Chereads / Seduction Romance / Chapter 31 - Kecemburuan Camelia Setelah Menjadi Istri

Chapter 31 - Kecemburuan Camelia Setelah Menjadi Istri

Sudah hampir dua minggu sejak pernikahan digelar dan sekarang statusnya sudah menjadi istri Raven. Camelia merasa semuanya berjalan dengan cepat. Padahal terasa baru kemarin ia mengenakkan gaun pengantin berwarna putih yang menjuntai ke lantai dan wajahnya sangat terlihat cantik. Banyak orang yang memuji, namun berbeda dengan laki-laki yang sudah menjadi suaminya, tidak ada pujian yang dilontarkan sama sekali oleh Raven. Padahal ia ingin sekali mendengar Raven memuji wajah dan penampilannya. Dan hari-hari berikutnya dilewati sebagai pasangan pengantin baru. Camelia tidak bisa menolak ajakan Raven untuk tinggal di rumah yang sudah disediakan oleh laki-laki itu sejak lama. Nenek Hanna mengatakan jika Raven memang telah membeli satu unit rumah di kawasan elite ibu kota, untuk kehidupannya nanti setelah menikah dan tidak pernah menyangka jika dirinyalah yang akan menjadi istrinya.

Lalu, setelah dua minggu pesta pernikahan digelar, nenek Hanna harus pergi ke luar kota demi menghadiri acara penting, beliau pergi bersama sekretaris pribadi, dan dua orang pelayan yang khusus menjaganya nanti.

Dan hari ini, di rumah yang bisa dikatakan cukup besar yang hanya diisi oleh dirinya, Raven, dan empat orang ART yang bekerja di sini, dua pelayan, satu orang supir, dan satu orang tukang kebun, terlihat sepi karena keempatnya memang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bahkan, hari ini Raven sedang pergi, dia mengatakan akan menjemput seseorang yang sangat spesial dalam hidupnya.

Camelia bertanya langsung siapa orang itu, namun tak mendapatkan jawaban dari Raven yang lebih memilih untuk pergi. Dan disitulah ia berpikir jika pernikahan bukanlah sesuatu yang mengenakkan, bahkan setelah menikah sikap seseorang bisa berubah, termasuk Raven yang lebih dingin dibanding sebelumnya.

Hembusan napas yang dikeluarkan oleh perempuan itu menggambarkan keadaannya sekarang yang sedang tidak baik-baik saja setelah mobilnya berada di halaman rumah. Satu minggu, sikap laki-laki itu seperti biasa, meskipun tak ada keromantisan di antara keduanya, bahkan sampai sekarang saja Raven belum meminta haknya sebagai suami, dirinya masih dalam keadaan perawan. Namun, perempuan itu akan melakukan rencananya yaitu membuat Raven jatuh cinta.

Setelah keluar dari mobil dan melangkah memasuki pekarangan rumahnya, sembari menyapa dan tersenyum lebar kepada pak Ardi yang tengah sibuk menanam beberapa tanaman hidroponik di halaman.

Tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti dengan kedua bola mata membeliak seketika dengan apa yang dilihatnya di depan pintu, baru saja ingin masuk ke dalam rumah setelah pergi ke kafe tantenya. Namun, Camelia sudah dikejutkan dengan pemandangan yang ada di depannya ini yang jujur saja tidak ingin dilihat. Laki-laki yang baru saja dua minggu menjadi suaminya kini sedang berpelukan dengan seorang perempaun, pelukan yang begitu erat seperti pelukan kepada seorang kekasih. Padahal setelah menikah saja ia tidak mendapatkan pelukan hangat dari Raven, laki-laki itu benar-benar bersikap dingin kepada istrinya, akan tetapi tidak kepada perempuan lain yang begitu lengket seperti perangko.

Camelia merasa jika tenggorokannya tercekik sampai kesulitan untuk menelan saliva, tubuhnya mendadak bergetar, sedangkan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia mencoba untuk berpikir positif, tidak mungkin Raven memiliki kekasih setelah menikah, dan mantan yang diketahuinya hanya Luna, salah satu karyawannya, bahkan sebelumnya Raven tidak pernah membahas mengenai perempuan yang dicintainya atau mantan-mantannya yang lain. Laki-laki itu cukup dingin dan meyakinkan Camelia yang mengira jika Raven tipikal laki-laki yang sulit untuk jatuh cinta.

Keduanya menghentikan aksi pelukannya ketika mendapati Camelia yang masih melohok berdiri. Raven tampak biasa saja hanya memasang wajah menyebalkan seolah tidak bersalah dengan pelukannya bersama perempuan lain, sementara perempuan yang di depannya tampak bahagia melihat keberadaan Camelia, bahkan tengah berjalan ke arahnya. Jujur, Camelia pun merasa heran dengan sikap perempuan itu yang terlihat baik-baik saja.

