Dan Oh dan kawan-kawan barunya melanjutkan perjalanan mereka menuju utara untuk mencari Elmo. Mereka menyusuri banyak hutan dan juga sungai untuk menuju ke utara dan mengambil jalur yang sekiranya aman dari pasukan Cheol. Setelah berjalan selama setengah hari mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar dan melatih Dan Oh dengan teknik pedang dan memanah. Masing-masing dari anggota rombongan kerajaan bersepakat akan mengajari Dan Oh teknik bertarung dan pertahanan diri secara bergantian. Gadis itu harus segera menyesuaikan diri sebagai pasukan khusus demi melindungi dirinya dan bertahan hidup di planet ini. Hari ini adalah kali pertama dia akan menerima pelajaran memanah dari sang pangeran negeri Hwon, Woon.
"ini....." Woon, sang pangeran kerajaan Hwon yang memiliki tubuh tertinggi diantara anggota rombongan lainnya itu membuat Dan Oh terlihat sangat mungil saat berada di sampingnya.
Pangeran itu menyerahkan sebuah busur yang terbuat dari logam putih dan memiliki hiasan biru langit yang mengelilinginya kepada sang penduduk bumi. Busur itu memiliki panjang sekitar satu setengah meter yang hampir menyamai tinggi badan Dan Oh. Kedua ujung busur itu berbentuk runcing dan tajam. Gadis SMA mungil juga itu menerima kumpulan anak panah yang diletakkan ke dalam sebuah tabung terbuat dari kulit yang memiliki tali.
"apakah ini senjataku?" tanya Dan Oh kepada pangeran negeri Hwon. Lelaki itu hanya mengangguk dan menatapnya tanpa ekspresi.
"ujung yang runcing seperti ini membuatku bisa menggunakan busur ini sebagai pemanah dan juga menggunakannya seperti ujung pedang bukan?" gadis itu memperhatikan busur yang dipegangnya sambil membolak-balikannya. Ada sorotan mata yang nampak bersinar di wajahnya. Sepertinya gadis itu sangat mengagumi senjata baru yang diterimanya, dia terus memandang busur indah itu dengan penuh rasa ketertarikan dan senyuman di bibirnya. Busur itu memberikan kesan menawan dari perpaduan keindahan desainnya serta kekuatan tersembunyi yang tidak mudah dikalahkan.
"benar, busur ini sebelumnya adalah milik sepupu angkatku yang tewas akibat serangan bangsa Cheol" jelas Woon. Ada perubahan mimik muka dalam ekspresi wajah pangeran ketika menyampaikan kalimat itu. Namun Dan Oh tidak bisa menebak dengan jelas apa arti dari perubahan ekspresi wajah dari sang pangeran saat itu. Woon merasakan kesedihan yang mendalam ketika mengingat pemilik asli dari busur cantik itu. Dia selalu menyimpan dengan baik dan hati-hati busur tersebut sepeninggal pemiliknya aslinya.
"jadi kau yang akan mengajariku cara memanah?" tanya Dan Oh kemudian. Woon hanya mengangguk mengiyakan.
Penduduk bumi bertubuh kecil itu mengamati Woon dengan tatapan penuh curiga dari ujung rambut ke ujung kakinya. Dia meragukan kemampuan lelaki pendiam itu. Dia ragu bahwa lelaki tanpa ekspresi ini mampu mengajarinya dengan baik dalam hal memanah. Woon merebut busur dari tangan Dan Oh dan mengambil satu anak panah yang diambil dari tabung kulit yang sudah diletakkan Dan Oh di punggungnya. Sang gadis SMA menalikan tabung itu pada kedua tali ranselnya. Sehingga tabung itu dapat menempel sempurna dengan ransel yang selalu dibawa Dan Oh di punggungnya kemanapun dia pergi.
"kau harus menfokuskan tujuanmu kemudian menarik dengan kuat anak panah seperti ini" Woon tak menghiraukan pandangan menghina gadis mungil itu yang merendahkan kemampuannya. Dia meletakkan bagian tengah busur sejajar dengan pundaknya kemudian meletakkan anak panah pada busur dan membidik sebuah apel merah yang berada di atas pohon.
"Swiiiiiiiiiing.... Jlebb!!" suara anak panah meluncur dengan sempurna, menembus apel yang ada di atas pohon dan membuatnya jatuh ke tanah. Woon membuat kegiatan memanah itu terlihat begitu mudah. Dan Oh bertepuk tangan dengan ceria ketika melihat aksi sang pangeran yang begitu mengagumkan itu. Bibirnya tak mampu untuk berhenti terbuka karena rasa kagumnya. Seketika anak panah yang mengenai apel tersebut perlahan menghilangkan, menjatuhkan apel yang telah berlubang itu menggelinding ke tanah.
