Chereads / Tentara dan Dokternya / Chapter 11 - Pembangunan waduk

Chapter 11 - Pembangunan waduk

"Profesor, aku sudah meneliti sedikit mengenai virus ini. Tapi menurutku ini bukan virus melainkan sebuah makhluk kecil mematikan, yang tidak lain adalah bakteri. Bagaimana menurut mu?" Maria berbicara dengan atasannya.

Pria tua berkepala botak yang memakai kaca mata kotak, memerhatikan virus yang dibawa Maria. Profesor ini lah yang menyatakan cintanya kepada Bianca saat itu. Namanya Profesor Bald.

"Ini jelas virus, strukturnya sangat sesuai dengan virus pada umumnya. Hanya saja virus ini sangat cepat beregenerasi hanya butuh hitungan detik untuk mereka bertambah banyak," kata Profesor Bald.

"Aku akan menemukan obatnya sesegera mungkin. Kau rawatlah dahulu pasien yang masih terjangkit. Apa masih banyak?" Maria dan Profesor Bald berjalan ke luar laboratorium.

"Tidak, hanya tersisa pasien yang berasal dari luar desa saja."

"Harusnya kalian mengisolasi daerah yang terkena virus."

"Sudah, kami mengisolasi desa dan juga mengisolasi pasien di kamar khusus. Kami juga tidak mengerti bagaimana mungkin ada pasien lain yang berasal dari luar desa padahal akses keluar dan masuk desa sudah ditutup keseluruhan."

"Benarkah? Mungkin letak daerah yang berdekatan penyebabnya."

"Letak daerah satu dan yang lainnya lumayan jauh, Professor."

"Baiklah, aku akan mencari jawaban dari kerisauanmu. Jangan lupa titipkan salamku pada Bianca. Berhati-hatilah," ucap Profesor Bald.

Maria kemudian menemui Theo yang masih diam di restoran tadi.

"Sudah selesai?" Tanya Theo yang langsung mematikan rokoknya begitu Maria tiba.

"Sudah, Profesor Bald yang akan meneliti virus ini lebih lanjut. Dan makhluk itu memang virus tapi virus jenis baru."

"Oke, kita kembali sekarang?" Maria mengangguk menandakan ia menyetujui Theo.

****

John dan para kadet hari ini akan membangun waduk untuk mengairi sawah. John sudah berdiskusi dengan kepala desa untuk menyalurkan air dari sungai di gunung. Air itu juga bisa di alirkan ke rumah penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.

"Mr. Miller, kami sudah menggali waduknya setinggi dua meter. Apa itu kurang?" Tanya penduduk.

"Gali hingga tiga meter," ucap John.

John juga tidak hanya menyuruh saja. Tapi tugas John dan para kadet membuat pipa yang nantinya akan berguna untuk saluran air dari mata air ke waduk. Panjang pipa yang akan dibuat adalah sepanjang 3000 meter. Semua dilakukan murni hanya dengan tenaga manusia. Karena kendaraan besar tidak bisa pergi ke desa yang letaknya di pelosok hutan.

"Melelahkan bukan?" Teriak John sambil menyipitkan matanya karena silau matahari.

"Yes sir!" Teriak para kadet tanpa menghentikan pekerjaan mereka.

"Bekerjalah lebih keras sedikit! Kita harus menyelesaikan waduk ini dalam waktu seminggu. Paham?"

"Yes sir!"

Jennifer dan Bianca membantu para wanita memasak untuk makan siang para kadet dan yang lainnya. Bianca sangat senang dengan pekerjaan ini. Sudah sebulan dirinya hanya mengurus virus yang melanda Desa Bari.

"Mrs. Bianca tanpa di duga ternyata kau pandai memasak," kata seorang ibu rumah tangga.

"Sebenarnya aku sangat senang memasak, tapi karena pekerjaanku, aku jarang bisa memasak."

"Bagaimana dengan mu Mrs. Nessy? Kupikir ini kali pertamamu memasak."

"Ini bukan kali pertama, aku jarang memasak sebelumnya. Hanya John atau Theo yang mengerjakan makanan."

"Tidak apa-apa, Mrs. Nessy."

"Aku dengar Mr. Miller akan menyelesaikan pekerjaan ini dalam waktu seminggu. Apa mereka bisa mengerjakannya?" Tanya seorang gadis.

