Sebuah video baru diunggah oleh channel resmi milik Re:UniTY. Kemunculan video tersebut ditandai oleh bunyi 'ting' yang sangat singkat dari ponsel Estela. Seingatnya, terakhir kali mereka mengunggah video pada minggu kemarin.
Wanita dengan mata berbentuk almond tersebut berada di samping ketika benda miliknya berbunyi. Salah satu tangan milik si wanita tengah memegang spidol yang mencoret-coret pada sebuah papan tulis putih, rupanya sedang berada dalam kegiatan menyusun jadwal streaming Indigo untuk minggu depan.
Dia biarkan selama beberapa menit sampai akhirnya mau membuka ponselnya. Yang tengah dikerjakan wanita itu untuk sementara waktu akan didiamkan.
Ternyata video tersebut hanya sebuah ¹dance practice Re:UniTY yang membawakan lagu 'Red Shield'. Terdengar menggebrak jiwa, membuat Estela yang sebelumnya agak mengantuk karena terlalu berpikir terlalu keras, menjadi tersadar 90%. Sejujurnya belakangan ini ia memang lebih lelah dari biasanya.
Tidak lama setelah Estela menontonnya, sebuah pesan dari VitC terbaca oleh si wanita lewat notifikasi di atas layar yang muncul. Sudah dua hari berlalu sejak mereka bertukar nomor dan kabar. Oh, dia lupa! Sekarang namanya tidak lagi VitC, tetapi Il!
[Selamat malam, Ela. Maaf aku baru membuka pesan darimu.]
Membacanya membuat Estela jadi tersenyum sendiri. Melihat pria itu mengetik 'Ela' terlihat menggemaskan.
[Tidak masalah, Il. Jadi, kau sedang beristirahat atau pulang kerja?]
Il pun membalasnya.
[Beristirahat sebelum pulang kerja.]
[Hehe...]
Wanita itu tiba-tiba terpikir menghubungi sosok di sana, karena Il sudah memperbolehkan meneleponnya sebab Estela tidak menganggu di jam kerjanya, atau dengan kata lain dia tidak terus-menerus meneleponnya. Jadi, Il memberikan sedikit kebebasan bagi Estela.
Namun, Estela pun tahu diri. Tidak mungkin ia melakukan itu, seperti mengganggu privasi Il. Ditambah mereka baru-baru ini melakukan komunikasi secara lisan. Sehingga Estela menekan keinginannya untuk berbincang dengan Il lebih lama maupun lebih sering.
Selain itu, selama mereka berbincang sebelum saat ini, Estela merasa pria itu sangat mengerti persoalan dunia kerja terlebih penyanyi. Apa yang ia utarakan begitu berkaitan dengan perasaan Estela menjadi Indigo. Sekuat apapun kepekaan seseorang, tak mungkin bisa memberi petuah sedetail yang diucapkan Il. Seolah-olah ... Il pun merupakan salah satu idol.
Estela menggeleng-gelengkan kepala. Tidak mungkin tebakannya semudah itu hanya karena berkaitan dengan suara.
Estela menyambungkan panggilan tersebut pada ponsel Il. Ada jeda lama bagi si pria mengangkatnya.
"Halo, Ela? Ada apa?" Akhirnya diangkat!
Wanita itu memposisikan lagi ponselnya di samping telinga. "Ehm ... Bukan apa-apa. Aku cuma ingin bertanya kabarmu saja," jawabnya.
Il menertawakan balasan dari Estela. "Kukira ada apa. Aku sangat baik. Memang tadi siang cukup sibuk, tapi tidak jadi masalah. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga sangat baik."
Selanjutnya, waktu mengalir hingga mereka tak sadar karena keasyikan berbincang-bincang. Kebanyakan membahas game online multiplayer terbaru. Il tak lupa mengingatkan Estela agar tidak melewatkan makan malamnya, dan begitu juga sebaliknya.
Akibat obrolan ringan ini, Estela nyaris tak mengingat ucapan terima kasihnya atas kesediaan Il yang menjawab panggilan telepon Estela.
Il pun berani bertanya, "Kau sedang bosan, ya?"
