Chereads / Into Reality : Mewujudkan Cinta Virtual / Chapter 13 - Bab 13 : Mungkinkah?

Chapter 13 - Bab 13 : Mungkinkah?

"Daniel," Seorang pria menangkap tingkah laku abnormal dari teman segrup-nya yang bernama Daniel, "kau terlihat gugup. Ada apa?" katanya.

Memang sudah bukan rahasia lagi, bahkan para penggemar dapat meyadari kebiasaan Daniel yang satu ini. Ketika lelaki itu tengah menggelisahkan sesuatu, ia akan menggosok-gosok tangan demi mendapatkan rasa hangat, seakan-akan di sekitarnya berada dalam suhu yang dingin.

Ia mengalihkan perhatiannya menuju si pemanggil yang berbeda dengan Leon, aura orang itu lebih tenang meski berposisi sebagai member tertua. Orang itu melakukannya bukan tanpa alasan. Semua dilakukan agar para member tidak tertekan berada di sisinya hanya karena ia adalah member tertua Re:UniTY.

Daniel menjadi salah satu orang yang merasakan itu. Karena kelembutannya lah dia jadi ingin membuka mulut kepada sosok yang paling dihormati dalam grupnya. Memberitahukan apa yang sedang dia pikirkan.

"Malam nanti aku akan bermain game online bersama temanku. Tapi, sekarang aku jadi bingung sekali karena ini pertama kali kami melakukan panggilan suara. Biasanya kami hanya bertukar chat. Apa yang perlu kulakukan nanti?"

Orang itu menepuk-nepuk bahu Daniel, mencoba menyemangatinya sedikit. "Kalau itu kau, aku yakin kau bisa membawa suasana menjadi lebih menyenangkan. Percaya dirilah, Daniel Kim."

Senyuman teduhnya membuat jiwa Daniel menjadi lebih damai hingga bisa mendamaikan lagi isi pikirannya yang tengah kacau. Lelaki itu menepuk-nepuk kedua pipinya sendiri, berusaha menyadarkan diri untuk tidak terlalu pesimis. Ya, benar yang dikatakan si member tertua.

Meski Daniel tidak menyadari hal ini, tetapi kesaksian keempat member Re:UniTY selain Daniel yang mengatakan hal yang sama sudah cukup membuktikan bahwa dirinya tidak seburuk yang ada dalam pikirannya sendiri. Ya, dia bisa menggiring pembicaraan di antara mereka nanti menjadi lebih mengasyikkan.

Kini, kepala pria bersurai merah gelap tersebut mendongak dan netranya langsung terarah ke depan, menyaksikan diri dengan wajah yang berekspresi berantakan. Siapa dia? Daniel tidak mengenalinya!

"Kau sudah mengerti, kan?" Rupanya si member tertua juga sedang memperhatikan pantulan dari tubuh mereka, terutama Daniel.

Dia menggerakkan kepala ke atas dan bawah. Memandang penuh yakin kepada si member tertua. "Ya, baru saja. Kau benar. Aku tidak boleh putus harapan hanya karena rasa takut."

Daniel pun bangkit dari tempatnya berdiam diri. Sesuatu yang berkobar-kobar seperti api seketika memenuhi pribadi itu. Sekarang tatapannya kembali menajam, sama seperti sebelumnya.

"Kau mau ke mana?" Si member tertua menaikkan sebelah alisnya melihat Daniel berjalan ke arah staf yang bertugas mengatur musik.

Ia melihat dengan memalingkan muka ke belakang, yakni kepada si member tertua, kemudian membeo, "Tentu saja memulai latihan lagi. Kau mau pulang lebih cepat tidak?"

Merasa sangat heran, si member tertua pun turut menegakkan tubuhnya dengan bertumpu pada kedua kaki. Sebenarnya tawaran yang diberikan Daniel memang sangat menggiurkan. Tetapi...

"Semangat sih semangat, tapi jangan terburu-buru begini! Aku juga masih ingin istirahat!" Namun dengan segala protes yang ia ajukan, kakinya malah mengambil langkah mengikuti jejak Daniel.

Aneh, memang.

***

Lagi dan lagi, pria bersurai merah gelap tersebut memiliki jadwal latihan vokal meskipun untuk sekarang hanya ia sendiri yang mengerjakannya.

