Chereads / Kisah Randy ( Gay ) / Chapter 5 - Bab 5

Chapter 5 - Bab 5

Setelah beberapa hari diriku berada di Kota perantauan, aku mendapatkan kabar dari Siti Istriku.

Siti menelpon dan memberikan kabar kepada diriku, bahwa Daffa anakku telah beberapa hari ini tidak diberi susu formula olehnya.

Istriku memberikan Daffa sebotol susu yang berisi air gula pasir putih.

Aku pun merasa sangat khawatir, jikalau Daffa anakku setiap hari dikasih air minum air gula itu. Aku sangat khawatir karena takut anakku akan sakit jika terus-terusan dikasih air gula tersebut.

Aku pun sempat menyuruh kepada Istriku untuk berhutang terlebih dahulu kepada warung maupun toko terdekat dari rumahku, akan tetapi warung maupun toko tidak memberikannya, dengan alasan hutang Istri maupun hutangku telah menumpuk di buku catatan hutangnya.

Tidak ada daya yang dapat aku lakukan pada saat itu, seketika tubuhku melemas tidak berdaya, tanpa sadar aku menitikan air mata di teras kosan tempat tinggalku.

Diriku memang seorang lelaki dan juga seorang ayah, namun kelemahanku adalah kabar dari Daffa anakku. Setiapkali ada kabar buruk dari Daffa, disitulah kelemahanku sebagai seorang Ayah.

Mungkin sebagian pria yang memiliki kasih sayang yang tulus kepada seorang anaknya, pasti akan sama sepertiku, dia menangis setiapkali mendapatkan kabar buruk dari anaknya.

Dengan singkatnya aku pun langsung menutup telpon Siti Istriku, karena aku tak tahan untuk mendengarnya. Hingga pada akhirnya aku termenung, menyendiri dan terhanyut dalam lamunanku.

Aku tidak menghiraukan meskipun Juan sahabatku memanggilku dari bawah, aku masih terlena berada dalam lamunanku. Hingga pada akhirnya Juan naik ke atas mencariku.

"Rupanya disini orangnya.", Ucap Juan yang melihatku sedang berada di teras kosan.

Juan mendekatiku dan dia menatapku, sempat ada kata Juan menyapaku saat mendekatiku. Namun dengan seketika Juan tidak berbicara, Juan mengetahui diriku yang sedang termenung dan melamun sambil menitikan air mata dengan mataku yang memerah.

Melihat diriku yang seperti itu, Juan pun menanyakan masalah apa yang sedang aku hadapi pada saat itu.

Aku pun langsung menjawabnya dan juga menceritakan kepadanya. Juan memahami masalahku dan dia menawarkan pinjaman kepadaku.

Juan memaksa aku untuk menerima pinjamannya, meskipun aku bersi-keras untuk menolaknya, karena aku fikir selama aku berada di Kota Perantauan ini, aku telah banyak berhutang budi kepadanya.

"Ran, pakailah uangku dulu?", Ucap Juan menawarkan pinjaman kepadaku.

"Tapi Ju?", Ucapku.

"Sudahlan cepat kamu ambil lalu beri saja nomer rekening kamu yang ada dikampungmu itu, biar aku transfer sekarang juga, agar istri kamu dapat menggunakannya besok.", Ucap Juan.

"Baiklah Ju."

Aku pun bergegas berjalan masuk kedalam kamar lalu mencari nomer rekening tetangga rumahku yang aku simpan didalam dompetku.

Setelah aku menemukannya, Aku berjalan keluar dari kamar lalu aku berikan nomer rekening tersebut kepada Juan, disaat itu juga Juan langsung mengirimkan uangnya kepada Istriku melalui M-Bangking di Ponselnya. Juan pun langsung menunjukkan bukti transferannya kepadaku.

"Ini ya Ran, sudah aku transfer?", Ucap Juan sambil menunjukkan bukti transferannya kepadaku.

"Makasih banyak ya Ju?"

"Ah santai saja kali Ran, sudah kayak sama siapa saja kamu.", Ucap Juan.

sejenak aku pun merasa lega dan lumayan merasa tenang, karena Daffa anakku akhirnya dapat meminum susu formulanya kembali.

Setelah perasaanku merasa lumayan lega, diriku menanyakan ada keperluan apa Juan memanggil dan mencariku.

"Oh iya Ju, ada hal apa kamu mencari saya?"

