Aku adalah seorang Pria yang memiliki paras wajah lumayan manis, warna kulit tubuhku berwarna hitam manis, postur tubuhku lumayan langsing.
Di usiaku yang berusia dua puluh tahun, aku berkenalan dengan seorang gadis di dunia maya. Seorang perempuan yang berasal dari Kota yang lumayan jauh dari tempat tinggalku.
Tak berapa lama kita berdua saling akrab di Dunia Maya tersebut, kita berdua saling bertemu. Dengan singkatnya, aku bersama dengan gadis itu memutuskan untuk menikah.
Setelah beberapa tahun aku memadu kasih dengan Istriku, lebih tepatnya di usiaku yang kedua puluh empat tahun, kita berdua baru diberi momongan dari sang Ilahi.
Kita berdua di karuniai seorang anak laki-laki yang di beri nama Daffa olehku. Malang nasibnya anakku ini tidak dapat meminum Air Susu Ibunya. Karena Istriku tidak dapat mengeluarkan ASI-nya. Sehingga anakku harus bergantung dengan susu Formula.
Mengenai perkerjaanku, dari sekolah SMA hingga menikah sampai di karuniai seorang anak, aku mengais rezeki menjadi pekerja serabutan. Pekerjaan yang biasa aku jalani adalah menjadi buruh tani, terkadang menjadi kuli bangunan dan juga terkadang mencari ikan di sungai.
Sementara pekerjaan serabutan yang ada di kampungku ini, tidaklah selalu ada setiap hari, hanya kadang-kadang dan di saat tertentu saja adanya.
Hingga di suatu hari aku pun mencari-cari informasi lowongan pekerjaan melalui media Internet. Aku mencari loker tersebut melalui WarNet. Setelah mendapat Informasi pekerjaan, aku pun melamar melalui Internet tersebut. Tanpa di sangka setelah dua minggu aku melamar melalui internet tersebut, aku pun mendapatkan panggilan pekerjaan dari salah satu Perusahaan. Perusahaan yang menjual produk berupa Pakaian kemeja formal laki-laki. Aku melamar kerja di Perusahaan itu sebagai seorang SalesMan.
Karena proses Interview Kerjanya akan dilaksanakan di esok harinya, aku pun berangkat ke Kota Perantauan dihari yang sama, dihari setelah aku mendapatkan panggilan kerja dari Perusahaan itu.
Tat kala aku mendapatkan panggilan kerja tersebut, aku merasa senang, akan tetapi aku juga merasa bingung.
Aku merasa bingung karena di waktu itu aku tidak memegang uang sama sekali untuk bekal pertama aku menginjakkan kaki di Kota Perantauan.
Lantas aku mencari dana pinjaman terlebih dahulu sebagai modal awal untukku di Kota Perantauan tersebut. Sangat bersyukur aku pun mendapatkan pinjaman dari tetanggaku.
Setelah mendapatkan pinjaman tersebut, aku pun menghubungi salah satu temanku yang tinggal di Kota Perantauan itu. Aku meminta tolong kepada temanku untuk menginap sementara selama aku melakukan Interview Kerja.
Setelah aku menghubungi temanku tersebut, aku pun segera mandi lalu bersiap-siap berangkat ke Kota Perantauan. Sebelum berangkat ke Kota Pernatauan, tentunya aku berpamitan terlebih dahulu dengan anak Istriku.
"Neng, aa berangkat ya? Jangan lupa doakan aa agar Interview Kerja-nya lancar? Supaya aa di terima bekerja?", Ucapku kepada Istriku sambil menggendong tas Ransel.
"Iya a, hati-hati di Jalan.", Ucap Istriku.
"Doakan Ayah ya Dedek?", Ucapku sambil mengelus kepalan anakku yang masih bayi.
"Mmmuach, Ayah berangkat ya Dedek.", Aku mengecup kening anakku.
"Neng aa berangkat ya?"
"Iya a, hati-di jalan.", Ucap Istriku sambil mencium tangan kananku.
"Assallamu allaikum.."
"Wa'allaikum salam a.."
Aku segera berjalan ke Jalan Raya untuk menunggu Bus yang menuju ke Kota Perantauan. Setelah beberapa saat aku menunggu, Bus pun melintas.
Aku melambaikan tangan kananku sebagai tanda ingin menaiki bus tersebut. Sang kondektur pun langsung memberhentikan bus-nya. Lantas aku segera menaiki Bus itu.
Di sepanjang perjalanan aku menaiki bus, perasaanku merasa sedih dan sangat berat karena harus meninggalkan anakku.
Aku merasa sangat sedih karena aku merasa sendiri bagaiamana rasanya di tinggalkan oleh seorang Ayah sedari kecilku.
Di sepanjang perjalanan aku menaiki Bus, tanpa di sadari aku terbengong menatap kearah luar Bus sambil meneteskan setetes cairan bening yang menetes dengan sendirinya dari pelipis mataku.
