Chereads / MENIKAH DENGAN CEO / Chapter 9 - 9. PUNYA APA?

Chapter 9 - 9. PUNYA APA?

"Oh, ini istrinya Dewa?" tanya Lili sinis pada Salsa.

Salsa tersenyum dan sedikit bingung juga ini siapa. Dewa membisikkan sesuatu pada telinga istritrinya.

"Kak Lili, Kakak Mas," bisik Dewa.

Salsa mengangguk.

"Hai, Kak. Nama aku Salsa," ujar Salsa tersenyum dan menyodorkan tangannya untuk salim pada Lili.

Lili tidak memberikan tangannya, justru ia acuh dan langsung duduk di atas sofa samping laki-laki, mungkin suaminya.

Salsa tersenyum dan mengambalikan tangannya ke tempat semula.

"Anak sekolah?" tanya Lili kembali.

"Iya, Kak." jawab Salsa masih ramah.

Lili meneliti Salsa dari atas sampai bawah dengan tatapan tidak suka dan mengintimidasi.

"Cewek kayak gini yang Ayah sama Bunda pilih dan nikahin sama Dewa?" ujar Lili.

"Maksud kamu apa Lili?" tanya Risa.

"Lili kira dari kalangan kiyai juga, atau minimal santriwati lah. Ini malah anak sekolahan? Pakaian nya pun seperti ini, Ayah sama Bunda lagi ngelawak?" kekeh Lili.

"Ini sudah keputusan Ayah sama Bunda, dan satu lagi. Jaga bicara kamu Lili." peringat Risa sekali lagi.

"Apa yang salah sama omongan Lili?"

"Lah emang bener, Bun. Dia kayak cewek murahan, pasti cuman mau morotin uang Dewa aja," lanjut Lili tajam.

Salsa mendengar semuanya, runtuh sudah pertahanan senyuman palsunya. Buliran air mata Salsa sudah berlomba-lomba meluruh.

"Stop, ya, Kak. Dewa gak terima Kakak hina-hina istri Dewa. Kakak gak usah nilai orang dari luar nya aja, Kakak gak usah nilai orang seolah-olah Kakak tahu semuanya." ujar Dewa sudah tidak tahan.

"Berani ya, kamu ninggiin suara kamu di depan Kakak." kesal Lili.

"Kenapa engga?" tantang Dewa.

"Pasti otak kamu udah di cuci kan sama tuh cewek, dasar emang cewek gak tahu diri." sarkas Lili pada Salsa.

Sudah, Salsa sudah tak kuat.

"Kita baru aja ketemu, dan anda sudah menilai saya seperti itu. Okay, itu hak anda. Tapi asal anda tahu saya bukan perempuan yang anda katakan barusan. Pakaian saya terbuka, dan tidak memakai hijab sama seperti anda. Tapi saya masih punya harga diri, dan sayang sekali anda tidak akan bisa menjatuhkan harga diri saya. Anda mau menjodohkan suami saya dengan santriwati disini?" ujar Salsa angkuh dan sudah menghapus air matanya dengan kasar.

"Lebih baik adik saya nikah sama wanita yang paham agama daripada kamu bisanya cuman morotin uang adik saya saja."

"Boleh-boleh aja. Tapi langkahi dulu mayat saya," ujar Salsa.

Dewa tersenyum kala melihat istrinya melawan seperti ini. Salsa emang beda. Risa dan David pun melongo mendengar semua perkataan dari mulut Salsa. Menantunya ini memang ajaib.

"Asaalamualaikum," salam seorang santriwati.

"Waalaikumsalam." jawab semuanya.

"Eh, Karin. Sini cantik," panggil Lili tersenyum.

Karin mengangguk dan duduk dekat dengan Lili. Karin terus menatap wajah tampan Dewa. Orang yang selama ini ia selalu tunggu di pesantren akhirnya ke sini juga.

"Ada Dewa, lho. Gak mau nyapa tuh?" goda Lili.

Karin tersenyum malu. "Assalamualaikum, Gus."

"Waalaikumsalam," jawab Dewa datar.

Salsa tersenyum senang kala Dewa menjawabnya dengan datar.

"Gus udah lama gak kesini, sibuk ya?" ujar Karin.

"Hm," singkat Dewa.

Lagi-lagi Salsa tersenyum senang.

"Ini cewek yang anda maksud?" sinis Salsa.

"Iya. Kenapa, cantik ya? Iya lah, cantik, paham agama." sombong Lili.

