Kerajaan Lawu begitu orang orang menyebutnya, sebuah kerajaan besar yang terletak di lereng gunung Lawu, dimana rakyat nya hidup dalam keamanan dan kesejahteraan.
Sang raja bijaksana yang bernama Raden Kromo Batara Lawu berhasil membuat kerajaan nya yang awalnya kerajaan kecil, sekarang menjadi tiga kerajaan besar di babad tanah Jawa ini.
Beliau memiliki seorang istri yang bernama Dewi Ambar Prameswari, Ratu Dewi Ambar ini berasal dari blambangan, anak dari Raja Mahesa Dwi Seno. Raja Mahesa adalah raja tertua yang masih menjadi raja di tanah babad jawa ini, meskipun blambangan bukan kerajaan yang besar tapi pengaruh dari kerajaan ini sangat besar, ketika kerajaan blambangan dan kerajaan lawu memiliki hubungan, maka pengaruh kerajaan lawu makin tak tertandingi dan di segani oleh kerajaan lain, sehingga tak heran Banyak kerajaan kerajaan kecil yang bergabung dengan kerajaan nya, hingga kerajaan ini menjadi kerajaan besar. berbeda dengan kerajaan lain yang harus menaklukkan dengan cara kekerasan, kerajaan Lawu menaklukkan kerajaan lain dengan cara diplomasi dan pendekatan yang baik, sehingga kerajaan itu mau bergabung dengan keinginan sendiri dan bukan paksaan, dalam hal ini mereka menjalankan sistem simbiosis mutualisme, dimana kerajaan kerajaan yang bergabung ini saling melengkapi dan menutupi kekurangan-kekurangan kerajaan yang lain nya. Oleh karena itu tak heran jika kerajaan kerajaan besar tidak dapat menyerang kerajaan kerajaan yang berada di dalam naungan kerajaan Lawu.
Berbeda dengan kerajaan Dadap yang harus berperang untuk mempertahankan kerajaannya, kerajaan Lawu tidak harus berperang, kecuali jika memang harus dan terpaksa untuk berperang. dan biasanya kerajaan lawu berperang jika kerajaan sekutunya di serang oleh kerajaan lain, bahkan sang raja Batara Lawu yang akan turun tangan untuk membantu kerajaan sekutunya itu.
Kerajaan Lawu sebenarnya tidak memiliki musuh, karena mereka tidak pernah menggunakan kekerasan dalam menaklukkan kerajaan lain, tetapi musuh terbesar bagi kerajaan Lawu ini sebenarnya berasal dari pihak keluarga sendiri, adik dari Raja Batara Lawu yang bernama, Raden Tejo Alu Pati yang sangat iri hati akan keberhasilan sang kakak, yang mampu membuat kerajaan nya menjadi kerajaan besar yang di takuti kerajaan besar lainnya.
Raden Tejo Alu mulai berusaha mempengaruhi orang orang penting kerajaan agar memberontak terhadap sang raja.
Sudah pasti bukan lah hal yang mudah untuk mempengaruhi mereka, selain sang raja memang baik dan bijaksana, sang raja amat sangat dicintai rakyatnya, sehingga sangat tidak mungkin rakyat nya ingin melakukan pemberontakan seperti yang di inginkan oleh Raden Tejo Alu itu.
Mau tidak mau Raden Tejo Alu harus meminta kepada kerajaan besar lainnya untuk membantunya kudeta agar bisa naik tahta menggantikan sang raja itu.
sebuah sekenario licik sudah di persiapkan oleh Raden Tejo Alu itu, bahkan diam diam Raden Tejo Alu mulai menyusun rencana pemberontakan, yang di bantu oleh kerajaan Tengger dan Kerajaan Dadap.
Raden Tejo Alu Pati mulai menemui Raja Durona Daha Wisesa raja dari kerajaan Tengger dan Raja Buto Eja Kertajaya dari kerajaan Dadap. Mereka bertiga ingin membicarakan soal penyerangan kekerajaan lawu itu, Raden Tejo Alu Pati itu mengatakan jika malam Kamis Kliwon sang raja akan mengadakan pesta tujuh bulanan sang ratu dan dipastikan sang raja akan kelelahan, jika seperti itu maka akan mudah bagi mereka menyerang sang raja.