"Ini, aku mau ngenalin anak-anak tetangga yang tinggal dikosan ini Ran, gak enakan kamu sudah hampir seminggu tinggal di kosan ini, tapi belum kenal dengan mereka?", Ucap Juan.

Aku pun merasa tidak enak, karena selama hampir satu minggu diriku tinggal dan berada di Kota Perantauan ini, namun aku belum mengenal dengan para tetangga kosanku.

"Iya bener Ju, suda hampir seminggu saya tinggal disini, tapi belum mengenal dengan mereka satu pun.", Ucapku.

"Ya sudah hayo Ju?", Sambung ucapanku.

"Hayu, kebetulan mereka lagi pada berkumpul dan bermain gitar-gitaran dibawah Ran.", Ucap Juan.

Lantas Aku bersama Juan berjalan menuruni tangga lalu menemui para penghuni kosanku yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi-nyanyi di kursi kayu panjang yang berada di depan rumah kosanku.

Aku langsung berjabat tangan dan juga memperkenalkan diriku dengan mereka satu per satu, seketika itu juga aku pun langsung membaur dan langsung akrab dengan mereka.

Diriku bernyanyi beberapa lagu bersama dengan mereka dan juga saling bergantian bermain gitar. Meskipun diriku tidak pandai bermain gitar, namun pada malam itu cukup menghibur, membuat diriku merasa jauh lebih baik, membuatku merasa menjadi lebih tenang dan merasa bahagia di malam itu.

Terkesan sangat indah seolah tanpa beban dalam hidupku pada malam itu. Hingga pada akhirnya, satu per satu tumbang masuk kedalam kamarnya masing-masing, karena tak terasa kita begadang hingga larut malam.

Akan tetapi berbeda dengan diriku. Dikala mereka semua sudah masuk kedalam kamarnya masing-masing, diriku kembali termenung dalam lamunanku, diriku kembali terhanyut dalam lamunanku, tangisku dengan segala unek-unek yang ada dalam fikiranku.

Diriku masih berada di luar sambil memegang gitar menatap indahnya langit malam bersama dengan rembulan yang selalu ditemani bintang-bintang.

Ditengah lamunanku tersebut, Juan sahabatku berjalan keluar kembali dari dalam kamarnya, Juan menemuiku lalu Ia berkata.

"Sudah lah Ren, tidak baik kamu terus-menerus terlena dan terhanyut dalam masalahmu?"

"Bukankah kamu sangat sayang kepada anakmu?"

"Harusnya kamu semakin bersemangat untuk tetap berjuang demi anakmu."

"Aku khawatir, jika kamu terus menerus seperti ini, kesehatan kamu akan terganggu."

"Jika kamu sakit, lalu siapa yang akan berjuang untuk anakmu?"

"Sudahlah hapus air matamu itu dan sebaiknya kita masuk kedalam?"

Aku menatap wajah Juan dan lalu berkata.

"Thanks ya Ju? Kamu memang sahabat terbaik dalam hidup saya."

"Dari pertama kali saya berada Kota Perantauan ini, hingga saat ini saya tetap masih berada Kota Pernatauan ini, kamu telah banyak membantu di dalam kehidupan saya."

"Entah harus bagaimana dan dengan cara apa saya dapat membalas kebaikan kamu Ju?"

"Sudah lah Ren, kamu tak usah fikirkan masalah itu. Hal yang kulakukan padamu hanyalah kebaikan yang sangat kecil, tidak berarti apa-apa."

"Tidak ada yang harus kamu fikirkan dan tak usah kamu merasa terbebani oleh kebaikanku yang tidak seberapa itu."

"Tapi bagi saya Ju, kamu telah berbuat kebaikan yang sangat berarti dalam hidup saya."

"Seumur hidup saya, mungkin hanya ada segelintir orang yang bisa berbuat baik seperti kamu."

"Sudah, sudahlah Ran, sebaiknya kita masuk kedalam Ran?, Bukankah kamu besok harus masuk kerja pagi bukan?"

"Thans ya Ju?", Seketika Aku pun tak kuat menahan tangisku, aku merangkul dan memeluk kuat tubuh Juan sahabatku.

Momen malam itu merupakan momen terakhirku meluapkan kesedihanku di pelukan Juan sahabatku.

Usai diriku merasa sangat lega, aku dan Juan masuk kedalam kamar kita masing-masing.