Walau pria itu sudah sangat tidak sabar untuk bertemu dengan PurpleAce, namun pekerjaan ini menjadi salah satu kewajibannya yang tak lain demi memuaskan keinginan para penggemar.

Dia harus melaksanakannya atau takkan ada peningkatan pada setiap penampilannya nanti. Daniel tak mau mengecewakan penonton.

"Cobalah tahan napas sedikit lebih lama. Jangan terburu-buru mengeluarkannya," anjur sang pelatih vokal yang kini sedang menyaksikan anak asuhnya.

Sang idol mengangguk paham. Ia kembali mencoba mengasah teknik pernapasannya karena selama berkarir, Daniel memiliki kelemahan dalam pengaturan napas.

"The Way ...." Latihan tersebut diakhiri oleh suara merdu Daniel bertipe tenor, yang mana jenis suara ini adalah jenis suara tertinggi yang dimiliki pria.

Lalu, Daniel menunggu respon pelatih vokalnya dengan cemas. Dia khawatir—

"Untuk hari ini sudah cukup. Kau sudah mengalami banyak peningkatan. Tapi, jangan lupa untuk terus berlatih selama di asrama. Kau mengerti?"

Laki-laki itu otomatis tersenyum. Dia takkan pernah melupakan nasihat sederhana ini. "Iya, Pelatih. Terima kasih atas kerja sama anda."

Pria itu memutar kursinya jadi membelakangi Daniel. "Setelah ini, kau masih ada jadwal?"

Daniel pun menyahutnya. "Tidak ada lagi. Aku akan langsung pulang ke asrama."

Dan sekali lagi sebelum benar-benar memulangkan dan mengistirahatkan diri, si idol mengucapkan rasa terima kasihnya kepada sang pelatih sebelum benar-benar keluar dari gedung agensi.

Terlebih dahulu Daniel merapikan barang-barangnya yang berada di luar tempat yang semestinya. Oh, tentu saja dia tidak sembarang menyimpan 'mereka'.

Member Re:UniTY tertua yang ketiga memiliki studio tersendiri yang membuatnya bisa memproduksi banyak lagu. Leon juga punya, tetapi pria itu mengatakan tidak akan ke studionya hari ini karena ada suatu urusan sepulang dari agensi.

Karena inilah akhirnya Daniel putuskan untuk menitipkan tas beserta benda-benda keperluannya di sana. Si member tertua ketiga tidak keberatan untuk "jasa penitipan barang" ini.

Setelah memasukkan kata sandi ruangan, si pintu mengizinkan pria itu masuk dan dia pun disambut oleh seseorang yang tengah serius memandang layar monitor di depan mata. Daniel menyadari kegiatan yang dikerjakan member tersebut.

"Untuk ¹comeback atau ²mixtape?"

Si teman menjawabnya, "Tergantung. Kalau memungkinkan, aku akan menjualnya pada penyanyi lain."

"Aku tidak heran kalau itu kau. Kau sering membantu memproduseri lagu-lagu penyanyi lain," tutur Danie

Member tersebut tidak menjawab apa yang dikatakan teman segrupnya, karena ternyata ia malah membahas hal lain.

"Bagaimana latihan vokalmu?"

"Cukup baik, dan sekarang aku merasa haus." Pandangan Daniel mengarah pada sebuah benda yang digunakan untuk menyimpan makanan maupun minuman menggunakan suhu dingin supaya tidak cepat busuk maupun basi.

"Adakah minuman dalam kulkas minimu itu?" Dan Daniel akhirnya menanyakan itu.

"Air putih. Kau bisa meminumnya."

Daniel mengacungkan jempol kanannya. "Baiklah. Terima kasih, Zaf."

Bergegaslah pria itu menuju tempat penyimpanan yang dimaksud. Begitu ia membukanya, benar apa yang dikatakan si member tertua ketiga. Ternyata cuma ada air putih di dalamnya. Mungkin ini untuk menjaga suaranya agar tetap kuat selama menjadi rapper.

Daniel tidak banyak memikirkan itu. Selagi ada minuman, masa bodoh.

Alhasil dia mengambil salah satunya dan kembali ke tempat duduk—sebuah sofa yang disediakan di studio tersebut. Ia jadi memperhatikan Zaf yang sedang bekerja.