Salsa tertawa renyah. "Iya sih, cantik. Tapi apa pantas lirik-lirik, mandangin suami orang. Katanya paham agama, tapi bukannya gak boleh ya natep mata yang bukan mahramnya?"

"Biarin aja. Kan bentar lagi juga mau di halal in sama Dewa," balas Lili.

"Mau lo jadi istri kedua?" tanya Salsa pada Karin.

Karin mengangguk. "Mau," jawabnya dengan tanpa malu.

"Punya apa lo buat suami gue?" ujar Salsa.

"Maksudnya?" bingung Karin.

Salsa terkekeh. "Bisa muasin suami gue gak?"

Semua mata terbelalak dengan kata-kata Salsa begitu juga Dewa. Tapi di akhir mereka tersenyum.

"Ka-kamu," kaget Karin dan Lili bersama.

"Kenapa? Bukannya suami istri itu udah biasa, ya?" kekeh Salsa.

"Kan masih sekolah," ucap Karin.

"Masalah?" ujar Salsa.

Karin menggeleng. "Engga sih,"

"Silahkan aja sih rebut, tapi gue pastiin lo gak akan pernah dapat." tegas Salsa keluar dari ndalem.

"Bun, Yah. Salsa sama Mas Dewa pamit pulang, disini ada cewek gatel mau rebut suaminya Salsa. Jadi sebelum itu mau Salsa aman in dulu." ujar Salsa.

David dan Risa dibuat tertawa. "Iya, gih aman in dulu." ujar David tertawa.

"Gak jadi buka disini nak?" kekeh Risa.

"Lain kali deh Bun, kalo udah gak ada penyebab Salsa gatel-gatel hehe... " cengir Salsa.

"Yaudah, hati-hati." pesan Risa.

"Iya Bun, assalamualaikum." salam Salsa dan Dewa.

•••

"Mas... " rengek Salsa.

Dewa yang sedang memainkan ponselnya pun menoleh pada istrinya yang sedang merengek sedari tadi disampingnya.

"Apa sayang?"

"Kamu mah dari tadi apa sayang-apa sayang mulu," cemberut Salsa.

Dewa terkekeh dan menarik istrinya kedalam dekapannya.

"Kenapa hm?"

"Pengen dipeluk, tapi kamu nya main hp mulu."

"Ini kan udah dipeluk,"

"Iya, barusan."

Dewa mengusap-usap kepala istrinya dengan sayang dan mencium kening sang istri lama.

"Aku takut, Mas." cicit Salsa didalam dekapa Dewa.

"Takut apa hm?"

"Kamu pergi, kamu nikah lagi."

Dewaa mengusap pipi lembut istrinya memberikan ketenangan.

"Engga akan sayang. Mas selalu ada di samping kamu. Mas gak akan pergi, Mas gak akan nikah lagi. Cuman sekali, dan itu sama kamu. Mas cinta kamu, kamu tahu itu. Apa yang kamu takutin sayang?"

"Soal tadi sore." ujar Salsa.

Dewa mengerti.

"Mas cinta dan sayang sama kamu, nikah sama kamu, sukanya sama kamu. Gak akan ada wanita lain sayang, cuman kamu. Apapun yang terjadi kedepannya sama pernikahan kita, kita hadepin bareng-bareng ya sayang," ujar Dewa.

Salsa mengangguk dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Mas Dewa gak malu kan punya istri kayak aku?"

"Hust, kok ngomongnya begitu hm? Mas gak pernah malu, dan kenapa harus malu?"

"Takut aja,"

"Engga sayang. Mas gak pernah malu, justru Mas bahagia dan bangga banget sama kamu."

"Aku cinta banget sama Mas Dewa. Dan yang buat aku takut, takut Mas Dewa berpaling sama cewek lain."

Dewa menggeleng. "Engga sayang. Mas gak akan pernah berpaling, satu aja cukup.

Salsa tersenyum dan mengecup singkat bibir Dewa.

Dewa membalasnya, mencium singkat bibir Dewa dan kedua matanya serta kening dan pipi.

"Sayang Mas Dewa." ujar Salsa.

"Sayang istrinya Mas juga," ucap Dewa lembut.

"Tidur, ya sayang. Udah malam," kata Dewa.

"Huum, aku ngantuk banget. Jangan lupa nanti bangunin kan aku mau masak buat kamu,"

"Iya sayang, nanti Mas bangunin,"

Dua pasangan suami istri itu pun terlelap dengan mimpi indah masing-masing. Menjelajahi alam mimpi yang indah.

•••