"nenek aku datang." ucap riang seorang gadis bermata hijau olive. Gadis itu menghampiri dan memeluk seorang wanita yang memiliki kerutan di wajah cantiknya, walaupun sudah memiliki kerutan tidak membuat wajah cantiknya memudar begitu saja.
wanita yang di panggil itupun sontak mengalihkan atensinya dari bunga bunga yang dia sirami. sontak saja wanita yang di panggil nenek membalas pelukan yang diberikan oleh gadis manis itu.
"Anesha kau kemari? bukankah kau masih sibuk mengurus bisnis barumu?" tanya sang nenek setelah mereka melepaskan pelukan tadi.
"ahh itu nenek memang tapi itu sudah ku kerjakan hanya tinggal menunggu peresmian saja dan sebelum itu aku ingin mengunjungi nenek dulu, sekaligus meminta beberapa bibit bunga nenek untuk ku bawa dan ku tanam di area depan butik baru ku." ucap sang gadis
"kau bisa memilihnya nanti nak, sekarang ayo masuk kedalam dulu nenek akan memasakkan makanan kesukaanmu". ucap sang nenek seraya mengelus rambut Anesha.
"baiklah nenek Anes juga merasa lapar hehe." ucap Anes
saat memasuki rumah yang di tinggali sang nenek Anes memandang kesegala arah, dia merasa sangat tenang berada di rumah sang nenek dan yang dia lihat adalah tidak ada yg berubah dari tata letak barang yang berada di rumah itu.
"nenek apakah kamar ku masih seperti dulu juga?" tanya Anes
"iya nak pergilah ke atas dan lihat saja, nenek tidak pernah merubah sesuatu yg ada di rumah ini nak, karna semuanya memiliki kesan bagi nenek". ucal sang nenek dengan terseyum sendu
"baiklah nenek aku akan ke atas dulu untuk membersihkan diriku." ucap Anes
Anes tau apa yg dirasakan sang nenek dilihat dari matanya tadi.
saat memasuki kamarnya Anes merasa senang karna bisa merasakan kehangatan dari kamarnya ini.
setelahnya Anes pergi memesuki kamar mandi yang ada dikamar tersebut guna membersihkan tubuhnya yang lengket.
setelah membersihkan tubuhnya Anes melihat taman bung yang ada di halaman depan, dia memperhatikan segala bunga yang disusun di atas tanah dengan pembatas di setiap kelompok bunga tersebut. Tanpa sengaja matanya menatap bunga yang berada paling ujung tapi tidak menutup kecantikan bunga itu, bunga itu memiliki warna paling mencolok dan bentuknya yang unik, Anes terpana dengan bentuk bunga itu dia berfikir mungkin akan meminta bibit bunga itu untuk dia bawa pulang dan akan ditanaminya di depan butiknya nanti agar terlihat cantik saat dipersmian.
setelah memperhatikan bunga bunga dari jendela kamarnya Anes pun turun untuk menemui neneknya dia akan meminta beberapa bibit dan mengambilnya setelah dia makan bersama sang nenek nanti.
saat sampai di meja makan Anes melihat sang nenek yang sedang berkutat di dapur.
"nenek sini Anes akan membantu nenek." ucanya seraya tersenyum manis.
"baiklah nak." ucap sang nenek
setelah menyelesaikan masakannya Anes pun menata makanan tersebut di atas meja makan, dan mereka pun menyatap hidangan itu dengan tenang.
saat selesai makan anes pun hendak berbicara untuk memilih bibit bunga tapi langsung dicela oleh sang nenek.