"Percaya lah pada Mr. Miller. Dia selalu berpegang pada ucapannya," kata Bianca.

"Benar, Mr. Miller adalah tentara yang hebat dan tampan. Apa dia sudah memiliki seorang kekasih?"

"Pasti punya, tidak mungkin dia masih single di usia saat ini. Banyak gadis hebat di luar sana yang bisa saja menjadi kekasihnya."

"Apa mungkin aku bisa jadi salah satu wanita hebat itu?"

"Jangan bermimpi, gadis seperti kita tidak mungkin bisa menjadi kekasih Mr. Miller. Apa hebatnya kita?"

"John sudah menikah," kata Jennifer tiba-tiba.

"Sungguh? Lihat? Sudah kubilang tak mungkin laki-laki sepertinya belum memiliki istri."

"Mereka menikah dua tahun lalu tanpa sepengetahuanku." Dada Jennifer mendadak panas. Jennifer belum menerima kenyataan jika John sudah menikah.

"Siapa kira-kira istri Mr. Miller? Mrs. Bianca apa kau tahu sesuatu tentang istri Mr. Miller?"

"Tidak, aku tidak tahu siapa istrinya. Aku juga penasaran."

"Kalian, lanjutkan pekerjaan kalian secepatnya! Mr. Miller dan yang lainnya sudah hampir sampai untuk makan! Dan jangan harap kalian bisa mendapat laki-laki seperti Mr. Miller jika kalian terus bergosip!" Kata istri kepala desa.

Seminggu berlalu... Berkat kerja keras semua orang waduk berhasil dibangun dalam kurun waktu yang telah di tentukan. Waduk besar yang sudah terisi air bersih telah dibangun di tengah-tengah desa.

"Terimakasih Mr. Miller atas kerja kerasmu. Mulai sekarang, penduduk ku tidak akan kekurangan pasokan air bersih dan pangan," kata kepala desa.

"Sama-sama, Tuan. Ini juga berkat bantuan dari seluruh warga yang ikut berpartisipasi dalam pengerjaannya."

"Huh, kerja keras kita terbayar John!" Kata Theo sambil menepuk pundak John.

"Yups, tapi masih banyak lagi yang harus kita selesaikan. Setelah makan siang kita akan pergi ke Desa Kali terlebih dahulu. Ada yang ingin ku tunjukan kepadamu."

"Kepala desa sialan itu? Oh, aku tidak sabar untuk menghajar wajahnya! Watcha!" Theo berlagak seperti petinju dan meninju udara.

"Simpan tenagamu untuk nanti."

Semua warga telah bersiap untuk langkah selanjutnya dalam misi membangun kembali Desa Bari, yaitu bercocok tanam. Theo sudah membawa puluhan sapi dari pemerintah untuk membajak sawah dan membantu kegiatan lainnya. Itu semua karena minimnya fasilitas jalanan yang disediakan oleh pemerintah di sana. Kendaraan besar tidak dapat melewati jalan itu.

"Bibit-bibit harus ditanamkan sesuai aturan, Jennifer dan Bianca akan membantu kalian dalam hal ini. Simpan saja tiga ruangan isolasi yang kosong untuk berjaga jika ada kasus infeksi virus baru. Aku, Theo, dan Maria akan pergi ke Desa Kali bersama pasien yang telah sembuh."

"Yes sir!"

"Jennifer, tolong kau awasi semuanya."

"Baik." Jennifer hanya menjawab sekilas ucapan John.

"Apa kau masih marah?"

"Untuk apa aku marah? Cepat selesaikan urusanmu, aku tidak tahan berada di desa ini semakin lama."

"Baiklah, jaga dirimu selama aku pergi."

John akhirnya meninggalkan Jennifer yang sedang memilah bibit. Jennifer masih belum menerima kenyataan jika John telah menikah. Perjuangannya selama sepuluh tahun menyukai John terasa sia-sia. Padahal Jennifer sedang mengembangkan diri agar disukai oleh John.

"Ayo kita berangkat."

Theo, John, dan Maria memutuskan berjalan kaki saja. Perjalanan dari Desa Bari menuju Desa Kali sangat jauh. Mereka harus menempuh perjalanan sejauh 7 km untuk sampai di Desa Kali.

John dan Maria berjalan di belakang sambil bergandengan tangan, sementara Theo di depan. John dan Maria saling tersenyum satu sama lain dan terus bergandengan erat selama perjalanan.