"waaah anak panahnya menghilang!" komentar Dan Oh yang tak bisa berhenti mengagumi hal-hal luar biasa yang mulai terjadi di hadapan matanya sejak kedatangannya ke dimensi ini.
"baiklah! Aku rasa aku bisa melakukannya!" ucap Dan Oh dengan penuh semangat. Woon mampu melakukannya dengan mudah, gadis itu yakin dia juga bisa melakukan hal yang sama dengannya. Dia melipat kedua lengan bajunya agar memudahkan gerak tangannya.... Ah tidak dia hanya sengaja melipat lengan baju pendeknya untuk berusaha terlihat keren dan menunjukkan otot lengannya yang tidak kekar sama sekali. Gadis itu mengambil busur dari tangan pangeran dan meraih anak panah yang ada di punggungnya. Walau bagaimana pun dia cukup ahli dalam bela diri, kegiatan memanah seperti ini tidak akan menjadi hal yang sulit baginya, iya kan?
"Ooh! Jumlah anak panah disini sama sekali tidak berkurang!" ucapnya terkejut melihat jumlah anak panah di punggungnya. Satu hal lain yang membuatnya terkagum-kagum baru saja terjadi lagi. Semua hal disini nampak begitu ajaib di matanya.
"benar, busur dan anak panah ini adalah buatan bangsa peri kerajaan Sung. Sebanyak apapun kau menggunakannya, anak panah ini tidak akan pernah berkurang dan habis jumlahnya." Woon menjelaskannya dengan nada suara yang tenang.
"daebak, keren sekali!" ucap manusia bumi itu terkagum-kagum dengan suara keras yang terdengar snagat kontras dengan sang pangeran.
"baiklah... Aku harus fokus dan menariknya dengan kuat kan?" Dan Oh mengulang ucapan Woon dan menirukan pose sang pangeran ketika sedang memanah. Dia menyipitkan matanya di antara busurnya dan membidik sebuah apel yang ada di atas pohon. Gadis itu menarik kuat anak panah yang di pegangnya kemudian melepaskannya dengan pasti.
"swiing" anak panah Dan Oh sama sekali tidak meluncur ke atas pohon dan hanya terjatuh pelan ke tanah yang tidak jauh dari tempat kakinya berpijak. Dan Oh memandang anak panah yang terjatuh tak jauh dari kakinya itu dengan ekspresi datar. Seolah tidak ada yang salah sama sekali dengan tindakannya.
"cih, ada yang salah dengan anak panah itu. Apakah dia terlalu berat ya?" ucapnya datar untuk menutupi rasa malunya. Ya, dia benar-benar malu sekarang. Gadis itu telah berpose semaksimal mungkin seperti seorang pemanah profesional dan berlagak melipat lengan bajunya agar nampak keren. Dia begitu percaya diri bahwa dia bisa memanah sebaik Woon dan telah bersikap sombong. Namun bahkan dirinya tidak mampu membuat anak panah itu bergerak separuh saja dari jarak sasarannya.
"hei bodoh! Apakah kau sedang mencoba memanah kakimu?" tanya Woon dengan kesal. Gadis itu telah menunjukkan begitu banyak tingkah aneh namun tidak mampu belajar dengan benar. Jelas hal ini membuat sang pangeran menjadi kesal.
"apakah ada pemberat di anak panah ini sampai bisa terjatuh seperti itu?" dia tidak menghiraukan sang pangeran dan masih sibuk dengan kepura-puraannya. Dan Oh berjongkok dan mengambil anak panah di dekat kakinya. Dia memutar - mutar anak panah nya tanpa menghiraukan ucapan Woon. Pangeran dari kerajaan terkuat di planet Mirac itu mendesah kesal sambil menggaruk alisnya dengan jari telunjuknya ketika melihat tingkah laku Dan Oh.
"kau sangat pintar dalam menyembunyikan kesalahanmu ya" gumam Woon pelan. Dan Oh bangkit dari posisinya dan memandang lurus ke arah Woon. Gadis itu harus mendongakkan kepalanya sekitar 45° agar mampu menatap langsung wajah lelaki jakung di hadapannya.
"apa maksudmu dengan kesalahanku?" protesnya tidak mau menerima komentar pedas dari Woon.