"nak nenek ingin menunjukkan sesuatu padamu, ayo ikuti nenek." ucap sang nenek
"baiklah nek." balas Anes
Anes pun mengikuti sang nenek dari belakang saat mengikuti sang nenek entah mengapa Anes merasa akan terjadi sesuatu, Anes mengenyahkan pikiran itu dan saat melihat kedepan dia melihat sang nenek membuka kamar milik orang tuanya.
saat memasuki kamar itu Anes menjadi merindukan kedua orang tuanya, orang tua anes meninggal saat dia berumur 15 tahun.
rasa sesak memenuhi batin Anes dia berusaha agar tidak menangis dihadapan sang nenek yang saat ini sedang membawa sebuah kotak hitam di tangannya.
"nenek ini apa?" tanyanya
"bukalah nak." ucap sang nenek
karena penasaran dia pun membukanya dan mendapati sebuah kalung berbandul bulan dan bintang dengan di lengkapi berlian biru dan merah serta rantai dari kalung tersebut berwarna putih perak.
"nenek ini kalung? untuk ku?" tanya Anes
"iya nak itu peninggalan ayah dan ibumu, mereka menyuruh nenek memberikannya padamu." ucap sang nenek.
tanpa bisa membendung air matanya dia pun menangis seraya menggenggam kalung itu dengan erat.
"nak jangan bersedih itu sudah takdir, yang berlalu biarlah berlalu" ucap sang nenek seraya meyakinkan Anes.
"iyah nenek." ucap Anes seraya menghapus air matanya.
sang nenek pun mengambil kalung itu dan memakainkan kalung itu dilehernya.
setelah kalung itu berada dilehernya, sang nenek pun tersenyum dengan manis dan mengelus pipi sang cucu dengan lembut.
"kau terlihat cantik dan manis secara bersamaan nak, ayo sekarang kita turun." ucap sang nenek
"iya nek ayo, owh iya aku hampir lupa aku ingin mengatakan pada nenek aku akan memilih beberapa bibit bunga yg nenek tanam boleh kah nek?" tanya Anes
"tentu sayang, tapi kau tidak boleh menyentuh bunga yg berada di ujung karna itu tidak boleh sembarang pegang paham?" ucap sang nenek dengan penuh peringatan
"yah baiklah padahal aku ingin mengambil bibit bunga itu sebagian tapi tidak jadi setelah nenek melarangku." ucap anes dengan bibir mengerucut
"hahah kau bisa mengambil yang lain kecuali yg itu yah." ucap sang nenek
anes pun mengagnggukan kepala tanda mengerti.
saat anes sampai di halaman depan dia mengambil beberapa bibit bunga untuk bisa dia bawa, saat sampai di ujung dari bunga yang berwarna cerah anes bisa melihat bunga yang dilarang sang nenek dengan terpana.
dia melihat betapa kuat aura karismatik dari bunga itu, tanpa sadar anes pun menjulurkan tangannya seraya menggapai bunga tersebut, dan saat dia sudah menggapainya dia memetiknya dan mnghirup baunya.
berselang beberapa menit dia pun mulai merasakan pusing yang hebat dia merasa jiwanya sepert tertarik, nafasnya tersengal sengal karena sesak dia memukul mukul dadanya yg sakit itu.
dan saat itu juga sang nenek yang melihat sang cucu memegang bunga yang dilarangnya tadi pun dia berlari dan menghampiri sang cucu dengan berlinang air mata.
"anesss kenapa nak nenek sudah mengatakan jangan bunga itu bukan." ucap sang nenek dengan airmata yang tak terbendung.
"nenh nenhk nenehnekh akhuhh shhh ughh mah maafkanh ak akhuh akhu nakalh shhh ughh nenhnekh akuh tidak kuath lagihhh." ucap Anes dengan memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak.
"tidak anes nenek mohon tidak." ucap sang nenek ketika melihat anes menutup matanya dan bernapas dengan jarak yg sangat pendek tersengal sengal.
dan saat itupun Anes menghembuskan nafas terakhirnya berbarengan dengan tangannya yang satunya masih menggenggam bunga itu.
Anes pergi meninggalkan luka dan kesedihan bagi wanita baya tersebut.
*BERSAMBUNG*