"VitC? VitC? Kau baik-baik saja?" Ia memanggil-manggilnya yang telah membuat orang itu khawatir. Bagaimana tidak? Di saat ia sedang mengucapkan banyak kata-kata, pria itu tidak menyahutnya sama sekali, padahal ia baru saja mendengar suara Daniel.
Daniel menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menyadarkan diri agar alam bawah sadarnya kembali pada kenyataan, yang mana dirinya tengah berada di halaman depan permainan yang akan dimainkan bersama teman virtualnya, PurpleAce.
Dia akhirnya tahu sudah membuang-buang waktu PurpleAce, padahal wanita itu sudah mau menunggunya yang selalu sibuk belakangan ini.
"Maaf sudah membuatmu menunggu, PurpleAce. Aku ada urusan sebentar barusan dan baru saja kembali," sahutnya dengan alasan yang dibuat-buat. "Selain itu, kau tenang saja. Tidak terjadi sesuatu yang buruk kepadaku. Jadi, kau tak perlu mencemaskan aku."
Ada suara helaan napas dari sisi yang bersebrangan dengan Daniel. "Syukurlah. Aku sangat takut ada apa-apa. Aku nyaris panik jika seandainya kau tidak kunjung menjawabku. Aku tidak mampu menolongmu secara langsung jika kau mendapatkan masalah besar. Ditambah aku pun tidak tahu di mana rumahmu untuk memanggil polisi agar datang ke tempatmu."
Benar juga. Daniel ingat dirinya tidak pernah memberitahu ketiga temannya kalau dirinya tinggal bersama seluruh member Re:UniTY, selain sebuah fakta bahwa Daniel tinggal di satu kota yang sama dengan PurpleAce dan Bigbro, sedangkan BlueButterfly berada di kota lain.
Meski begitu, tentu dia tidak bisa memberitahukan alamat tempat tinggalnya secara lengkap kepada PurpleAce demi menjaga identitas diri sendiri supaya tetap rahasia. Selain itu, Daniel pun tak mau membuat PurpleAce menjadi canggung karena ia tengah berbicara dengan seorang idol.
Biarkan ini menjadi rahasia Daniel seorang saja.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku, PurpleAce. Tak masalah, aku tinggal bersama temanku. Jadi, ada dia yang bisa memastikan kondisiku kalau terjadi sesuatu yang buruk."
Daniel sedikitnya senang bisa diperhatikan meski oleh teman virtual, karena teman yang dikenal lewat dunia maya tidak semua akan peduli. Kebanyakan hanya penasaran terhadap permasalahan yang dipunya, lalu bersikap abai seolah-olah tidak mengetahui apapun.
Dia bisa memastikan PurpleAce bukan orang yang seperti itu. Atau mungkinkah nanti Daniel perlu uji orang itu agar ke depannya dia bisa memberikan hubungan timbal-balik yang baik juga untuk PurpleAce?
"Baiklah kalau begitu. Aku harap kau selalu baik-baik saja." Meski PurpleAce tak dapat melihat, namun Daniel tetap menggerakkan kepala ke atas dan bawah. "Ingin mengobrol dulu atau langsung bermain saja?" tanya PurpleAce tanpa berbasa-basi.
"Memangnya tidak masalah kalau kita berbincang-bincang terlebih dahulu? Ah, maksudku, aku hanya takut menganggu privasimu."
Daniel melirik pada jam di atas meja yang sudah menunjukkan waktu yang telah mereka lewati sudah lebih dari 10 menit.
Dan PurpleAce pun menjawab, "Oh, tenang saja. Aku tidak merasa begitu. Siapa tahu dengan komunikasi ini, kita menjadi lebih dekat. Mungkin ketika seandainya kita mengadakan pertemuan?"
Daniel terbungkam. Dia benar-benar terpojok dua kali oleh PurpleAce. Merasa sedikit tersinggung lantaran dirinya seorang idol yang tidak bisa leluasa bertemu dengan teman-temannya di lingkungan luar. Walau bisa, Daniel harus menutup diri demi merahasiakan identitasnya (lagi).
