Chereads / SUGAR FREE / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

Sial.

Aku tidak bisa tidur karena takut kesiangan. Sekarang aku ini sedang ada di halte yang sudah ditentukan Dohyun. Sengaja, aku memakai makeup natural agar tidak terlalu mencolok. Tapi, sepertinya aku tetap saja mencolok karena gaya busana yang aku kenakan.

Padahal, aku hanya menggunakan pakaian casual.

Note: casual yang dimaksud Jinny adalah, ia memakai pakaian serba hitam, mulai dari baju dalaman, long Coat, serta celana bahan. Bukan hanya itu, ia juga memakai kacamata hitam.

Sudah hampir 15 menit, Dohyun belum juga datang. Semua orang dihalte ini juga memperhatikan terus, apa yang salah memangnya dengan pakaianku?!

Menyebalkan!

Aku menoleh menghadap orang-orang yang sedang dihalte—yang lebih mendominasi adalah anak sekolah.

"Apa lihat-lihat?!" tanyaku ketus.

Satu anak perempuan berjalan kearahku, ia menunjukan foto di ponselnya.

"Bibi tidak malu jalan dengan anak seumuran kami?" tanyanya sambil tertawa.

Aku rampas ponselnya, mataku membulat melihat apa yang ia tunjukan. Itu adalah fotoku dan Dohyun ketika menjemputnya didepan gerbang sekolah kemarin.

Ia berbicara lagi, "bibi itu sudah tua, cari pria yang seumuran sana! Jangan mencari pria yang seumuran dengan kami!"

Hatiku mencelos.

Apa yang barusan dia bilang?

"Kau—"

"Ayo pergi."

Ucapanku terputus karena Dohyun sudah menarikku untuk masuk kemobil. Tanpa banyak bicara, aku langsung saja melajukan mobilku kearah sekolah.

"Ini kali terakhirnya aku pergi denganmu," ucap Dohyun tiba-tiba. Aku menatapnya sekilas dan tetap terfokuskan kejalanan yang lumayan padat.

"Perkataan perempuan tadi benar, kau tidak tau malu jalan denganku. Padahal, wajahmu saja sudah seperti para Tante-tante yang kaya raya."

Aku langsung saja menepikan mobilku kepinggir jalan dan menatap dirinya yang sekarang menatapku juga.

"Aku tidak mau berurusan lagi denganmu, aku tau maksud dari sikapmu kemarin. Kau suka padaku kan?" Ia terkekeh dan mendekatkan dirinya padaku. "Tapi, aku tidak suka seorang 'tante' sepertimu. Maaf, kita dilevel yang berbeda."

Aku tersenyum dan mendekatkan diriku padanya. Napas kami saling beradu.

"Jika suatu saat nanti kau menderita, ingat. Itu ulahku," kukecup pipinya dan langsung kembali keposisiku lagi. Ia tidak bergerak sama sekali, aku menoleh menatapnya yang masih terkejut dengan perlakuanku tadi padanya.

"Silahkan turun Kim Dohyunku yang manis hmm," perintahku. Ia melihatku sekilas dan langsung turun dari mobilku. Langsung saja kulajukan mobilku kearah kantor. Lihat saja Kim Dohyun, kau benar-benar akan aku buat sengsara!

"BERENGSEK! AAARGHH!" Teriakku kesal sambil memukul-mukul stir mobil.

....

Hari ini aku berkunjung kesalah satu kasino keluargaku yang terletak di Gangnam. Aku ingin berbicara dengan Song Woosik—kakak ipar Dohyun.

"Oh, nyonya—"

Aku langsung memberikan aba-aba agar ia tidak usah formal di hadapanku.

"Aku ingin kau pindah kerja ke Jepang."

Woosik terlihat sangat kaget, aku langsung memberikan aba-aba agar Woosik mendekat ke meja kerjaku. Ia menurut.

"Adik iparmu membuat masalah denganku, aku ingin dia meminta maaf. Jika, adik iparmu tidak mau, mau tidak mau, kau yang dimutasi. Dan istrimu akan aku mutasi juga tapi, bukan ke Jepang, melainkan ke Thailand."

Aku memundurkan diriku sambil melipat tanganku didepan dada. Woosik masih berpikir, beberapa detik kemudian ia melepaskan apron yang ia kenakan di pinggang.

"Aku yakin, adik iparku tidak salah. Memangnya ia kenal denganmu."

"Kami saling mengenal."

"Tidak mungkin, jika memang benar aku harus dimutasi. Lebih baik aku keluar saja," ujarnya. Aku tersenyum, "baiklah. Semua pinjaman di kantor harus kau lunasi hari ini juga, jika ingin keluar dari perusahaanku. Utangmu 105 juta kan?"

Ia mengangguk.

"Bayarlah, jika kau memang punya uang hahaha," tawaku keluar. Ia terlihat gelisah sekaligus kebingungan. Mana mungkin kau punya uang segitu, kalaupun ada; ia harus berpura-pura mati jika ingin deposit kematiannya turun.