Sejujurnya Daniel agak iri terhadap apa yang dipunya Zaf. Maksudnya sebuah studio untuk diri sendiri? Dia sungguh memimpikan ini. Tetapi, Zaf wajar bisa mendapatkannya karena ia dan Leon merupakan salah satu produser—walaupun bukan yang utama—di agensi tersebut.

Daniel masih tenang memperhatikan Zaf yang bekerja hingga suara si member ketiga tersebut menginterupsi lamunannya.

"Kau tidak akan pulang sekarang?"

Apa pria itu agak terganggu oleh perhatian yang dia berikan? Daniel sempat memikirkan hal ini.

"Sebentar lagi. Lagipula aku pun harus bermain game online bersama temanku, jadi aku tidak bisa berlama-lama di sini."

"Oh, baiklah." Zaf menjedanya sebentar sebelum mengatakan, "Apa dia perempuan?"

Tangan Daniel mengibas-ngibas di udara, depan mukanya sendiri. "Pertanyaan macam apa itu? Memangnya apa yang salah soal jenis kelamin temanku?"

Mata Zaf masih memperhatikan layar monitornya. "Ada beberapa kemungkinan mengapa kau ingin cepat-cepat pulang cuma karena bermain game online, tapi aku akan menyebutkan empat saja."

Zaf membalikkan kursi hingga tubuhnya menghadap Daniel, lalu dia mengangkat kelima jarinya yang mengarah pada Daniel dan melipatnya satu per satu.

"Satu, kau membutuhkan pelampiasan karena rasa lelahmu. Dua, ada suatu rahasia yang ingin kau bahas berkedok bermain bersama. Tiga, kau dengan mereka menjadi dekat belum lama ini. Empat, karena dia perempuan dan kau menyukainya."

Untuk alasan yang terakhir, Daniel dibuat tertawa karenanya.

Memang benar PurpleAce seorang perempuan, tetapi dirinya saja belum tahu identitas sesungguhnya PurpleAce. Ingin menyukai, bagaimana caranya?

Daniel menggeleng-geleng tak paham lagi. "Aneh-aneh saja kau."

***

"Oh, kau sudah pulang? Mau makan sekarang?"

Daniel menyahutnya, "Nanti saja aku masak sendiri."

Tidak, bukan bermaksud menolaknya. Masakan member tertua tak pernah gagal membuat Daniel maupun ketiga member lain jadi gagal menjalankan diet.

Hanya saja Daniel sudah terlanjur bilang pada PurpleAce bahwa dirinya ada waktu untuk menemani perempuan itu bermain game online, pun telah mengabari orang tersebut kalau Daniel sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Tentu saja Daniel tak ingin mengingkari ucapannya sendiri. Benar-benar bukan lelaki sejati jika dirinya melakukan itu.

Dia kembali mengirim pesan kepada PurpleAce bahwa dia sudah masuk ke permainan begitu PC-nya telah menyala. Semakin tidak sabar pria itu.

[VitC : Biar aku duluan yang menyalakannya.]

Mengapa jadi Daniel yang merasa jantungnya berdebar sangat kencang? Ini sungguh tidak baik. Padahal hanya karena ini, tetapi sudah membuat Daniel menjadi selemah ini.

Lama tak ada balasan hingga ia berpikir PurpleAce belum siap untuk bercakap secara langsung. Namun, seketik matanya membulat sempurna ketika suara perempuan terdengar dalam headphone yang dia pakai.

"Halo? Kau VitC, kan? Eh, pertanyaan aneh apa itu? Maaf, aku terdengar canggung. Lupakan saja. Terima kasih sudah mau menerima ajakanku, VitC."

Perkataan PurpleAce barusan mendadak tak dapat didengar Daniel, karena bagaimana mungkin suara PurpleAce sangat mirip dengan Indigo Valentine? Tidak mungkin kan kalau mereka orang yang sama?

~xxx~

-TBC-

Notes :

1. Comeback dalam dunia per-idol-an mempunyai maksud yaitu kembali melakukan promosi atau membuat lagu baru.

2. Mixtape adalah album yang diproduksi sendiri oleh artis atau musisi dan bisa juga diartikan sebagai kompilasi lagu yang bisa dinikmati oleh siapa saja secara gratis atau tidak dikomersilkan.