Chereads / Raja Akshara / Chapter 18 - Serangan Di Mulai

Chapter 18 - Serangan Di Mulai

Mahapati Andika mulai bersiap siap dengan serangan yang tiba tiba itu, bahkan untuk pengamanan di pintu gerbang, mahapati sudah menambahkan prajurit untuk berjaga. Selain itu mahapati juga menambah penjaga an di dalam istana, kejadian ini sontak membuat pihak kerajaan menjadi khawatir dan takut jika akan terjadi sesuatu.

Raja Mahesa dan Raja Agung langsung bertanya kepada mahapati andika, apa yang sebenarnya terjadi saat ini, karena ia melihat banyak kejanggalan yang terjadi.

Pangeran Akshara kemudian menceritakan apa sebenarnya yang terjadi, ia menceritakan tentang burung merpati yang masuk ke kediaman mahapati mahardika dan juga isi surat itu, saat mendengar mahapati mahardika mengkhianati kerajaan, Raja Agung malu dan marah, ia tak sabar ingin membunuh mahapati mahardika itu.

Saat Raja agung ingin marah dan membunuh nya, pangeran Akshara menghalangi nya ia menyuruh agar raja Agung untuk bersabar, karena menurut pangeran untuk memancing semua prajurit khusus keluar, mahapati mahardika masih di perlukan. Pangeran menjelaskan rencana apa yang sedang di buatnya itu. Sang raja yang mendengar rencana pangeran itu, Akhirnya tersenyum senang, ia tak menyangka jika menantunya ini selain sakti, ia juga pintar strategy, dengan cara ini raja optimis bisa menangkap sekaligus menumpas pemberontak di kerajaan ini.

Raja Agung sengaja melonggarkan keamanan, yang bertujuan agar pemberontak segera keluar dan mempercepat serangan mereka.

Mahapati Mahardika tak menyadari jika ia telah masuk perangkap pangeran Akshara dan raja Agung, mahapati memasukkan prajurit prajurit khusus yang telah menyamar itu ke dalam istana, ia telah memberi pengarahan kepada prajurit prajurit khusus itu, mereka telah bersiap siap di posisi mereka masing masing untuk mengadakan penyerangan.

Mahapati Dwi Andika dengan Pangeran Yudistira di perintahkan oleh pangeran Akshara untuk berjaga jaga di gerbang kerajaan, untuk mengantisipasi serangan dari luar kerajaan, sedangkan pangeran Akshara menjaga di dalam istana sendirian.

Raja Mahesa bersama Raja Agung dan beberapa prajurit menjaga putri diah, ratu Ambalika dan Ratu Ambar yang mengungsi ke wisma prajurit.

Pangeran Jaka bingung mengapa di istana ini tak terlihat Raja Mahesa dan Raja Agung. Bahkan putri dan ratu pun tak terlihat, yang terlihat hanya pangeran akshara sendiri di istana yang sedang duduk di singgasana ayahnya itu. Pangeran Jaka sempat berfikir apa ayahnya telah memberikan tahta kerajaan pada pangeran Akshara, tapi meskipun benar ia pun akan menerima nya, karena saat ini pangeran Akshara adalah satu satunya yang pantas untuk menggantikan ayahnya itu. Sebenarnya prajurit prajurit yang di istana adalah prajurit prajurit khusus mahapati mahardika dan pangeran Akshara mengetahui nya, pangeran sudah bisa membaca pikiran mahapati mahardika, mahapati mahardika hanya mengincar anggota kerajaan keturunan ratu ambalika sedang kan ia tidak berniat mencelakai keturunan permaisuri rani.

Saat pangeran Jaka ingin bicara dengan pangeran Akshara tiba tiba mahapati mahardika datang dengan lima belas prajurit khususnya, mereka bersiap menyerang pangeran akshara.

Pangeran Jaka bingung mengapa mahapati kepercayaan nya menghunuskan pedangnya ke arah pangeran Akshara.

"Mahapati ada apa ini, mengapa mahapati membawa pasukan seperti ini?", Tanya pangeran Jaka.

"Pangeran Jaka tenang saja, saya melakukan ini semua untuk pangeran, ayo prajurit semuanya serang pangeran Akshara!!", kata mahapati mahardika.

"Kalian ingin membunuhku? ayo kalian maju semuanya", kata pangeran Akshara.