"Memangnya, apa yang dilakukan Dohyun padamu?" tanyanya pada akhirnya.

"Privasi. Keputusan ada ditanganmu, aku punya semua kartu keluargamu. Oh iya, Rowon sudah besar ya? Menculik anak itu, seperti sangat seru 'kan?"

"Jangan coba-coba menyentuh keluargaku Kim Jinny!"

"Kalau tidak ingin disentuh, buat adik iparmu minta maaf padaku dan jika ingin keluar; lunasi hutangmu. Aku beri waktu untuk kau lunasi semua hutangmu, tiga hari. Terhitung mulai besok, bagaimana? Deal?" tanyaku dengan wajah yang benar-benar menyebalkan. Aku tidak peduli, lebih menyebalkan itu adalah adik iparmu yang berani-beraninya mengataiku seenaknya.

"Wanita licik," umpatnya padaku. Ia langsung pergi dari kantorku.

"Banting saja pintunya ya kalau kesal!" teriaku dan BRAK.

Benar, ia membantingnya.

Mengacaukan keluarga Dohyun sudah, apalagi ya?

Aku ingat!

Cari tau tentang pacar Dohyun~

La~la~la~

Kurogoh tas yang sedang kugunakan untuk mengambil ponsel. Setelah ketemu, langsung kutelepon asisten Nam.

Kutekan tombol hijau dan mendekatkan ke telingaku.

"Asisten Nam~ Aku ingin kau mencari tau lebih detail lagi tentang anak kemarin."

["Kim Dohyun?"]

"Iya.... Ada beberapa hal yang sepertinya kau lewatkan, contohnya hubungan asmara dan bagaimana tingkah laku ia disekolah. Aku ingin ada laporan dari sekarang. Aku tunggu 2x24 jam."

["Baik. Tapi, maaf sebelumnya. Nyonya Chanmi meminta salinan informasi tentang Dohyun. Apa aku harus berikan?"]

Huh?

Moodku tiba-tiba menurun. Aduh, kenapa ibu tiba-tiba ikut campur?

"Serius?"

["Iya Jinny-ssi."]

"Jangan, aku yang akan urus masalah ibu. Kau urus saja masalah Dohyun."

["Baik."]

Kuputuskan panggilan sepihak. Senyumku benar-benar terpancar dengan jelas. Aku harap, rencanaku semuanya berhasil. Tolong aku kali ini Tuhan. Aku ingin membuat orang ini menyesal telah mengataiku dengan sebutan 'Tante.'

....

Seperti yang aku harapkan.

Kurang dari 24jam, Dohyun menghubungiku. Ia meminta kami bertemu di kafe bawah apartemen. Sudah lama sekali aku tidak merasakan perasaan senang seperti ini, perasaan yang sukses buat aku jadi berdebar tidak karuan. Aku keluar apartemen sambil bersenandung menuju lift, beberapa pengawal memberikan salam padaku selama aku melewati mereka; sesampainya di lantai satu lobby apartemen. Aku dapat melihat ke arah kafe bawah, Dohyun sudah berdiri didepan kafe.

Ah, baby Dohyun sudah memenungguku.

Aku sedikit berlari kecil menunju arah Dohyun. Kutepuk pundaknya, "hai," sapaku dengan senyum. Ia tidak membalas, hanya wajah masam yang ia tunjukan di hadapanku.

Menyebalkan.

Tapi, tidak apa-apa.

"Aku minta maaf soal tadi pagi."

Aku tersenyum dengan mata yang sengaja kukedipkan, "sudah aku maafkan kok."

"Jangan ganggu keluargaku, Noona mulai mengganggu kehidupan keluargaku."

"Jika tidak ingin diganggu, harus bersikap baik dong padaku. 'kan?" kuraih tangan Dohyun. Kuelus tangan yang kusukai ini.

"Seperti ucapanmu tadi pagi, aku memang menyukaimu. Tapi, pernyataan tadi pagi benar-benar membuat harga diriku jatuh. Kau tau siapa aku?"

Ia tidak menjawab.

"Aku Jinny Kim, pewaris tunggal dari Yenhwa Grup."

Dohyun tetap tidak bereaksi.

"Jika kau sebutkan namaku itu dikalangan sekolahmu, mereka semua pasti mendadak memperlakukanmu layaknya raja disana."

"Aku tidak peduli. Aku minta satu hal pada Noona, jangan ganggu aku dan keluargaku ck!"

Kuremas tangan Dohyun, ia sedikit meringis. Tapi, aku tetap meremasnya.

"Aku suka Dohyun...," lirihku dan tersenyum padanya.

"Aku sungguh tulus mengatakan ini Dohyunnie...."

Ia melepaskan tangannya yang kuremas sebelumnya.

"Lupakan hal ini. Ini ucapanku terakhir kalinya, jangan ganggu aku dan keluargaku titik!" ucapnya penuh penekanan dan pergi meninggalkanku yang masih mematung menatapnya dari belakang yang semakin lama menghilang seiring datangnya lift. Tidak masalah, aku hanya menunggu waktu. Hasilnya pasti akan sama, Dohyun akan datang padaku pada akhirnya.