"Bagaimana persiapan prajurit rahasia kita ?", tanya Raden Tejo Alu Pati.
"Semuanya sudah siap pangeran, tinggal menunggu perintah pangeran saja", kata Raja Buto Eja dari kerajaan dadap yang memang terkenal dengan prajurit rahasianya itu.
"Baik mulai besok saya akan mulai memasukkan prajurit khusus ini ke dalam kerajaan, tapi pastikan prajurit yang kalian bawa ini adalah prajurit terbaik yang kalian miliki", kata Raden Tejo Alu Pati.
"Pasti pangeran, prajurit yang kami kirim ini adalah prajurit kelas satu pangeran, kita tak mungkin menyerahkan tugas ini kepada prajurit biasa', kata Raja Buto Eja.
"Tapi pangeran jangan lupa, setelah pangeran menjadi raja pangeran harus ingat kesepakatan kita", kata Raja Durona Daha Wisesa.
"Benar itu pangeran kita sudah bekerja sama sejauh ini, saya harap pangeran tidak mengkhianati kita", kata Raja Buto Eja menimpali perkataan Raja Durona Daha Wisesa.
"Tenang saja saya pasti tak akan berkhianat, lagi pula Raja Durona Daha dan Raja Buto Eja akan menjadi ayah saya hehehe", kata Raden Tejo Alu Pati sambil tertawa.
"Tapi pangeran yakin putriku mau bersanding dengan pangeran ?", tanya Raja Durona Daha.
"Raja tenang saja, saya yakin putri kinanti akan segera melupakan Raja Batara Lawu dan akan menerima cinta saya ini", kata pangeran Raden Tejo Alu Pati.
"Baiklah jika putri kinanti bersedia menikah dengan pangeran, saya sebagai ayahnya tak akan menolak pangeran untuk menjadi menantu saya hehehe", kata Raja Durona Daha tertawa.
"Baiklah jika semua sudah siap, saya akan kembali ke kerajaan dulu untuk mempersiapkan semuanya", kata Pangeran Tejo Alu yang meminta ijin pamit pulang ke kerajaannya.
"Silahkan pangeran ", jawab mereka bersamaan.
.....Di Kerajaan Lawu....
Raja mendatangi sang Ratu yang sedang bersantai di Taman Bunga kerajaan lawu, kemudian Raja membelai rambut sang Ratu dan juga mengusap usap perut sang Ratu yang besar itu.
"Tumben Kanda menemui ku, biasanya pagi seperti ini kanda masih di aula kerajaan bersama Mahapati dan yang lainnya", kata sang Ratu.
"Memangnya Kanda tak boleh menemui dinda di waktu pagi seperti ini ? ", tanya sang Raja.
"Ya boleh lah, kan dinda tidak melarang, dinda cuma bertanya kok tumben kanda pagi pagi masih ada waktu untuk menemui dinda, karena menurut dinda ini kali pertama loh kanda seperti ini", kata sang Ratu.
"Hem sebenarnya kanda juga bingung kenapa kanda ingin sekali kesini, entah lah dinda kanda juga susah untuk menjelaskan kepada dinda, dinda memang benar tadi itu kanda sedang rapat dengan Mahapati, penasihat dan yang lainnya, tapi tiba tiba jantung nya sakit dan seperti ada yang menuntun untuk pergi ke taman dan bertemu dengan dindw, tetapi ketika bertemu dengan dinda tiba tiba jantung tenang lagi", kata sang Raja.
"Sebaiknya kanda secepatnya menemui para tabib, dinda takut terjadi apa apa dengan kanda", kata sang Putri dengan perasaan cemas
"Dinda tenang saja, kanda baik baik saja kok, dinda apa sebaiknya ayahanda kita beritahu soal tujuh bulanan ini? kanda takut nanti ayahanda marah kepada kanda nanti", kata sang Raja.
"Kanda tenang saja kemarin dinda sudah menyuruh dua orang prajurit untuk pergi ke blambangan dengan membawa surat dari dinda", kata sang Ratu.
Akhirnya sang Raja menemani Ratu di Taman Bunga pagi ini meskipun di aula Mahapati dan yang lainnya sedang menunggu dirinya.