Semua prajurit maju bersamaan menyerang pangeran Akshara, pangeran Akshara sudah siap dengan serangan prajurit, ia menunggu di singgasana dengan tenang, saat pedang ingin mengenai pangeran Akshara, tiba tiba pangeran Akshara menghilang, prajurit bingung kemana pangeran Akshara. Di saat mereka bingung tiba tiba mereka di kejutkan serangan pangeran Akshara.

"Whuzzz Whuzzz" bunyi ayunan pedang pangeran Akshara pada prajurit prajurit khusus itu dan "brakkk !!!" bunyi prajurit prajurit itu terjatuh dan terlempar.

Prajurit prajurit itu lalu terkapar bersimbah darah dan tak sadarkan diri, Mahapati Mahardika dan Pangeran Jaka bergidik ngeri melihat ilmu yang di keluarkan oleh pangeran Akshara, bayangkan saja lima belas prajurit khusus yang terlatih dengan mudah di kalahkan, bahkan pasukan khusus itu tak mampu berdiri setelah menerima serangan dari pangeran Akshara.

"Mahapati Mahardika apa hanya segini saja kemampuan prajurit khusus milikmu?" kata pangeran Akshara yang muncul tiba tiba di samping pangeran Jaka sambil tersenyum dengan senyum yang menakutkan.

Mahapati Mahardika langsung mundur dengan raut muka yang ketakutan, ia melihat pangeran Akshara layaknya dewa kematian, Mahapati Mahardika tau hidup nya tak akan lama lagi, baginya tak mungkin untuk melawan pangeran Akshara apalagi kabur, maka mahapati mahardika langsung bersujud memohon ampunan pangeran Akshara agar ia mau bermurah hati mengampuni nyawa nya.

"Pangeran saya tau saya salah, saya mohon ampun tuanku, saya akan melakukan apa saja agar yang mulia mau mengampuni nyawa saya", pinta mahapati mahardika.

lalu pangeran Akshara berjalan mengelilingi mahapati mahardika,"Baiklah aku akan mengampuni nyawa mu jika kamu mau menjawab pertanyaan ku dengan jujur", kata pangeran Akshara.

"Baik yang mulia, saya akan menjawab semua pertanyaan dari mu yang mulia", kata mahapati mahardika.

"Sekarang jawab jujur, siapa yang membuat permaisuri rani meninggal ? kalau kau berbohong aku tak segan segan menyiksamu", kata pangeran Akshara sambil mengeluarkan cahaya merah dari tangan kanan pangeran Akshara.

Mahapati Mahardika ketakutan melihat cahaya yang keluar itu, pangeran jaka pun tak kalah takjub nya, tapi pangeran jaka bingung kenapa pangeran Akshara bertanya mengenai kematian ibunya pada mahapati mahardika.

"Cepat jawab mahapati !!!", kata pangeran Akshara.

"Baik baik pangeran, saya akan menjawab", kata mahapati mahardika.

"Yang melakukan ini semua adalah saya pangeran, saya melakukan ini karena perintah Raja Buto Eja dari kerajaan dadap, ia mengatakan selama saya mengikuti semua perkataannya, ia berjanji akan membuat pangeran Jaka menjadi raja Kurusetra selanjutnya", jawab mahapati mahardika.

Mendengar kata kata mahapati mahardika, pangeran Jaka menjadi marah ia tak menyangka jika ibunya itu mati karena di sebabkan mahapati kepercayaan nya itu.

"Mahapati mengapa kau melakukan itu !!!", kata pangeran Jaka dengan marah.

"Maaf pangeran saya melakukan itu semua untuk kebaikan pangeran, bukan untuk kepentingan saya pangeran", kata mahapati mahardika.

Pangeran Jaka langsung mengeluarkan pedang dan mengarahkan pedangnya ke leher mahapati mahardika, saat pedang ingin menyentuh leher mahapati mahardika, pangeran Akshara langsung menahan pedang pangeran Akshara.

"Pangeran mengapa kau hentikan pedang ku ini, aku ingin sekali membunuh orang yang telah menyebabkan ibu ku mati !!!!", kata pangeran Jaka.

"Maaf pangeran, aku tak bisa membiarkan kau membunuh nya saat ini, lagi pula mahapati setia dengan mu, mengapa kamu ingin sekali membunuh nya, dia mungkin mengkhianati kerajaan ini, tapi ia tak pernah mengkhianati mu, kau dengar sendiri kan ini semua untuk mu agar bisa menjadi raja", kata pangeran Akshara.