....

"Ibu dengar, kau menyukai anak SMA ya?"

Aku hembuskan napas kasar ketika baru masuk apartemen.

"Iya. Dohyun namanya," jawabku dan berjalan kearah dapur. Ibu mengikutiku dari belakang dan duduk di counter mini bar. Kubawakan beberapa wine yang kupunya.

"Ibu, mau minum yang mana? Malbec atau Carbenet Sauvignon?"

Note:

Malbec adalah minuman wine asal Prancis yang bertekstur kental dan terasa agak sepat. Rasa wine ini didominasi buah blackberry, plum dan black cherry. Bisa juga mengandung rasa Cocoa Powder, leather dan tembakau. Kandungan alkoholnya tinggi; biasanya sekitar 14 - 15%. Kadar alkohol yang tinggi ini membuat Malbec terasa "hangat" ketika ditelan.

Carbenet Sauvignon adalah minuman asal Prancis yang teksturnya kental. Memiliki kandungan tannin sedang dengan tingkat keasaman sedang pula. Rasanya didominasi oleh black cherry, black currant dan blackberry. Biasanya ada juga rasa black pepper, tembakau atau bell pepper. Kandungan alkoholnya yang lumayan tinggi yaitu 13.5%

"Kau sepertinya butuh teman minum 'kan? Kalau begitu..., ibu mau malbec."

"Oke."

Kubuka tutupnya dan mulai menuakannya kegelasku dan gelas milik ibu. Aku duduk disamping ibu.

"Kenapa laki-laki itu tidak menyukaimu?" tanya ibu dan mengangkat gelasnya.

Aku pun mengangkat gelasku. Gelas kami mulai beradu, hingga menimbulkan dentingan.

Ting.

Kami meneguknya.

"Aku tidak tau Bu," jawabku.

"Mau ibu bantu?"

Aku menoleh menatap ibu, "bagaimana caranya?"

"Cari titik lemah dalam hidupnya."

Aku tertawa, "aku sudah lakukan hal itu Bu."

"Buat dia sengsara. Tidak lama lagi, ia akan datang padamu. Ibu yakin, kau sudah melakukan ini juga 'kan?"

Aku mengangguk.

Ting nong.

Aku dan ibu tertawa berbarengan.

"Lihat 'kan Bu? Ia datang lagi lebih cepat dari sebelumnya. Aku keluar dulu ya Bu."

Ibu mengangguk.

Aku bangkit dari posisiku menunju arah pintu apartemen, pemandangan yang kulihat pertama kali didepan interkom itu adalah wajah Dohyun.

Aaaa!

Aku ingin teriak rasanya!

"Kenapa? Kau kangen padaku? Padahal, baru beberapa menit yang lalu kita bertemu 'kan?" tanyaku lewat interkom. Tidak bisa dipungkiri, aku tidak bisa menahan senyumku oh Tuhan!

"Ayo pacaran."

Jantungku serasa berhenti berdetak.

Ini gila!

Dohyun mengajakku pacaran?

"Jika kau serius dengan ucapanmu, bisakah kau..., cium aku sekarang juga?" Godaku. Wajahnya terlihat datar dilayar.

"Bagaimana?" tanyaku lagi.

"Kau sakit."

Aku tertawa dan membuka pintu. Pandangan mata kami bertemu.

"Hahaha, aku tidak menyangka akan mendengar ucapan itu. Kau tidak sedang sakit 'kan?" tanyaku dengan nada yang sedikit mengejeknya.

"Jawab saja pertanyaannya, mau atau tidak?"

"Aku tidak mau."

Ia berjalan kearahku. Aku tersenyum remeh.

"Jika kau ingin aku menerimamu, kau harus minta maaf padaku. Kau tidak berpikir? kau sudah menyakiti perasaanku. Ingat hal itu," pungkasku panjang lebar.

Ia tiba-tiba berlutut di hadapanku.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengatakan hal tadi."

Prok prok prok.

Aku menoleh kebelakang, ibuku ternyata yang bertepuk tangan.

"Bangunlah, masuk kedalam Dohyun-ssi," ucap ibuku pada Dohyun. Ia beralih menatapku, "jika kau terus memperlakukan dia seperti ini, mustahil hatinya akan jatuh padamu Jinny-ah."

Setelah mengatakan hal tersebut, ibu masuk lagi kedalam. Untuk beberapa saat, aku terdiam mendengar ucapan ibu—yang memang ada benarnya. Aku menampar pipiku sendiri hingga menimbulkan bunyi, Dohyun menatapku kaget.

"Benar yang dikatakan ibu. Bangunlah," ajakku dan mengulurkan tangan kearahnya. Ia menepisnya dan bangun meninggalkankan depan apartemenku. Aku lihat, ia berjalan kearah apartemennya tanpa menoleh kearahku.

Apa yang harus aku lakukan?!

Aku tidak sakit!

Dohyun yang sakit, karena ia menolak wanita cantik dan kaya sepertiku!

To be continued....