"entahlah" ucap sang pangeran singkat dan datar. Dia mengalihkan pandangannya dari Dan Oh, tidak tertarik untuk melakukan kontak mata dengan gadis kecil di hadapannya. Gadis itu terus memelototinya dengan tatapan yang tajam.
Sementara itu keempat anggota rombongan lainnya beristirahat di tempat yang tidak jauh dari kedua orang itu berseteru. Ryu baru saja melompat dari atas pohon dan memegang apel di tangannya. Lelaki ceria itu memakan apelnya dengan lahap dan berjalan mendekati tiga anggota rombongan lainnya.
"sepertinya semenjak kedatangan Eun Dan Oh, pangeran menjadi mulai lebih banyak bicara" Ryu berbicara dengan mulut yang penuh dengan apel. Sebagai sahabat masa kecil sang pangeran, Ryu bisa membaca dan memahami gerak-gerik perubahan dalam ekspresi dan tingkah laku Woon. Mereka berempat mengamati Dan Oh dan Woon sambil duduk di atas rerumputan yang tidak jauh dari tempat keduanya.
"benar... Woon nampak mulai tertarik lagi dengan hal-hal di sekitarnya" ucap puteri Siera sambil tersenyum dengan tatapan penuh makna kepada adik kesayanganya.
"sejak kejadian yang menimpanya saat itu, pangeran lebih sering terdiam dan tidak banyak bicara lagi" imbuh Key menimpali.
"kau benar" puteri Siera terdengar sedih saat mengatakannya. Dia mengingat hal menyedihkan yang telah menimpa adiknya, hal yang membuat semuanya nampak lebih buruk bagi Woon.
"menurut tuan putri, apakah kedatangan gadis cerewet itu bisa membuat pangeran kembali menjadi dirinya lagi yang seperti dulu?" Gwi bertanya kepada sang putri dengan suara bass nya yang selalu terdengar begitu seksi.
Dia mendekatkan kepalanya kepada Siera sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya. Manusia serigala itu melihat sang putri dengan seksama melalui mata bulat serigalanya. Gwi selalu terpesona dengan kecantikan dan aura yang dipancarkan oleh sang putri, dia tidak sadar bahwa dia telah membuat jarak diantara keduanya menjadi terlalu dekat.
"apakah menurutmu begitu?" sang putri menoleh kepadanya dan menanyakan pertanyaan lain untuk menjawab pertanyaannya.
Siera mengangkat ujung kanan bibirnya dan tersenyum ketika melihat ekspresi wajah Gwi di hadapannya. Lelaki itu selalu memandangnya dengan tatapan penuh arti yang mampu dia pahami maknanya. Namun selama ini sang putri tidak pernah menghiraukan perasaannya. Dia hanya memandang lelaki itu sebagai teman baik dan pengawalnya yang setia. Siera memandang lekat wajah Gwi dengan kedua mata indahnya.
"be...benar tuan putri" melihat tatapan intens sang putri ke dalam matanya yang begitu dekat, Gwi merasa gugup dan mengangkat kepalanya. Dia baru menyadari bahwa jarak di antara keduanya begitu dekat. Gwi merasa kikuk melihat senyuman tipis Siera yang nampak sinis namun mempesona di matanya. Dia menghela nafas panjang dan menegakkan badannya berdiri layaknya tentara di hadapan komandannya. Siera hanya menatapnya dengan diam, kemudian memalingkan wajahnya sambil menyisir rambutnya dengan jemari lentiknya.
Sementara itu Key yang mengamati kedua sahabat masa kecilnya tersenyum dalam diam. Dia sudah lama mengamati keduanya. Gwi selalu bertingkat layaknya seorang serigala setia kepada Siera. Komandan itu akan selalu melakukan apapun yang diinginkan sang putri. Siera layaknya seorang penjinak yang telah menundukkan manusia serigala liar itu. Tiba-tiba saja ada sebuah apel yang muncul di hadapan wajahnya, itu Ryu. Pengawal junior itu baru saja memberikan apel yang dia petik di atas pohon kepada senior komandan wanita tersebut. Key menoleh dan mendapati Ryu sedang tersenyum ceria kepadanya. Wanita itu berterima kasih kepada Ryu dan menerima apel tersebut dengan malu.
"ada yang mendekat!" ucap Gwi pelan kepada teman-temannya, manusia serigala itu memiliki penciuman dan pendengaran yang paling tajam diantara rombongannya. Ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi siaga saat dia merasakan ancaman yang mendekati tempat rombongannya.