Estela menopang kepalanya, dengan mata yang mendongak pada jam dinding di hadpaannya. "Dibandingkan bosan, sepertinya yang bisa menggambarkan perasaanku sekarang adalah tidak tahu ingin melakukan kegiatan apa. Eh, sebenarnya aku sedang mengerjakan sesuatu, tapi aku agak bingung."
"Memangnya sesuatu itu apa? Mungkin aku bisa membantumu."
"Aku sedang mengatur jadwal kerjaku untuk minggu depan. Mendadak rekan kerjaku meminta bertukar shift dan aku harus mengubah jadwal yang telah kubuat." Ya, jadwal menjadi Indigo. Dia terpaksa mengaturnya ulang.
"Memangnya ada yang harus kau lakukan sampai perlu membuat jadwal begitu?"
Seketika Estela terdiam. Padahal berbicara banyak dengan jumlah penonton yang juga cukup besar sambil menyembunyikan kehidupannya yang asli tidak memberikan masalah yang berarti. Mengapa jadi ada rasa takut dalam hati jika sampai salah berkata?
"I-itu ...," Mendadak wanita itu memukul meja hingga kemungkinan besar Il dapat mendengarnya dari seberang sana, "Oh ya, aku ada kerja paruh waktu lain. Jadi dari pagi sampai sore, aku menjadi pegawai tetap. Sedangkan malam hingga pagi, aku menjadi pekerja paruh waktu."
"Kau tidak lelah?"
Estela menaikkan kedua bahunya sekejap mata. "Selagi ada hari libur, aku masih baik-baik saja," ucapnya.
***
Matanya berkedip-kedip dengan cepat memperhatikan situasi yang dia alami. Sebuah tempat yang tidak asing lagi untuknya, yang bisa disebut awal mula dari kegelisahan Estela terhadap sikap dari seorang pria obsesif bersamaan dengan timbulnya perasaan manis kepada pria lain yang datang sebagai penolong di waktu yang sangat tepat.
Tubuh Estela bergerak dengan sendirinya meski sudah memberontak, mengulang adegan ketika Ashton terus memaksa Estela menikah dengannya walaupun berkali-kali ditolak. Urusannya dengan lelaki itu belum selesai di dunia nyata. Tetapi, mengapa bunga tidur pun harus diisi hal mengerikan semacam ini?
Pandangannya menemukan presensi pria tak dikenal datang menghadang Ashton menggunakan sikap dan pemikirannya yang terlihat memahami situasi yang dirasakan Estela saat itu.
Hingga sekarang, wanita itu masih tidak dapat mengetahui siapa pria dengan pakaian tertutup tersebut. Dia mengerti, sepertinya mimpi mengajak Estela mengingat momen ketika dirinya diselamatkan.
"Apa dia akan mengganggumu lagi?" Suaranya mengalun merdu ke dalam telinga Estela. Tak ada sama sekali bentuk penegasan ataupun nada bicara yang ditinggakan. Seolah-olah ia ingin memastikan kondisi mental Estela baik-baik saja tanpa harus ikut menyakiti perasaannya karena rasa takut juga curiga.
Namun jika didengar lebih saksama, Estela menyadari kalau suara pria tersebut hampir mirip dengan seseorang. Samar-samar, membuatnya memikirkan tentang identitas pria yang menjadi penolongnya.
Ia hendak mengeluarkan sebuah pertanyaan, tetapi suatu suara datang dari luar mimpinya, mencoba mengingatkan Estela agar tidak takut karena yang sedang dia hadapi adalah sang bunga tidur. Jika jam weker di atas nakas sudah berbunyi, artinya ini waktu bagi Estela memulai aktivitas.
Dengan sendirinya dia kembali ke kenyataan, menemukan diri berada di kamar sedang terbaring di atas ranjang kesayangan. Sudah selama satu menit sejak jam wekernya menyala demi membangunkan si empunya.
Estela tak menyangka bahwa selepas dari bangun tidur akan mendapatkan sebuah pesan dari Mrs. H, yang mengatakan ada sesuatu yang perlu mereka bicarakan di agensi. Ini sedikit membingungkan Estela. Tetapi, ia hanya menjawab seadanya dan memilih bersiap-siap pergi bekerja.
