"Orang itu memang Indigo Valentine," gumamnya.
Ada beberapa rekaman streaming Indigo yang menujukkan dia bermain bersama ketiga teman online-nya, yang salah satunya adalah Daniel sendiri.
Meski beberapa orang menyarankan ¹voice reveal, sepertinya Indigo sengaja melewatkan komentar tersebut demi menjaga identitas teman-temannya. Kalaupun ingin, Indigo dan Daniel sendiri mengobrol secara lisan baru kali ini dan untuk pertama kalinya.
Jadi, bagaimana dia bisa melakukan itu kalau Indigo saja tidak tahu suara teman bermainnya?
Daniel aman dari rasa penasaran orang-orang mengenai VitC yang karakternya nampak sekali selalu dekat dengan PurpleAce alias Indigo. Padahal mereka lakukan karena mereka diharuskan bekerja sama.
Jika penontonnya tahu Indigo bermain dengan seorang player bersuara Daniel Re:UniTY yang pernah dikabarkan berkencan dengannya, reputasi mereka berdua sebagai seorang idol akan terganggu meski tak bisa diperkirakan seberapa besar dampak yang akan muncul. Orang-orang akan mencurigai keduanya terlibat hubungan kencan.
Daniel bisa saja mengabaikan ini, dan mungkin begitu juga dengan Indigo. Akan tetapi, melihat penggemar mereka menyerang satu sama lain, Daniel tak bisa membiarkan hal ini terjadi.
Tetapi kini, pertanyaannya cuma satu. Apakah Indigo mengenalinya, sebagai Daniel Re:UniTY?
Kemudian, dapat didengar suara helaan napas datang dari PurpleAce yang mulai dari sekarang akan Daniel sebut sebagai Indigo. Kepala pria itu berubah miring. Mengapa dari itu saja aura di sekitarnya mendadak berubah?
"Kau sudah selesai?"
Indigo di seberang sana menjawab, "Ya, kurasa begitu."
"Kurasa?" Daniel mengulangnya. "Apa urusan yang barusan agak berat untuk diselesaikan sekarang?"
Bukan bermaksud sok dekat, namun Daniel memang memiliki tingkat kepekaan yang cukup tinggi. Hanya dari suara dan bahasa dalam mengetik saja sudah cukup memberi informasi kepadanya.
"Ya, begitulah. Mungkin akan memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu." Indigo terdiam sejenak. "Maaf kau jadi terpaksa mendengar keluhanku."
Si pria bersurai merah gelap itu tidak bisa membenarkan ocehan tersebut, hingga dia berterus terang. "Hei, aku tidak berpikir melakukannya karena terpaksa. Justru aku sengaja bertanya begitu agar kau setidaknya bisa sedikit terbuka kepadaku. Meski kita cuma teman bermain game online, tapi kau tetap temanku, PurpleAce. Sudah sewajarnya aku membantumu atau mendengarkan cerita hidupmu."
Selain itu, Daniel sangat mengerti bagaimana kerasnya kehidupan dalam dunia hiburan. Meski dirinya tak tahu apakah permasalahan yang dihadapi Indigo mengenai pekerjaannya sebagai seorang idol virtual ataukah pada kehidupan nyata, namun Daniel bisa memahami seberat apa yang Indigo alami.
Indigo bersama si pemilik persona tersebut, dan Daniel bersama nama aslinya. Dua kehidupan dalam satu raga, perlu menyatukan tetapi tetap memisahkan. Ya, secara teori terlihat memusingkan.
"Jangan sungkan untuk bercerita kepadaku. Atau ... Kau mau nomor ponselku supaya kau bisa mengabari aku jika ada yang kau perlukan? Sebuah tempat cerita, mungkin?"
***
"Aku tidak tahu permasalahan apa yang kalian hadapi, bahkan aku melihat kalian beberapa bulan ke belakang begitu dekat. Tapi, aku ingin memberitahu hal ini demi dirimu, Estela.
"Ashton mengajukan persyaratan yang lebih berat bagi sebuah brand yang ingin menggaetmu untuk mempromosikan brand-nya. Dan aku menyaksikan sendiri banyak brand membatalkan kerja sama dengan agensi kita, tepatnya denganmu. Kalau kau masih ingin menjadi ambassador brand, kita berharap saja ada yang mau bertahan."
Sebenarnya panggilan telepon yang tersambung dengan Mrs. H terjadi secara singkat. Akan tetapi, Estela lebih memilih menenangkan diri terlebih dahulu. Dia tidak bisa membawa-bawa masalah ini ke dunia game.
Hanya saja mengapa harus terjadi sekarang? Estela sulit menutupi perasaannya dan ini merupakan 'pertemuan pertama' dirinya dengan VitC. Apa yang harus dia katakan jika sempat berucap aneh?
Sudah agak lama diberi ketenangan, Ashton kembali muncul membawa beban yang berat bagi Estela. Pada akhirnya, semua ini akan kembali membawa-bawa nama Indigo dan karir Estela sebagai Indigo pun terancam. Lelaki itu tidak main-main hanya untuk egonya semata.
Refleks, Estela menghela napas dan langsung tersadarkan kalau suara tersebut bisa sampai ke microphone. Dengan berat hati dia kembali duduk di depan layar PC-nya.
Awalnya memang sebuah pertanyaan biasa. Akan tetapi, pertanyaan yang diajukan lagi oleh VitC menjadi lebih detail.
"Kurasa? Apa urusan yang barusan agak berat untuk diselesaikan sekarang?"
"Ya, begitulah. Mungkin akan memakan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu."
