Chereads / Raja Akshara / Chapter 19 - Siapa Yang Paling Kuat

Chapter 19 - Siapa Yang Paling Kuat

Dua orang yang di tugaskan untuk menghancurkan gerbang itu adalah Wongso bersaudara, mereka memang terkenal sebagai pembunuh berdarah dingin. Mereka adalah Pengikut setia Raja Buto Eja, Paman berambut putih panjang itu bernama Broto Geni Wongso dan paman berjenggot putih panjang itu bernama Angkoro Geni Wongso kakak dari Broto Geni Wongso.

Broto Geni memiliki ilmu kekuatan angin sedangkan Angkoro Geni memiliki ilmu kekuatan api, jika mereka menggunakan dan menggabungkan ilmu mereka, di pastikan orang yang menerima serangan tersebut akan menerima kerusakan pada dirinya atau bahkan menyebabkan kematian. Mereka berdua tak menyangka jika mereka harus menggunakannya ketika mereka melawan pemuda yang bernama Akshara itu.

Broto geni mulai mengeluarkan ilmu angin nya itu, pusaran angin yang di buatnya itu mulai terlihat meski pusaran nya saat ini sangat lah kecil. Broto Geni terus mengumpulkan energi tenaga dalam nya melalui putaran kedua tangannya itu. Pusaran angin sedikit demi sedikit mulai terlihat besar, Pangeran Yudistira, Pangeran Jaka dan mahapati Dwi Andika terlihat ketakutan jika pusaran itu sampai mengenai mereka dan gerbang kerajaan, karena sudah di pastikan akan menimbulkan cidera dan kerusakan di mana mana.

Belum sempat habis rasa takut mereka, mereka di kejutkan lagi oleh ilmu api yang dikeluarkan Angkoro Geni. Angkoro geni juga mengeluarkan energi api dari putaran kedua tangan nya itu, ia kemudian memasukkan api yang di keluarkan nya itu kedalam pusaran angin milik adiknya itu sehingga membuat pusaran angin api yang besar dan panas.

Sontak para prajurit kerajaan berlarian menghindar dari pusaran api besar yang panas itu, Pangeran Yudistira dan pangeran Jaka bingung harus berbuat apa, karena menurut mereka pusaran angin api ini tak mungkin bisa di hancurkan dan sudah pasti akan menghancurkan mereka saat ini.

"Kakang Akshara sekarang bagaimana ini, jika pusaran ini sampai mengenai kita sudah pasti kita akan terbakar hidup hidup kakang", kata pangeran Yudistira yang terlihat ketakutan dan cemas itu.

"Dimas Yudistira tenang saja, cukup lihat dan perhatikan apa yang akan aku lakukan", kata pangeran Akshara dengan tenang.

Di wisma prajurit terdengar kehebohan, prajurit yang menjaga gerbang kerajaan itu kembali dengan membawa berita yang menggemparkan, ia mengatakan jika saat ini ada dua orang yang berniat untuk menghancurkan gerbang kerajaan dengan menggunakan angin api, Raja Agung dan Raja Mahesa yang mendengar berita ini langsung pergi dengan kudanya menuju gerbang kerajaan. Putri Diah yang mengetahui berita ini pun langsung pergi menuju gerbang kerajaan, untuk melihat suaminya di sana.

Di gerbang kerajaan pusaran angin api yang dibuat wongso bersaudara itu makin besar dan siap di arahkan ke arah pangeran dan mahapati di sana.

"Paman apa hanya jurus ini andalan mu paman paman pendekar? ", tanya pangeran Akshara.

"Iya ini adalah jurus pamungkas kami dan jurus ini akan cukup membawa kalian kembali ke alam baka hahaha", kata Angkoro Geni tertawa.

"Sebegitu yakin nya kalian pada jurus ini, sampai sampai kalian bisa memastikan kematian kami ada di tangan kalian hah !!!!, ingat paman di atas langit masih ada langit", kata pangeran Akshara mengejek.

Pangeran Yudistira, Pangeran Jaka dan mahapati Dwi Andika bingung, mengapa di saat seperti ini pangeran Akshara malah memprovokasinya, mereka takut jika wongso bersaudara ini marah dan mempercepat serangan nya.

"Kakang, mengapa kakang membuat mereka marah, apa tidak sebaiknya kita berbicara baik baik dengan mereka, supaya mereka tidak meneruskan rencana mereka ini kakang", kata pangeran Yudistira dengan ketakutan.

"Dimas tenang saja, ilmu seperti ini tak akan bisa menghancurkan kita dimas, kan sudah kukatakan dimas tenang saja cukup lihat saja dimas", kata pangeran Akshara.

"Sombong sekali ucapan mu anak muda, baiklah jika ilmu ini tak ada apa apanya untuk mu maka terimalah jurus pamungkas ini hiattt!!!!!", teriak Angkoro sambil melepaskan jurusnya ke arah pangeran Akshara.

"Awas pangeran, awas pangeran, awas pangeran, menghindar,menghindar!!!!!", teriak para prajurit dan pangeran Yudistira.