Namun apalah daya, keadaan yang mengharuskan aku untuk berjuang demi anakku, agar Ia dapat meminum susu Formulanya.
Di satu sisi aku merasa sedih karena harus meninggalkan anakku ke luar Kota, namun di satu sisi lain aku sangat bersemangat berjuang saat mengingat senyuman ceria anakku.
Sekitar 4 Jam lebih aku berada di perjalanan menaiki bus, aku pun telah sampai disalah satu Terminal Bus di Kota Perantauan.
Aku langsung berdiri lalu berjalan keluar dari Bus itu. Sesampainya diluar, aku membeli minuman dan merokok di area Terminal Bus.
Setelah selesai merokok, aku kembali berdiri di pinggir jalan raya lalu menaiki Bus Kota yang menuju ke arah tempat tinggal temanku yang bernama Juan.
Sekitar satu jam berlalu di Perjalanan dari Terminal, aku pun telah sampai di daerah tempat tinggal temanku.
Sejenak aku berdiri lalu keluar dari Bus. Temanku sendiri sudah menungguku di Taman yang berada di Pinggir Jalan Raya.
"Huaaahh.." Aku menarik tubuhku dengan kedua tanganku yang merentang keatas. Perjalanan menuju ke Kota Perantauan ini lumayanlah cukup melelahkan bagiku.
"Bagaimana Ran perjalanannya? Macet atau tidak?" Tanya Juan.
"Lumayan Ju. Tapi tidak terlalu macet juga. Hanya kebanyakan duduk saja, jadi lumayan pegel badan saya."
"Ya sudah kalau begitu mendingan kita makan dulu saja Ran? Perut kamu itu sudah terasa laper bukan?"
"Hehe, benar Ju. Tadi disepanjang perjalanan menaiki bus, saya tidak sempat untuk memakan apapun. Rasanya ingin cepat-cepat sampai saja di Kota ini."
"Baiklah, ayok kita jalan Ran?"
"Oke Ju." Ucapku.
Sejenak kita berdua berjalan meninggalkan Taman lalu menuju ke salah satu Warteg yang tidak jauh dari kosannya Juan. Sesampainya di Warteg, kita berdua pun langsung makan. Sambil makan tersebut kita berdua sambil mengobrol.
"Bagaimana Ran dengan kabar keluargamu? Aku dengar, sekarang ini kamu sudah melahirkan seorang anak ya Ran?"
"Saya tidak melahirkan anak Ju. Tapi Istri saya lah yang telah melahirkan anak, hasil dari jeri payah saya bercinta dengannya."
"Hahaha, bisa saja kamu Ran. Oh iya, anak kamu perempuan atau laki-laki Ran?" Ucap Juan.
"Alhmadulillah laki-laki Ju. Hanya saja, anak saya kurang beruntung. Anak saya harus bergantung dengan susu formula. Makanya sekarang ini saya mencari pekerjaan di Kota Perantauan ini."
"Tetap semangat ya Ran? Semoga saja, kamu di terima Kerjanya." Ucap Juan.
"Amien.. Makasih Ju." Ucapku.
"Sama-sama Ran. Tapi kalau boleh tahu, emangnya kenapa Ran anak kamu itu harus bergantung dengan susu formula? Bukannya lebih bagus menyusu kepada Ibunya ya? Sorry ya Ran, aku bertanya seperti itu? Maklumlah aku ini kan belum menikah, jadi belum faham mengenai hal yang semacam itu."
"Iya santai saja kali Ju. Kebetulan juga, hal ini sudah lumrah terjadi. Sudah hal yang biasa terjadi kepada seorang Ibu. Istriku ini tidak dapat mengeluarkan ASI-nya. Maka dari itu anak saya tidak bisa menyusu kepada Ibunya."
"Oh begitu.. Baru faham aku. Kirain aku setiap perempuan yang habis melahirkan, pasti dapat mengeluarkan ASI-nya. Tapi ternyata tidak semuanya seperti itu ya Ran?"
"Ya, seperti itulah Ju. Sebenarnya keluarga saya pun sudah membantu istriku dengan cara membuatkan sayur dari dedaunan khusus agar ASI-nya dapat keluar. Akan tetapi Istri saya tetap tidak bisa mengeluarkan ASI-nya."
"Turut prihatin ya Ran?"
"Iya."
"Ya sudah, berhubung makannya sudah selesai, mendingan sekarang kita langsung pulang saja Ran? Biar nanti kamu bisa langsung beristirahat agar Interview Kerjamu besok tidak kesiangan." Ucap Juan.
"Oke Ju."
Sejenak kita berdua membayar makanan kepada Ibu Warteg lalu mengangkat bokong dari kursi warteg dan setelahnya kita berdua berjalan santai menuju ke kosan yang di tempati Juan. Setelah beberapa menit berjalan, kita berdua pun telah sampai di Kosan-nya Juan.