"Tapi aku tak bisa terima karena untuk menjadi raja aku harus kehilangan ibuku", jawab pangeran Jaka.

"Ini semua takdir dari yang maha kuasa pangeran, karena mati dan hidup seseorang itu sudah di tentukan oleh yang maha kuasa pangeran, jadi meskipun seandainya permaisuri tidak mati di tangan mahapati mahardika, tapi ada kemungkinan permaisuri akan mati karena seseorang, karena memang takdirnya dari awal umur permaisuri itu tak panjang pangeran, jadi saya harap pangeran bisa menerima ini semua", kata pangeran Akshara.

Pangeran Jaka menyadari jika perkataan pangeran Akshara itu benar, ia lalu menuruti pangeran Akshara, ia kemudian menurunkan pedang nya itu.

"Berarti penyerangan ini pun atas perintah dari raja Buto Eja juga ?", tanya pangeran Akshara.

"Be... benar yang mulia", jawabnya.

"Baiklah karena mahapati telah menjawab dengan jujur aku akan mengampuni nyawa mu, aku akan memenjarakan mu, karena bagaimana pun juga keadilan harus di tegak kan, biar nanti paduka raja yang menentukan hukuman untuk mu", kata pangeran Akshara.

Pangeran Akshara memanggil prajurit yang telah bersembunyi di sekitar aula kerajaan, ia memerintah kan untuk memasukkan mahapati mahardika ke penjara dan sebagian prajurit yang lainnya di perintahkan untuk membersihkan prajurit khusus yang telah tewas itu.

Pangeran Jaka kagum akan kebijaksanaan dan kehebatan pangeran Akshara, ia bangga mempunyai kakak ipar seperti itu, meskipun yang di nikahinya adalah putri diah kakak tirinya itu, tapi ia menganggap nya sama.

"Pangeran Jaka, meskipun nanti pangeran bukan raja di Kurusetra, aku berjanji akan menjadi kan mu raja di kerajaan yang lebih besar dari kerajaan Kurusetra ini", kata pangeran Akshara.

"Terima kasih kakanda pangeran Akshara, tapi buat saya tak penting jadi atau tidaknya saya menjadi raja, yang penting kerajaan ini aman pangeran", jawabnya.

"Pangeran Jaka pantas menjadi raja, karena memang seperti itulah sifat raja, lebih mementingkan kerajaan di bandingkan dirinya sendiri", puji pangeran Akshara.

Pangeran Akshara kemudian menaiki kudanya menuju gerbang kerajaan di ikuti oleh pangeran Akshara dari belakangnya.

Ketika sampai di gerbang ia melihat mahapati Dwi Andika dan pangeran yudistira sedang berperang dengan prajurit musuh. Mahapati Dwi Andika dan pangeran Yudistira terlihat kewalahan ketika melawan ke dua pimpinan prajurit itu, dengan cepat pangeran Akshara melompat ke tengah tengah mereka.

"Kalian mundur biar aku yang melayani mereka berdua", kata pangeran Akshara.

Pangeran Yudistira dan mahapati Dwi Andika langsung mundur, ia tau kekuatan pangeran Akshara, karena itu ia membiarkan pangeran Akshara melawan mereka berdua.

"Jangan sombong kau anak muda, apa kau pikir kami ini anak kecil yang bisa kamu kalahkan dengan mudah?", kata salah satu pemimpin prajurit itu yang berjengot putih panjang itu.

"Saya bukan sombong paman, saya hanya mengatakan yang sebenarnya, silahkan paman paman kesatria bisa mencoba nya", jawabnya.

"Baiklah biar saya duluan kakang, saya ingin melihat apa mulut besarnya sebesar kekuatan nya", kata pemimpin prajurit yang berambut panjang dan berwarna putih itu.

"Whuzz" suara pedang pemimpin prajurit yang langsung menyerang ke arah pangeran Akshara, tapi dengan mudah ia menghindarinya, pangeran Akshara sudah memperkirakan serangan itu.

"Kakang seperti nya ia benar benar memiliki kemampuan", kata pemimpin berambut panjang itu.

"Baik lah ayo kita gunakan cara yang biasanya, kita harus menyelesaikan secepatnya", kata pemimpin berjengot panjang itu.

Akhirnya mereka mulai serius....