Kira-kira kalimat apa yang dapat membalas ucapan PurpleAce tanpa menyakiti perasaannya?
***
Estela ingin mengatakan bahwa dirinya bertindak di luar batas. Bahkan wanita itu sampai memukul-mukul pelan kepalanya akibat tindakan ceroboh yang telah dia lakukan kepada VitC.
Dia baru menyadari ucapannya barusan terdengar seperti ingin mengenali lebih dalam VitC. Mereka hanya teman virtual, bukan teman di dunia nyata. Apa yang diharapkannya? Estela memaki-maki diri sendiri dalam hati.
"Dia pasti marah," ujarnya yang kini merebahkan kepala di atas meja. "Kau bodoh sekali. Bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu kepada orang yang belum kau kenal lebih dalam."
Selanjutnya, tubuh Estela terlonjak di tempat ketika suara VitC tiba-tiba memanggilnya. Ada apa? Bukankah dirinya sudah mematikan microphone agar VitC tak dapat menangkap bunyi gerutunya?
"Halo, PurpleAce? Kau bisa mendengarku?"
Dengan segeralah perempuan berponi sejajar dengan alis tersebut menyalakan microphone-nya, merespons panggilan dari si teman yang ditujukan kepada dirinya.
"Iya, aku mendengarmu." Estela menggigit bibir bawahnya sebelum mengatakan, "Soal yang barusan, aku minta maaf—"
"Tentang barusan, aku memang super sibuk dengan pekerjaanku sampai bermain hanya pada malam hari. Tapi ketika hari libur tiba, kurasa aku akan mencoba bertemu denganmu."
Ia memotong omongan Estela, dan apa yang keluar dari mulut VitC nampaknya sukses membikin Estela mematung sampai berpikir keras mengenai maksud VitC.
VitC menjeda ucapannya sebentar hingga dia menyadari ada yang aneh. "Eh!? Maksudku bertemu dengan kalian. Iya, begitu. Maaf aku salah berucap."
Walau pipinya sudah terlanjur memerah karena tersipu, namun ini tidak menghalanginya untuk sedikit tergelak akan pernyataan temannya tersebut.
Estela sendiri takut menganggu pekerjaan VitC juga yang lain, walaupun dirinya memiliki pekerjaan juga. Belum lagi menjadi virtual idol. Tetapi, tidak seharusnya pada 'perkenalan pertama' mereka dia bertindak begini.
Meski begitu, atas ungkapan yang ditunjukkan VitC memberitahukan bahwa pria itu tidak mempermasalahkan ajakan Estela. Ya, setidaknya ini membuat Estela jadi ingin merasakan bagaimana berkumpul dengan teman yang satu selera.
Ya, Estela percaya dirinya, VitC, bersama dengan Bigbro dan BlueButterfly memiliki selera yang sama, yaitu ketertarikan terhadap sebuah game online.
"Aku tidak akan menggigitmu, VitC. Jadi, santai lah sedikit. Jangan merasa tidak enakan begitu." Dan dia dibalas suara tawa oleh VitC.
"Hahaha ... Mengapa jadi aku yang diperingatkan? Kan kau sendiri yang sebelumnya merasa salah berkata." VitC melanjutkan tawanya. "Kau saja mudah panik kan, bahkan saat sedang bermain game."
Estela mengusap-usap sisi kanan lehernya. "I-itu cuma saat bermain. Kenyataannya aku tidak semudah itu untuk panik."
"Ya, terserah kau saja. Ingin bermain sekarang?"
Akhirnya si wanita menegtahui mereka telah berbincang cukup lama.
"Boleh. Kalau begitu, ayo mulai!"
***
Berkali-kali Daniel mengeluarkan bunyi desah yang berat dan dalam, agak frustasi melihat PurpleAce yang sejak tadi karakternya seperti orang yang lupa segala-galanya karena bingung, ditambah mungkin pikirannya tengah banyak mencari berbagai upaya agar mereka berdua bisa keluar dari labirin yang membuat Daniel sangat ingin mengumpat.
"Kau perlu menurunkan kayu itu," ucap si idol pria sembari menatap layar di sebelahnya yang menampilkan karakter PurpleAce sedang memandang ke depan.
