*Suasana Pagi Hari SMA Sahardja*
Seperti biasa, menunggu jam pelajaran dimulai, siswa-siswi SMA ini sibuk dengan diri masing-masing. Namun ada topik hangat bulan ini, yaitu festival Tgiantara.
"Lo milih tema apa buat festival nanti?"
"Gua mau jadi pria keren dengan tampilan fashion ala korea"
"Mm gua milih jadi gadis idol sekolah kita. Gue pengen banget tampil pake fashion ala Charlotte"
"Charlotte? Siapa dia?"
"Bukannya dia populer setelah tampil di Paris Fashion Week kemarin? Dia teman sekolah kita"
"But, pada tau ga sih kita dilarang pake baju bebas dalam festival tahun ini. Kata para guru kolot itu harus sopan. Keterlaluan banget ga sih? Harusnya kan kita yang bikin aturan karena uang kita yang membangun sekolah ini".
"Wahh, bukannya jaket yang lo pake mirip dengan milik Charlotte? Lo ga pantas tau buat jiplak gaya Charlotte"
"Dih, engga kok. Ini hadiah. Beneran. Suerrr."
"Gausah ngeles deh, gua liat jaket ini kemarin di feed Instagram Charlotte"
Riuh siswa-siswi di ruangan kelas SMA Sahardja, SMA terelite di negara ini. Meski sebenarnya tidak semua anak-anak orang elite disekolah ini. Untuk yang terkaya dan terpintar, dibuat satu kelas khusus, jika siswa tersebut layak dan setuju mereka yang pantas akan masuk kelas khusus itu.
Semua siswa-siswi heboh mempersipkan festival. Setidaknya itu kesempatan mereka bersenang-senang setelah penat dikejar pelajaran dengan kurikulum internasional yang diadopsi sekolah itu.
Riuh bisik-bisik para siswa itu tiba-tiba terdiam.
Gadis tercantik SMA Sahardja masuk keruangan kelas itu. Tepat sekali. Bukan kelas A. Kelas orang biasa. Charlotte berjalan menuju meja kedua sebelah kiri.
"Minggir lo", kata Charlotte kepada seorang siswi yang sedang duduk dimeja itu. Siswi itu menurut dan langsung pergi membawa kipas lebar berwarna pink di tangannya.
"Hei, bukannya lo harus lap meja ini dulu sebelum pergi? Gua gamau ya kena virus aneh yang lo bawa dari jalanan" perintah Charlotte dengan tatapan tajam kepada siswi itu. Siswi itu dengan kesal melap meja Charlotte lalu segera pergi meninggalkan kelas itu.
"Jaket yang lo pake ga cocok lo pake, jelek banget. Even bokap nyokap lo mampu beli jaket ratusan juta itu, tampang lo ga mendukung buat pake barang mahal" kata Charlotte sedikit berteriak sebelum siswi yang memegang kipas pink tadi benar-benar meninggalkan kelas.
Lia baru saja masuk ke dalam ruangan kelas. Setelah menghadapi pagi yang berat karena memikirkan cara menghindari bully an dari para temannya. Lia benar-benar trauma di hari pertama sekolah barunya. Namun setelah memasuki ruangan, benar-benar diluar dugaan Lia. Tidak ada seorang pun yang melihat kearahnya. Tepatnya tidak ada yang menyadari keberadaan Lia diruangan itu. Semua mata tertuju pada seorang gadis. Lia melihat kearah Charlotte. Charlotte benar-benar berkilauan. Bukan barang yang dikenakan Charlotte, melainkan dirinya. Rambutnya yang panjang, dengan airpod ditelinganya, mengenakan cardigan crop yang berwarna senada dengan seragam sekolah. Kaki nya yang kecil dan panjang, benar-benar sempurna. Lia tak menyangka bahwa ada model yang bersekolah di sekolahnya. Lia berjalan pelan menuju mejanya. Sekarang ia semakin merasa tertekan karena merasa tak pantas berada di sekolah ini.
*Jam Istirahat di Kantin Mewah SMA Sahardja "
Benar feeling Lia. Hari ini akan lebih buruk dibanding kemarin. Makan siang di kantin sekolah yang luas sungguh sangat memuakkan. Bukan karena rasa makanannya yang tidak enak, bahkan menu sekolah ini adalah satu-satunya makanan mewah yang bisa dimakan Lia. Bukan juga karena biayanya karena cathering Lia sudah termasuk beasiswa yang diberikan sekolah ini. Hanya saja, hari ini dia menjadi tontonan lagi. Cathering yang seharusnya masuk kedalam perutnya sudah jatuh ke kepalanya, dan mengotori sebagian besar seragamnya.
"Heh, miskin. Perut lo ga insecure makan steak mahal kayak gini. Lambung lo gapantas makan makanan mahal", kata Rihanna sambil mengipas-ngipas dirinya dengan kipas pink nya.
