Chereads / MENIKAH DENGAN CEO / Chapter 5 - 5. SAHUR PERTAMA BARENG SUAMI

Chapter 5 - 5. SAHUR PERTAMA BARENG SUAMI

Kini Salsa sudah naik kembali ke atas kamarnya. Dan melihat Dewa sedang memunggunginya. Apakah dia masih marah?

Salsa naik ke atas kasur, dan memeluk Dewa dari belakang. Ia paling tidak bisa jika di dinginkan oleh Dewa.

"Mas... Mas masih marah sama aku?" tanya Salsa.

Tetapi Dewa tidak menjawabnya, ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Dewa tidak tidur, ia hanya pura-pura tidur.

"Aku gak bisa tidur kalo Mas gak ridhoi aku tidur," ucap Salsa serak. Rasanya ia ingin menangis sekarang melihat sikap suaminya dingin seperti ini.

Dewa menghela napas beratnya, dan membalikkan badannya menghadap sang istri yang tengah menangis.

"Mas ridhoi, Mas maaf in kamu. Sekarang tidur, ya, besok kan mau puasa." ucap Dewa sudah melembut.

Salsa menghapus kasar tangisnya dan menatap Dewa. "Beneran? Gak marah lagi?"

"Mas gak bisa marah sama kamu. Baru segini aja benteng pertahanan dingin mas runtuh, sayang,"

Salsa tersenyum, dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Makasih, Mas. Sayang Mas Dewa banyak-banyak,"

Dewa terkekeh dan menciumi pucuk kepala sang istri. "Mas juga sayang kamu banyak-banyak.

•••

Suara orang-orang untuk membangunkan sahur pun, sudah terdengar jelas dari masjid. Banyak suara ketokan dan solawat dari anak-anak santri terdengar begitu merdu dan sangat ramai.

Jam sudah menunjukkan jam 2 pagi. Dewa terbangun dari tidurnya.

Ia melihat ke samping, ternyata istrinya masih terlelap tidur dengan posisi masih berada dipelukannya. Dewa tersenyum, dan mengecup kening Salsa.

"Sayang, bangun yuk, waktunya sahur..." ucap Dewa lembut.

Salsa mengerjapkan matanya kala ada yang menciumnya barusan. Dan itu ulah Dewa.

"Em.. Mas," ucap Salsa serak.

"Kita shalat tahajud dulu, ya. Mas ambil wudhu duluan, nanti kamu nyusul." ujar Dewa.

"Iya, Mas."

Dewa dan Salsa sudah selesai dengan shalat tahajud malamnya. Kini Salsa malah sudah membuka mukenanya, dan duduk di atas pangkuan Dewa.

Dewa sedikit terkejut kala istrinya yang tiba-tiba naik di paha nya. Dewa masih menggunakan baju koko nya serta sarung, dan meletakkan ponselnya di atas laci.

Salsa melingkarkan tangannya di leher Dewa dan bermanja disana.

Dewa tersenyum akan tingkah istrinya ini, ia dengan senantiasa mengusap-usap rambut istrinya yang lembut dan sesekali menciumi pipi gembul Salsa.

"Mas Dewa... " ucap Salsa manja.

"Iya, kenapa hm?"

"Aku seneng banget tahun ini,"

"Seneng kenapa?"

"Sahur pertama bareng suami, shalat tahajud bareng suami, tidur juga bareng suami. Udah gak sendiri lagi, rasanya itu gak bisa dijelasin. Aku bahagia banget," ucap Salsa dibalik ceruk leher Dewa.

Lantas Dewa tersenyum merekah, senang mendengar ucapan sang istri.

"Mas juga bahagia banget." ujar Dewa semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku gak tahu lagi kalo semisal waktu itu gak nerima perjodohan ini. Aku bakal jadi gadis yang paling menyesal kalo gak dinikahin kamu,"

"Sama, Mas akan amat sangat menyesal kalo gak nerima perjodohan ini. Kamu udah buat hidup Mas berubah sayang, lebih berwarna dari sebelumnya, sejak Mas ucapin nama kamu di depan semua orang, mas sudah jatuh cinta sam kamu. Mas akan jadiin kamu satu-satunya perempuan di hati Mas, mas akan selalu berusaha buat bahagiain kamu," ucap Dewa panjang lebar tulus dari hatinya.

Salsa merasakan debaran aneh di jantungnya. Grasak grusuk rasanya. Tapi tidak bisa di pungkiri, ia senang mendengar ucapan dari Dewa.

"Mas... " panggil Salsa manja.

"Hm?"