"Hai, Kak Camelia," ucap perempuan itu dengan penuh senyuman dan menyentuh lengannya, tidak memperhatikan raut Camelia yang sudah memerah.

Camelia yang tidak bisa menyembunyikan raut wajah cemburu enggan membalas senyuman dari perempuan itu, dan mengempaskan tangannya secara kasar, dan di saat itulah perempuan di hadapannya mulai mengerti dengan sikap Camelia.

"Hai, kamu siapa ya, kok bisa-bisanya pelukan sama suami saya, rapat lagi?" tanya Camelia dengan nada ngegas dan langsung to the point mengungkapkan ketidaksukaannya dengan apa yang dilihatnya tadi.

Perempuan itu tampak tertohak dengan ocehan Camelia dan dengan perlahan mulai tersenyum, melirik sebentar ke arah Raven yang sedang berdiri, terlihat laki-laki itupun mengangkat sudut bibirnya, seolah apa yang dilakukannya itu bukanlah suatu kesalahan, dan Camelia terlalu cemburuan.

Perempuan itu belum menjawab menunggu kedatangan Raven yang mungkin akan menjelaskannya.

"Dia pacar saya, kenapa? Kamu cemburu?" balas Raven dengan tegas dan merangkul tubuh perempuan yang tinggi badannya di bawah Camelia.

Kali ini tidak hanya Camelia yang tertohak mendengarnya, melainkan perempuan yang ada di hadapannya pun yang kini sedang dirangkul oleh Raven juga sama tertohak. Bisa-bisanya Raven mengatakan kalimat yang akan memancing emosi Camelia yang sejak tadi memang sudah marah.

"Maksud lo apa, Rav?" timpal Camelia yang mulai terbawa emosi, dan mencari jawaban dari wajah Raven. Namun, yang membuatnya sangat geram ketika laki-laki itu malah tampak biasa saja. Perempuan mana yang tidak kesal jika melihat suaminya berpelukan dengan perempuan lain.

"Lo lagi nggak ngelindur, kan? Siapa perempuan ini?!" sentak Camelia dengan kedua mata yang terbelalak.

"Kak ini salah pah—"

Raven mengangkat telapak tangannya ke arah perempuan itu memotong ucapannya yang seperti akan menjelaskan dengan kegaduhan yang terjadi, ia pun merasa tidak enak sesaat melihat wajah Camelia yang sudah memerah menahan kesal akibat ulah Raven.

Camelia dibuat melohok terus menerus, ketika ekor matanya ingin mendengarkan penjelasan dari perempuan itu, namun harus terhenti dengan gerakan tangan Raven.

"Nggak kok, apa yang saya katakan tadi memang benar. Kamu ingat nggak, Mel, tujuan kamu nikah cuma ingin mendapatkan harta dan juga jabatan CEO, kedua hal itu kamu bisa dapatkan jika kamu menikah dengan saya, bahkan kamu pun pernah mengatakan jika di antara kita bisa menjalin hubungan dengan seseorang yang kita cintai, meskipun posisinya sudah menikah!" pungkas Raven menjelaskan.

"Dan karena saya nggak mau mengecewakan nenek Hanna, saya menerima perjodohan ini dan mau menikahi kamu. Bukan karena saya ingin membantu kamu mendapatkan apa yang menjadi tujuan kamu, Mel. Sama sekali nggak! Karena nggak baik niat menikah hanya karena harta, tapi saya melakukannya demi nenek Hanna," lanjut Raven yang lebih memilih melengos pergi begitu saja melewati tubuh Camelia dan perempuan itu.

Camelia benar-benar tertohak mendengar dua kalimat yang dilontarkan oleh Raven yang menusuk jantungnya. Ia tidak menyangka jika laki-laki itu akan melakukan hal gila ini, membawa perempuan ketika posisinya baru menikah, dan melakukan apa yang pernah diucapkannya kala itu. Padahal ia tidak menganggap serius.

Namun, Raven menghentikan langkah kakinya dan kembali menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke arah perempuan yang tengah berdiri di samping Camelia, perempuan yang tidak tahu apa pun namun harus terlibat dalam kegaduhan yang tidak mengenakkan ini.

"Oh ya, kamar kamu di sebelah kamar saya, kamu bisa pakai kamar itu dan kamu bisa tinggal di sini sepuasnya. Jangan pernah merasa sungkan," ucap Raven memberitahu. Lalu melanjutkan langkah kakinya kembali meninggalkan tanda tanya besar di diri Camelia yang tengah meraba dadanya. Benar-benar terasa sakit sekali atas ucapan dan sikap Raven di luar dugaannya. Sementara perempuan itupun merasa heran dengan nada bicara dan kalimat dari Raven yang sangat berbeda.

To be continued...