Pagi ini hari terlihat begitu sangat cerah. Langit berwarna biru mega bersama dengan awan putih yang selalu menemaninya. Hangatnya mentari dipagi hari, membuatku semakin bergairah dan bersemangat untuk menjalankan aktifitas.
Jalan Raya pun terlihat sangat ramai dan padat, dipenuhi lalu lalang berbagai macam kendaraan yang melintasi jalanan. Beberapa Halte Bus di pinggir jalan Raya, selalu di banjiri oleh orang-orang yang sedang ingin melakukan aktifitasnya.
Aku merupakan salah satu dari sekian orang yang saat ini tengah berdiri di Halte Bus tersebut. Aku sedang berdiri menunggu salah satu Bus yang menuju kearah tempat kerjaanku.
Bus tersebut kini telah melintas.
"Bang!" Seruku kepada sang kondektur bus sambil berlari.
Bus berhenti dan aku langsung menaikinya.
Suasana Bus yang aku naiki lumayanlah sangat padat merayap, saling berdesakan dan saling bersenggolan. Kini aku tengah berdiri di bagian belakang Bus sambil memegang besi.
"Aduduh."
Sesekali Bus yang aku naiki bergoyang-goyang miring kekanan dan kekiri. Tubuhku yang lumayan langsing inipun turut mengikuti goyangan Bus tersebut.
Tanpa disadari, aku kini tengah berdiri saling berhadapan dengan seorang Pria. Pria tersebut lumayan tampan, berbadan gempal, tinggi, berkumis tipis dengan sedikit jenggot didagunya.
Setelan pakaian kantor yang melekat di tubuhnya sangatlah rapi, modis dan sangat ngepres ditubuhnya. Sehingga lekuk tubuhnya yang begitu indah nampak terlihat jelas menapak di pakaiannya.
"Ah, mimpi apa aku semalam?"
Pakaian kemeja yang Ia gunakan sangatlah ngepres ditubuhnya, membuat bentuk dadanya yang bidang dengan perut yang sedikit menonjol nampak begitu jelas terlihat menapak di kemejanya.
Celana bahan bergaris mengkilap yang digunakannya pun sangatlah ngepas dikakinya, membuat paha dan pentolan belutnya yang melingkar, menonjol keras menapak di celananya.
Aroma tubuhnya sangat wangi dan lembut membuatku merasa nyaman dan betah berada dihadapannya. Aroma parfum yang digunakannya sangatlah lembut dan menenangkan jiwaku. Aku terhanyut dalam aroma parfumnya.
Ditengah himpitan yang saling berdesak-desakkan ini, sesekali Ia menatap wajahku dengan tatapan yang berbeda sambil memberikan senyuman manis kepadaku.
Sesekali juga Ia menatap kembali kepadaku sambil menelan ludahnya, jakunnya yang lumayan tidak terlalu besar menggelitik menggeser-geser dilehernya.
Bus kini kembali bergoyang, Tubuhku yang lebih pendek tinggi badannya darinya, terjatuh kepelukan di dadanya. Ia tetap nyaman berdiri kokoh ketika aku terjatuh didadanya. Ia tetap berdiri kokoh seolah sengaja memasang tubuhnya untukku agar terjatuh ke pelukannya.
"Aduuuh"
Bus bergoyang kembali lumayan hebat dan lagi-lagi aku terpental ke pelukan dadanya kembali.
Ia pun kembali memberikan senyuman manisnya kepadaku. Hingga akhirnya kini tubuhku dengan tubuhnya saling bersentuhan. Tidak ada jarak dan tidak bisa bergerak karena didalam Bus sangatlah padat.
"Glekk!"
Aku pun menelan ludahku. Aku merasakan gerakkan pentolan belut hitamnya yang melingkar tengah mengeras bersentuhan dengan belut hitam milikku.
Perlahan-lahan belutnya semakin mengencang dan mengeras. Semakin terasa bersentuhan dengan belut milikku.
Setiap kali bus bergoyang, Ia menggoyangkan pinggulnya sambil tetap menempelkan dan menggesekkan belutnya ke belut milikku.
Kini Bus bergoyang kembali, dan diwaktu yang bersamaan Ia menggoyangkan kembali belutnya. Aku yang tidak bisa berkutik dan bergerak pun, masih tetap berada dipelukan dadanya.
"Aaaaaach.." Sambil memejamkan mata dan bergoyang, Ia mendesah pelan penuh gairah.
Ia seakan tidak ingin melewati momen indah saat ini. Ia tetap menggoyangkan belut melingkarnya yang sedang mengeras meskipun kini Bus sudah tidak lagi bergoyang.
"Waduh!"