"Tidak! Bukan di situ! Arah sebaliknya!" Kemudian, Daniel melihat karakternya sedikit terkena serangan anak panah pada bahu kiri dari belakang.
Dan karena itu pula Daniel mengumpat sampai membuat PurpleAce terkejut. Wanita itu biarkan Daniel dan melanjutkan pencariannya. Dia pun tiba di sebuah tuas kayu yang menancap pada dinding. Tak ingin lagi menghabiskan waktu tanpa hasil, cepat-cepat Daniel memerintahkan PurpleAce untuk segera menurunkan tuas tersebut.
Di posisi Daniel, rupanya tuas itu membuka sebuah pintu yang menghubungkannya ke bagian lain dari labirin gila tersebut. Dia bergegas masuk dan mencari sesuatu untuk bisa membuat PurpleAce masuk ke sisi lain labirin juga. Supaya mereka cepat-cepat keluar dari sana.
"Eh? Coba mundur ke belakang, VitC!" titah PurpleAce. Ternyata wanita itu sedang memperhatikan layar pada bagian Daniel. "Arahkan kameramu ke bawah!"
Lagi-lagi Daniel menurut. "Ada tombol!" serunya.
PurpleAce pun berkata, "Kau diam di situ, biar aku cari sesuatu dari tombol apa yang sedang kau injak."
"Baiklah. Hati-hati!" PurpleAce menunjukkan karakternya sedang memberikan jempol.
"Kalaupun tidak, karakter kita akan hidup lagi, VitC." PurpleAce melanjutkan perkataannya.
"Aku hanya malas mengulang stage ini." Kening Daniel seketika mengerut. "Eh, aku melihat sesuatu. Pergi ke kanan—maksudku, kalau kau balik badan, sesuatu itu ada di sisi kirimu."
"Benarkah? Baiklah. Balik badan dan belok k—" Sontak PurpleAce menjerit kaget, "Ya Tuhan! VitC! Astaga ... Aku tidak bersiap-siap dengan yang barusan!"
Daniel pun jadi tertawa setelah berhasil menjahili PurpleAce. "Ringan sekali tawamu, sedangkan aku di sini hampir jantungan," keluh PurpleAce.
"Maaf. Aku ingin tahu bagaimana reaksi seorang pro-player game FPS jika bertemu hantu." Perlahan-lahan suara tawa Daniel menghilang.
"Awas saja kau! Tapi, yang barusan itu the shadow, kan?"
Meskipun PurpleAce tidak dapat melihatnya, namun Daniel tetap menganggukkan kepala. "Kau benar. Sebaiknya kita bergegas. Waktu kita tinggal sedikit lagi."
Mereka berdua tahu kalau perjalanan yang telah mereka lakukan tinggal sedikit lagi dan akhirnya mereka bisa keluar. Akan tetapi, Daniel bisa mendengar PurpleAce mendapat panggilan telepon dari seseorang yang tidak dapat dia ketahui.
"Maafkan aku. Ada panggilan yang perlu kuangkat."
Daniel membiarkannya setelah mengizinkan wanita itu menjawab panggilan tersebut. Izin ini bukan berarti tidak ada maksud.
Sebenarnya selagi PurpleAce sedang menerima panggilan yang ditujukan kepada diri itu, Daniel cepat-cepat mencari channel milik Indigo. Dia ingin memastikan suatu hal. Dia berharap apa yang menjadi dugaannya terbukti benar.
Daniel mendapatkannya! Sebuah video berdurasi tiga jam ketika Indigo tengah bermain sebuah game online bertema zombie yang diberi nama Life&Die.
Karena menggunakan ID, jadi orang-orang takkan bisa menambahkan teman dengan sembarangan, dan hal ini tentu membuat para pemain merasa aman juga para streamer tidak perlu menutup bagian nickname pemain.
Daniel bergumam, "Bigbro, BlueButterfly, VitC, dan ... PurpleAce." Lalu, dia pun tersenyum setelah menemukan apa yang dia cari. "Ternyata benar. Orang itu memang Indigo Valentine."
~×××~
-TBC-