangeran jaka.

putri laksmi hanya terdiam dan hanya bisa melihat kemesraan yang di tunjukkan oleh mereka berdua.

Tiba tiba pangeran yudistira datang, ia kemudian menuju pangeran akshara dan putri diah, setelah mendengar itu mereka bertiga segera berdiri dan bersiap meninggalkan kerajaan. Saat mereka akan keluar mereka di hentikan oleh pangeran jaka, ia bertanya pada pangeran yudistira mengapa sampai tergesa gesa seperti itu, kemudian pangeran yudistira menyuruh ikut jika ingin tau sebenarnya, akhirnya mereka semua ikut pangeran yudistira ke balai rakyat. setelah sampai di sana mereka melihat seorang nenek tua sedang menangis sambil memeluk wanita yang meninggal itu.

"Nduk kamu kok tinggalin mbah sendiri". kata nenek tua itu.

"Maaf nek, apa nenek ini neneknya mbak yang meninggal ini", tanya pangeran yudistira.

"Iya pangeran saya nenek nya anak ini pangeran", jawab si nenek.

"Maaf nek kalo boleh tau nama mbak nya ini siapa ya nek, karena saya tanya beberapa pelayan istana seperti nya tidak ada yang tau nama asli mbak ini nek", kata pangeran yudistira.

"Namanya tiwuk pangeran, memang cucu saya ini baru dua hari kerja di istana, cucu saya ini bekerja di istana karena di bantu seseorang pangeran", kata nenek itu.

"Kalo boleh tau siapa yang membantu mbak tiwuk masuk ke istana?", tanya pangeran yudistira.

"Saya kurang tau pangeran, tetapi dia memakai jubah hitam dan dari suaranya terdengar seperti laki laki yang sudah tua pangeran", jawab si nenek.

"Pria berjubah hitam?", kata mereka bersamaan.

"seperti nya memang yang menyerang kerajaan dan yang menyuruh mbak nya ini adalah orang yang sama", kata pangeran akshara.

"Jadi menurut mas apa orang ini masih di istana kita?", tanya putri diah.

"Ya dan seperti nya dia akan merencanakan sesuatu lagi". kata pangeran akshara.

di saat mereka sedang berdiskusi, mahapati mahardika rejaksono datang, mahapati ini merupakan orang kepercayaan pangeran jaka dan mendiang permaisuri rani.

"Ada apa pangeran mencari hamba", kata mahapati mahardika.

"Paman patih saya minta patih mencari orang yang telah membunuh orang ini", kata pangeran jaka.

"Baiklah pangeran segera hamba akan laksanakan", kata mahapati mahardika sambil pergi meninggalkannya.

Pangeran Akshara merasa ada yang aneh dengan mahapati mahardika, hanya saja ia tak punya bukti sehingga ia tak berani menyimpulkan nya, apalagi jika patih mahardika adalah orang kepercayaan mendiang permaisuri, ia tak boleh gegabah menuduhnya.

Setelah mahapati mahardika pergi, tak lama kemudian mahapati dwi andika mada datang menghadap pangeran yudistira, sama dengan pangeran jaka, pangeran yudistira pun menyuruh patih kepercayaan nya untuk mencari keberadaan si pembunuh itu. Berbeda dengan mahapati mahardika, pangeran akshara lebih menyukai patih dwi andika di bandingkan dengan patih mahardika.

Pangeran Akshara meminta agar nanti bisa berbicara dengan patih dwi andika, sang pangeran menyanggupi nya, ia berjanji akan menyuruh patih dwi andika untuk menemui nya setelah urusannya selesai. Akhirnya mereka semua kembali ke istana.

Di istana pangeran akshara mulai berfikir bagaimana cara nya bisa memata matai patih mahardika, karena menurut nya ada sesuatu yang sedang di rencanakan dan itu pasti sesuatu yang tidak baik.

selang beberapa waktu kemudian, patih dwi andika sudah datang menghadap nya.

"Salam pangeran, kata pangeran yudistira anda memanggil hamba, apa ada sesuatu pangeran?", tanya patih dwi andika.

"Iya patih dan itu sangat penting dan berbahaya", kata pangeran akshara.