"Sepertinya pulang bekerja nanti aku harus meluangkan waktu pergi ke sana," kata Estela yang bermonolog.
[Selamat pagi!]
[Eh, kau sudah bangun?]
Setelah membaca pesan dari Mrs. H, tak disangka dirinya juga akan mendapatkan pesan dari Il. Tiba-tiba dia teringat terhadap suara pria yang pernah menolongnya.
[Selamat pagi juga, Il. Kau sudah bangun dari tadi?]
Tak butuh waktu yang lama untuk Estela mendapat jawaban.
[Tidak juga. Mungkin sekitar beberapa menit lalu, karena aku masih berada di atas ranjang.]
Pikiran Estela menjadi agak kacau. Dia perlu memastikan sekali lagi suara Il untuk mencocokkan dengan pria di masa lalu yang berada dala ingatannya. Ya, Estela mengira mereka berdua pernah bertemu. Akan tetapi, bagaimana jika semua ini hanya sebuah kebetulan?
Il kembali memberi pesan kepadanya.
[Aku akan pergi menyiapkan sarapan. Kau jangan melewatkan sarapanmu. Bukankah hari ini kau akan bekerja?]
Benar, Estela harus berangkat sekitar 1½ jam lagi. Jadi, dia pun berpamitan kepada Il kalau Estela akan aktif lagi saat malam hari, juga setelah beristirahat sebentar akan langsung memulai kegiatannya lagi sebagai Indigo.
Mungkin ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kali mereka bertukar kabar untuk hari ini.
***
Wanita itu mengabaikan rasa lelahnya yang baru pulang dari tempat dia bekerja. Setidaknya saat menuju ke agensi, dia sudah memakan satu buah donat serta sekaleng minuman rasa buah.
Musim semi sudah cukup lama lewat, dan saat ini telah memasuki pertengahan musim panas. Cahaya matahari yang agak menyengat ditambah udara sedikit lembap menghasilkan bulir-bulir keringat yang membasahi tubuh dari pemilik persona bernama "Indigo Valentine", yakni Estela Sherman.
Ketika dia tiba di muka Mrs. H, manajernya tersebut langsung menyodorkan tiga kaleng kopi vanilla latte dingin, kesukaan Estela! Betapa baiknya Mrs. H yang menyambut Estela dengan sangat ramah.
"Terima kasih." Estela mengulurkan tangan mengambil kresek putih yang berisi dari genggaman Mrs. H.
"Beristirahatlah dulu. Aku tahu kau baru pulang bekerja."
Estela menggoyang-goyangkan kepala ke kiri kanan dan kedua sudut bibir yang tertarik namun membentuk satu garis datar. Dia menjawab, "Nanti malam ada jadwal siaran. Aku harus mempersiapkan ini dari sekarang. Jadi, ada keperluan apa memanggilku, Mrs. H?"
Sang manajer membenarkan posisi duduknya yang berada di depan Estela. Mengapa firasat Estela jadi tiba-tiba aneh?
"Program variety show 'The Idols' mengundang Indigo tampil di sana. Kau hanya tinggal memutuskan apakah kau akan mengikuti acara ini atau tidak."
"Bukankah itu acara yang sering menantang para idol menunjukkan kemampuannya? Aku dengar banyak solois maupun grup idol yang tampil di sana jadi mendapat banyak tawaran pekerjaan."
"Kau benar. Ini dikarenakan perusahaan yang memilikinya menjalin kerja sama dengan perusahaan hiburan lain. Akan sangat bagus bagi popularitas Indigo, membuktikan kalau penyanyi virtual juga memiliki kemampuan yang hampir sama dengan penyanyi yang nyata."
Sedikitnya Estela menjadi paham dampak jika Indigo mengikuti program acara tersebut. Namun, Mrs. H belum menyelesaikan ucapannya.
"Tapi, kau akan satu panggung dengan Re: UniTY. Mereka sudah sepakat akan muncul dalam acara ini. Jika kau menolak, maka kesempatan ini akan jatuh kepada talent lain. Bukankah kau penggemar grup itu?"
Oh, sial. Dia dijebak!
~×××~
-TBC-