Perlahan-lahan belut milikku pun akhirnya merespon terbangun karena terkena gesekan belut miliknya. Kini belutku mengencang, semakin keras dan sangat keras, saling bersentuhan dan juga saling beradu dengan belut miliknya.
Belut milikku terbilang sangatlah sensitif, apalagi jikalau di pagi hari. Terlebih dengan keberadaanku yang sudah beberapa hari ini tidak berjumpa dengan Istriku.
"Aaaaaach.." Sambil tetap menggoyangkan tubuhnya yang gempal dan sambil memejamkan matanya, Ia mendesah pelan penuh gairah kembali. Ia benar-benar sangat menikmati goyangan demi goyangan yang dibuatnya.
"Nyesss, Hott.." Aku merasakan basah dan hangat dibagian sangkar belut milikku.
Sambil sedikit meraba, aku memeriksanya. Perlahan-lahan aku mengerakkan tanganku ke belut milikku yang sedang bersentuhan dengan belut miliknya. Ternyata oh ternyata belut miliknya telah mengeluarkan lendir kental didalam sangkarnya, hingga membanjiri sangkar belut milikku.
"Kiri Bang!" Bus berhenti.
Aku segera mengambil posisi untuk keluar dari bus.
"Hmmm" Ia memegang dan menahan tanganku.
Aku menepisnya dan segera keluar lalu berlari menuju basement kerjaanku.
"Hahh, Hahh!" Aku pun mengeluarkan nafas lelahku.
Aku berjalan santai memasuki toilet yang berada di basement. Aku membersihkan cairan bening yang sempat dikeluarkan oleh belut milikku.
"Kenapa kamu berlari-larian kayak gitu tadi? Udah kayak maling yang sedang dikejar saja." Ucap rekan kerjaku yang kebetulan sedang berada di toilet bersamaku.
"Tidak apa-apa, tadi ada orang yang bergoyang-goyang dihadapan saya."
"Maksudnya?" Dia bertanya kembali dengan nada suara sedikit serak dan lumayan cempreng khas Pria feminim.
"Tadi, saat saya sedang berdiri didalam Bus, ada seorang pria berbadan gempal lumayan tampan, posisinya saling berhadapan dan saling bersentuhan dengan saya. Ia menggoyang-goyangkan belut miliknya ke belut milikku. Belut milikku pun merespon akibat goyangan dan gesekan yang dibuatnya. Belut miliknya juga sempat mengeluarkan lendir kentalnya hingga membanjiri sarang belutku ini." Ucapku sambil menunjukkan resletting celanaku yang basah.
"Hahaha, itumah sudah biasa kali. Bokongku saja suka digoyang-goyang, kalau sedang berada didalam bus." Jawabnya sambil menepak bokongnya sendiri.
"Pasti, tadi Bus penuh ya? Sampe-sampe kamu dipepet dan digoyang-goyang gitu sama dia?"
"Iya, tadi sangat padat, sampai-sampai saya tidak bisa bergerak untuk berpindah posisi."
"Uuuuuh." Ucapnya sambil matanya menatap kearah atas seolah langsung membayangkan.
"Kalau aku yang jadi kamu? Udah aku ajak tuh dia untuk berkencan lebih lanjut. Udah aku bungkus! lalala." Dia berkata sambil memeledkan lidahnya.
"Ah, terserah kamu deh."
"Aku bercanda kali Ran? Ya udah ah, kita masuk yuk?" Ucapnya sambil mengibaskan rambutnya yang pendek ke belakang.
"Dasar cowok aneh!" Celetukku padanya sambil ikut berjalan bersampingan dengannya menuju ke pintu karyawan.
Ia berjalan menyilang kedepanku.
"Biariiiin." Ucapnya sambil menggoyangkan pinggulnya didepanku.
"Dih, dih, hahahaha." Aku pun tertawa terbahak-bahak dibuatnya.
"Seksi kaaan pinggul gw?" Ucapnya sambil menahan goyangan sedikit menungging dengan posisi satu tangannya yang menenteng dipinggulnya dan sambil mengedip-ngedipkan matanya.
"Idiiiih." Aku pun merasa geli.
"Ah Dasar lo! Dasar temen yang gak bisa nyenengin temen!"
Aku pun berlari menuju pintu karyawan karena sebentar lagi pintu akan ditutup.
"Tunggu Randyyyy?" Ia berlari mengejarku.
"Cepetan masuk!" Ucap security tegas.
"Baik Bu."
"Tunggu-tunggu?" Security menahanku.
Aku pun berhenti.
"Itu kenapa basah?" Security bertanya sambil menelan ludahnya menatap ke arah belut milikku.
"Ah Ibu, traveling mulu matanya. Udah ah Bu, saya mau masuk."
"Dasar kamu! Sana masuk!" Ucap Security.