"Aku malu... sekaligus seneng,"

Dewa terkekeh. "Kebawah, yuk. Bantuin Mamah masak," ajak Dewa menatap istrinya yang tengah bermuka merah menahan malu.

Salsa mengangguk. "Ayok, tapi gendong... " rengek Salsa.

Dewa tidak menolak, ia malah tersenyum dan menuruti kemauan sang istri. "Iya, sayang. Mas gendong," ucap Dewa mengendong Salsa didepan seperti koala.

Salsa melingkarkan kembali tangannya dileher Dewa dan senyum-senyum sendiri atas kelakuannya.

Sesampainya mereka dibawah, sudah ada Anton dan Brian yang duduk di ruang tengah.

"Ebuset... manja banget nih satu human," ujar Brian.

Dewa sudah mendudukkan istrinya di sofa, dan begitupun dirinya juga ikut duduk.

"Biarin, aku ini," ledek Salsa.

"Jangan mau dijadiin babu sama si micin, Wa. Marahin aja dia," ujar Brian.

Salsa melotot. "Bang Ian sirik deh. Mas Dewa aja gak marah," ucap Salsa memegang manja lengan suaminya.

Dewa dan Anton hanya tersenyum melihat tingkah Kakak Adik ini.

"Gak ada sejarahnya gue sirik, yee... " ucap Ian sinis.

Dewa mengusap pipi lembut istrinya dan berkata. "Katanya mau bantuin Mamah buat masak, gih," titah Dewa lembut.

Salsa mengangguk. "Oke, Mas suami." ucap Salsa mencium pipi Dewa sekilas dan berlari menuju dapur.

"Jangan lari, nanti jatuh." peringat Dewa setengah berteriak.

"Iya Mas!"

Brian dan Anton menggeleng kepalanya. Melihat sikap perubahan Salsa.

"Udah sejauh mana sih, hubungan lo ama adek gue?" tanya Brian.

"Kepo lo," kekeh Dewa.

"Yeee, si dodol,"

"Maklumin sikap Salsa, ya, Wa." ucap Anton.

"Eh, iya Pah. Dewa sedikit sudah terbiasa dengan sikapnya,"

•••

Makanan semua sudah tersaji rapih di meja makan. Dan ini waktunya sahur.

"Panggilin cowok-cowok, gih," titah Ghea kepada putrinya.

"Siapp!"

Salsa menuju ruang tengah, dimana para laki-laki itu berada.

"Hei, cowok. Godain dong," ucap Salsa centil.

Dewa, Brian dan juga Anton melirik ke arah Salsa.

"Ogah. Gak ada laki juga yang mau godain kamu, ucap Brian jahil dan melenggang pergi.

"Bang Ian ngeselin mulu, ih."

Anton terkekeh melihat tingkah putrinya. "Sudah siap, nak?" tanya Anton.

"Hehe... udah Pah," jawab Salsa.

Anton mengangguk, lalu meninggalkan Salsa dan Dewa yang masih diruang tengah.

"Ayok," ajak Dewa pada istrinya.

"Eh, iya Mas hehe..."

•••

Kini Salsa dan juga Dewa tengah sibuk dengan mereka yang sedang menyiapkan barang-barang Salsa untuk dibawa ke rumah baru mereka.

Ya, hari ini mereka akan langsung pindah ke rumah yang sudah Dewa beli.

"Gimana sayang, udah semua?" tanya Dewa pada istrinya.

"Udah, Mas. Kuy, langsung berangkat,"

Dewa terkekeh dengan tingkah istrinya. "Ayok sayang,"

Sesampainya di bawah, Salsa dan Dewa berpamitan pada keluarganya.

"Jangan rindu, ya, Abang sama aku," ucap Salsa yang masih berada dipelukan sang Abang.

"Rindu sih, iya. Paling... rindu jahilin kamu," ucap Brian tertawa.

"Ih, si Abang. Ngerusak suasana," cemberut Salsa.

Brian terkekeh. "Nurut sama suami, jangan bandel. Kalo mau kemana-mana izin sama suami, paham?"

"Paham, Abang,"

"Pinter,"

"Tante Salsa mau pindah?" tanya Raisa, keponakannya.

"Iya, cantik." jawab Salsa sembari mencium pipi Raisa lembut.

"Yah... nanti Laisa gak ada temennya dong,"

Salsa terkekeh. "Nanti Tante sering-sering main kesini, kok."

"Janji, ya?"

"InsyaAllah,"

Kini Salsa dan Dewa sudah melajukan mobilnya keluar komplek rumah Salsa dan menuju ke rumah baru mereka.

•••