Melihat pusaran angin api itu menuju ke arahnya, Pangeran Akshara tidak menghindarinya, bahkan pangeran Akshara malah berjalan dengan santai ke arah pusaran itu. Para prajurit tak percaya, begitupun dengan pangeran Yudistira, Pangeran Jaka dan mahapati Dwi Andika, jika pangeran Akshara tidak menghindarinya dan malah mendekatinya. Raja Agung dan Raja Mahesa melihat pangeran Akshara masuk ke dalam pusaran itu, bahkan putri Diah berteriak ketika melihat suaminya masuk pusaran api itu. Putri Diah berlari menangis dan berusaha mengejar suami tercintanya itu. Raja Mahesa menangkap putri Diah agar tak mengikuti cucu nya itu.

"Kakek lepaskan aku, biarkan aku mengikuti suamiku kek hiks hiks hiks", kata putri Diah sambil menangis.

"Jangan Jangan kesana cucuku, suamimu baik baik saja, tenang saja ilmu seperti ini tak akan mampu melukai nya", kata raja Mahesa.

Mendengar ucapan raja Mahesa, sontak membuat bingung orang orang sekitar nya, bahkan raja Agung, putri Diah juga pangeran Yudistira dan pangeran Jaka tak percaya dengan ucapan raja Mahesa, karena saai ini mereka melihat pangeran Akshara masuk di dalam pusaran angin api yang besar itu, sudah pasti siapapun yang berada di dalam nya akan terbakar.

"Kakek, kakek yakin suamiku akan baik baik saja ?", tanya putri Diah.

"Iya kakek serius cucuku, lihat saja apa yang akan terjadi nanti", kata kakek meyakinkan.

"Hei kakek tua jangan bicara omong kosong, cucumu pasti mati di dalam pusaran ini kakek, kecuali jika cucumu itu seorang dewa hahaha", kata Broto Geni mengejek.

Tiba tiba dari pusaran muncul lingkaran berwarna biru yang menyelimuti pusaran api itu, sehingga membuat orang orang di sekitar nya yang tadinya mereka merasakan hawa panas, sekarang mereka merasakan hawa dingin, bahkan pusaran api yang besar itu makin lama makin mengecil dan "bruarrrr", bunyi ledakan di dalam lingkaran itu membuat pusaran angin api itu menghilang, bahkan saat ini yang terlihat cuma kumpulan asap saja di dalam lingkaran itu.

Wongso bersaudara tak menyangka jika jurus pamungkasnya bisa di kalahkan dengan mudah, meskipun begitu ia yakin jika pangeran Akshara mati di dalam lingkaran itu.

Lingkaran berwarna biru itu sedikit demi sedikit mulai menghilang dan asap yang berada di dalam lingkaran itu mulai keluar, hawa panas kembali terasa saat asap menguap keluar, dan saat asap sedikit demi sedikit menghilang, terlihat sosok bayangan muncul. Makin lama makin terlihat sosok asli dari bayangan itu, Iya sosok pangeran Akshara mulai terlihat jelas, pakaian yang dipakai pangeran Akshara terlihat terbakar meski tak semuanya terbakar hanya di beberapa bagian pakaian itu memang terbakar, tapi tubuh pangeran Akshara mulus seolah olah api tak dapat mengenai tubuhnya itu, sontak pemandangan ini membuat orang orang yang melihat ini takjub dengan ilmu yang dimiliki pangeran Akshara, bahkan Wongso bersaudara terlihat ketakutan, ia tak menyangka jika pemuda di depannya itu memiliki kekuatan yang melebihi mereka.

Pangeran Akshara langsung menatap tajam ke arah Wongso bersaudara itu, Broto Geni dan Angkoro Geni langsung terlihat pucat, ia paham jika saat ini nyawa mereka di ujung tanduk.

"Bagaimana paman, kan sudah kubilang apa benar ini jurus andalan kalian? karena kalo memang ini jurus andalan kalian dan ini satu satunya jurus yang kalian punya, maka aku kecewa, aku berharap kalian masih memiliki ilmu kuat lainnya dan dapat menunjukkan nya padaku", kata pangeran Akshara.

Sebenarnya Wongso bersaudara masih memiliki ilmu, tapi ilmu ini hanya ilmu untuk melarikan diri saja, Broto Geni melirik ke arah kakak nya itu dan Angkoro paham maksud lirikan saudara nya itu, ia kemudian bersiap siap menggunakan jurus bayangan nya itu.

Pangeran Akshara yang mengetahui jika musuhnya akan melarikan diri, dengan cepat ia melumpuhkan Wongso bersaudara itu, pangeran Akshara menotok tubuh Wongso bersaudara itu sehingga mereka tak bisa bergerak.

Pangeran Akshara menyuruh prajurit untuk membawa mereka ke penjara kerajaan untuk di interogasi.

Putri Diah lalu berlari dan memeluk suami nya itu ia takut jika harus berpisah dengan suaminya itu.