"Tapi John aku ingin tahu," kata Theo tiba-tiba berbalik dan mengagetkan John serta Maria.

"Theo! Kau membuat ku kaget!" Kata Maria.

Theo hanya menyengir menanggapi ucapan Maria.

"Apa yang ingin kau ketahui?"

"Kau bilang di Desa Kali penduduknya aneh-aneh. Aneh seperti apa yang kau maksud?"

"Mereka tidak bicara antara satu dengan yang lain, bahkan mereka tidak saling tersenyum. Raut wajah mereka serius dan rata. Mereka makan dengan tenang, bekerja dengan tenang, dan melakukan segalanya dengan tenang."

"Apa mereka bisu?" Tanya Theo.

"Tidak Tuan, kami tidak di izinkan untuk bercanda selama bekerja." Seorang warga yang merupakan pasien angkat bicara.

"Apakah mengobrol biasa juga tidak di perbolehkan?" Tanya Theo lagi.

"Tidak, kepala desa kami sangat tamak. Dia hanya ingin memanfaatkan kami, warga desa untuk bekerja di ladangnya. Kami memang diberi makan dan tempat tinggal tapi kami tidak diberikan kebahagiaan."

"Benarkah? Apa maksudnya kepala desa itu. Itu merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia!" Geram Maria.

"Firasat ku benar Theo, kepala desa aneh itu hanya memanfaatkan penduduknya," kata John.

"Tuan, sebaiknya kalian jangan ikut kami hari ini. Ini malam purnama, kepala desa akan mengurung semua orang di dalam kamar." Kata seorang lagi.

"Justru itu tujuan kita datang kemari. Untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut, kita tidak bisa membiarkan kelakuan kepala desa kalian itu!" Kata Maria.

"Tidak! Untuk sekarang, mohon dengarkan aku. Jangan datang dulu ke desa Kali selama seminggu. Aku mohon Tuan," ucap orang itu. Terlihat memohon dan atas pertimbangan dan diskusi yang matang, John, Theo, dan Maria akhirnya memutuskan untuk kembali ke Desa Bari.

"Terimakasih Tuan karena telah mendengar nasihat ku. Kembalilah lagi minggu depan," kata orang itu.

Orang itu serta John berjalan berlawanan arah. John hanya sampai di sungai sedangkan semua warga kembali ke desa mereka. Memang benar hari ini bulan purnama, lalu kenapa? Makin banyak teka-teki yang memenuhi kepala John.

"Memangnya kenapa jika bulan purnama? Bulannya indah," ucap Theo.

"Apa Desa Uma, Desa Kali, dan Desa Bari ada hubungannya dengan ini? Orang tadi menyuruh kita segera kembali ke Desa Bari."

"Saat ini kita hanya perlu mendengarkan nasihat warga asli yang sudah lama tinggal di desa ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, mungkin ini yang terbaik."

"Kita tidak bisa mengakses berita karena minimnya fasilitas jalan dan disini sangat sulit untuk menggunakan internet. Hanya ada surat kabar yang berpusat di kota Favela saja. Di daftar desa tidak ada nama Desa Kali," kata Maria.

"Desa Kali tidak ada di daftar? Bagaimana mungkin?" Tanya John.

"Aku sudah melihatnya bersama Mrs. Nessy dan Bianca. Tidak ada Desa Kali di daftar desa itu. Maaf aku tidak segera memberitahumu, aku lupa."

"Tidak apa-apa, apa mungkin Desa Kali merupakan Desa ilegal?" Tanya John.

"Letaknya jauh di atas bukit, disekitarnya hanya ada ladang gandum. Tanahnya memang subur tapi tidak ada tanaman lain selain gandum dan pohon besar. Bunga pun rasanya tidak ada," Ucap Theo lagi.

"Benar, aku rasa Desa Kali adalah desa ilegal yang dibangun tanpa izin oleh pemerintah."

"Sekarang, pertanyaannya. Sejak kapan desa itu di dirikan? Oleh siapa? Dan latar belakangnya."

"Kita harus bertanya tentang hal ini kepada kepala desa. Kita tanyakan lagi nanti."

Ketiga orang itu terus membahas mengenai Desa Kali sambil berjalan. Desa Kali terlalu aneh dan misterius bagi John dan yang lainnya. Desa Kali adalah desa yang paling aneh selama John melakukan ekspedisi.