Mata Estela seketika membulat mengingat sesuatu. Oh, sial! Dia sungguhan salah berucap! Langsung saja wanita itu meminta maaf atas perkataannya barusan. Bolehkah dirinya memukul kepala lagi? Mengapa selalu saja bertindak bodoh seperti ini?
Tetapi, jawaban yang diberikan VitC mampu membuat Estela merasa rawan hati karena pemahaman yang diberikan VitC kepadanya meski ia tidak tahu masalah apa yang telah Estela dapatkan.
Juga, dianggap teman? Wanita itu jadi merasa berbangga hati mendapat seseorang yang menganggapnya teman meski mereka tidak bertemu langsung.
Lalu, Estela hampir terbatuk di kala tengah minum jus jeruknya setelah VitC mengungkapkan pemberian nomor pria itu kepadanya. Mengapa di zaman ini begitu mudah memberikan nomor kepada orang yang belum terlalu dikenal?
Estela membalasnya. "Tidak, VitC. Simpan itu sebagai rahasiamu. Aku tak ingin bertindak lebih jauh dari ini. Kau mau menemaniku bermain game saja sudah lebih dari cukup untukku. Terima kasih atas perhatianmu."
"Baiklah kalau begitu. Tapi dari suaraku, apakah kau mengenaliku?"
Alis Estela terangkat sebelah. Aneh sekali perkataan VitC. Memangnya VitC siapa dalam hidupnya? Mungkinkah orang yang dirinya kenal? Tetapi, tak dapat membantah kalau Estela seperti tidak asing terhadap suaranya.
Namun, dia tetap menanyakannya. "Mengenali? Apa maksudmu?"
"Mungkin seperti tak asing dengan suaraku?"
Estela menopang kepalanya di atas meja. "Aku memang merasa deja vu. Tapi, aku tidak sepenasaran itu."
VitC lagi-lagi menyarankan hal yang sama. "Ya sudah, kalau begitu kau boleh menyimpan nomorku untuk berjaga-jaga saja." Dan selanjutnya memperingatkan Estela. "Tolong jangan berikan pada siapapun! Nomor ini khusus untukmu."
Perempua itu merasa VitC adalah pribadi yang lucu sekaligus mengherankan. Dia yang memberikan nomor, dia sendiri yang meminta untuk tidak menyebarkan nomornya. Tetapi, Estela akan tetap menyimpannya ke dalam ponsel biru kesayangan.
Benar, mungkin suatu hari Estela akan membutuhkan orang itu sebagai sandarannya. Walau begitu, Estela takkan memperlakukannya seperti barang yang hanya datang saat dibutuhkan.
Estela balas mengingatkan temannya tersebut. "Lain kali, jangan berikan nomormu ke sembarang orang! Bersyukur karena orangnya adalah aku. Aku tak bisa mengkhianati kepercayaan seseorang."
***
Jika bukan karena alarm pada ponselnya, sudah bisa dipastikan Daniel akan menghabiskan waktu semalaman dengan Indigo. Beruntung sebelum permainan dimulai, mereka sepakat untuk mengatur waktu agar tidak terlewat dari batas yang sudah ditentukan. Daniel membutuhkan istirahat, dan dia yakin Indigo pun demikian.
Kini keduanya telah terpisah dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing, padahal Daniel masih senang terhadap momen yang bisa dia habiskan dengan Indigo. Setidaknya dia sudah tahu bahwa PurpleAce adalah salah satu moodboster-nya, Indigo Valentine, meskipun Indigo tak mengenali dirinya sebagai salah satu member Re:UniTY.
Mari biarkan wanita itu tetap bersama rahasianya, dan Daniel akan menyimpan kebenaran ini sendirian. Dia tak mau merusak momen damai ini.
Dan sekarang, semakin bertambah kebahagiaan Daniel ketika mendapatkan sebuah pesan dari Indigo, yang kemungkinan besar itu adalah nomornya yang asli.
[Ini nomor PurpleAce. Aku sungguh menghargai usahamu untuk menghiburku. Jadi, terima kasih banyak, VitC.]
Sejenak Daniel memikirkan terlebih dahulu balasan yang akan dia kirimkan kepada Indigo.
[Kau bisa memanggilku Il. Sebenarnya aku memiliki darah Korea Selatan. 'Il' dalam bahasa korea memiliki arti 'satu', dan meskipun aku bisa yakin kalau di sekitarmu terdapat banyak teman, tapi aku ingin menjadi nomor satu yang memedulikanmu.]
Oh, astaga. Daniel jadi ingin memuntahkan isi perutnya setelah mengirim pesan mencurigakan seperti itu.
[Hahaha ... Kuakui godaanmu meluluhkan hatiku. Baiklah, kalau begitu ... Kau pun bisa memanggilku Ela."
Daniel termenung sesaat. Pesan tersebut seolah-olah memberikannya sebuah petunjuk mengenai diri sesungguhnya dari Indigo. Apa yang harus Daniel lakukan? Berpura-pura saja ataukah perlu memberitahu bahwa dirinya sudah mengenali PurpleAce sebagai Indigo?
Tetapi, bukankah itu bisa membuat Indigo jadi ragu berkirim pesan lagi, bahkan bermain bersama? Kalau dibiarkan, kemungkinan besar wanita itu akan memberitahukan dirinya yang asli. Daniel merasa tidak seharusnya dia tahu akan hal ini.
Pria itu terus-menerus berpikir keras terhadap keputusan mana yang perlu dia ambil.
~×××~
-TBC-
1. Voice reveal adalah sebuah tindakan untuk mengungkapkan jati diri seseorang ke publik lewat suara.