"Oiya, lo belum pernah mandi susu kan? Ya gapernah lah orang miskin, buat diminum aja susah. HAHAHAHA…."tawa Rihanna sambil menuang susu keatas kepala Lia.
Tak ada yang membela. Bahkan beberapa siswa ikut tertawa. Belum lagi dua pengawal Rihanna yang menambah keruh suasana. Lia hanya tertunduk, ingin sekali ia melawan tapi ia tak berdaya. Ia harus bertahan disekolah ini demi beasiswanya.
Tiba-tiba sebuah sumpit melayang kearah botol susu yang dipegang Rihanna. Semua perhatian teralihkan kearah sumber sumpit itu. Charlotte. Sekarang Charlotte berdiri lalu berjalan menuju Rihanna dan Lia. Hampir saja Charlotte melemparkan segelas juice kearah Rihanna, tapi ia tahan. Charlotte tak ingin memperkeruh masalah, karena iya yakin aturan di sekolah ini hanya akan menindas yang paling lemah, yaitu Lia.
"Heh kampungan, lo gaada bedanya ya sama preman jalanan. Lo ngapain sih ganggu anak baru miskin ini, ga takut apa ikutan bau sampah pinggiran kota?" kata Charlotte ke Rihanna sambil meletakkan kembali segelas juice yang hampir dilemparnya tadi.
"Atau jangan-jangan lo deja-vu liat si Miskin ini? Lo benci si anak baru Miskin karena lo inget masa lalu lo?" sambung Charlotte dengan tatapan sinis ke Rihanna lalu meninggalkan kerumunan itu.
"Anna, maksudnya apa? Masa lalu apa?" kata Gita salah satu anjing setia Rihanna.
Rihanna tidak menjawab. Rihanna sangat kesal sekarang. Ia melihat sinis kearah Lia yang masih tertunduk lalu pergi meninggalkan kantin sekolah yang diikuti dua anjing setianya.
*Kamar Mandi & Toilet SMA Sahardja, di desain dengan interior ala Kamar Mandi hotel bintang lima*
Di kamar mandi sekolah, Lia sibuk membersihkan seragamnya. Rambutnya sudah bersih bahkan sudah kering karena ternyata sekolah itu menyediakan shampoo dengan wangi yang semerbak dan hairdryer. Disediakan untuk para siswa yang usai kelas olahraga dan ingin membersihkan diri. Sayangnya, sekolah tidak menyediakan mesin cuci baju dan pengeringnya. Noda di seragam Lia terlalu banyak dan tidak tertolong. Dicuci pakai sabun pun tidak lekang.
"Pake ini aja. Gausah dibalikin. Gua ga sudi pake barang bekas orang." Kata Charlotte yang tiba-tiba keluar dari salah satu ruangan toilet sambil menyerahkan kemeja seragamnya kepada Lia.
Lia yang masih tidak paham hanya berdiri mematung. Tak sabaran Charlotte melemparkan kemeja seragamnya kearah Lia yang langsung ditangkap Lia.
" Jangan lama lo, bentar lagi kelas mulai. Kalo udah miskin, jangan sampe lo bego juga", ketus Charlotte sambil meninggalkan toilet mewah ala hotel bintang lima.
Tiba-tiba pintu toilet terbuka lagi, "Charlotte, panggil Cha", kata Charlotte lalu kembali membanting pintu.
Lia buru-buru menggelengkan kepala menyadarkan sarafnya. Sebenarnya Lia tak hanya kaget karena Charlotte yang tiba-tiba memberinya kemeja seragam. Tapi Lia mengagumi lekuk tubuh Charlotte. Seperti mannequin. Sempurna. Semakin sempurna karena sekarang Charlotte hanya mengenakan cardigan top nya yang benar-benar mengikuti tiap lekuk tubuh Charlotte. Cantik sekali.
Sekarang tiap pasang mata yang dilewati Charlotte hanya tertuju pada Charlotte. Hanya satu orang yang tidak mempedulikan Charlotte yang berjalan bagai bidadari bersinar di sepanjang koridor. Pria itu meraih tangan Charlotte. Langkah Charlotte terhenti lalu mereka saling bertatapan.
Baru saja Charlotte akan tersenyum, Pria itu bertanya, "Lia dimana?"
Charlotte mengurungkan niatnya tersenyum lalu kembali ke ekspresi dinginnya, "toilet", jawab Charlotte sambil menghempas tangan pria itu dengan sedikit kasar.
Rey langsung berlari kearah toilet. Hampir saja Rey menabrak Lia yang baru saja keluar dari pintu toilet. Mereka terdiam. Bertatapan tanpa sepatah katapun. Lalu tiba-tiba Rey memeluk Lia.