Chereads / Cinta Noda Hitam / Chapter 8 - takan kembali

Chapter 8 - takan kembali

Kak, tolong jangan kak. Sudah dari sejak kakak mengetahui ini, mas Alvin ingin meminta maaf. Hanya mas  Alvin khawatir kakak masih emosi. Jadi mas Alvin tahan-tahan. Mas Alvin pikir nggak akan sampai sejauh ini. Mas Alvin hanya tergoda nafsu sesaat, maafkan mas Alvin, kak?"

Lelaki tampan yang kukira mencintaiku sepenuh hati itu, mulai memegang kedua tanganku, memohon. Segera kutepis bersama air mataku yang berlompatan keluar. 

Ah aku benci menangis di hadapannya, meski ini memang sangat sakit. Segera ku susut dan mengambil nafas dalam. Aku tak boleh menangis untuk seseorang yang jahanam seperti dia.

"Kamu dengar apa kata dia tadi, Alvin?  Kalian saling cinta dan ingin punya anak, ingin membahagiakan aku dengan kehadiran anak kalian. Jadi nanti ada anak-anak kecil yang cantik dan lucu, hadir dirumah ini. Anak dari darah daging suamiku, Wow hebat." Lanjutku dengan tegar.

"Tapi sebelum semuanya menjadi kenyataan, aku akan memastikan mengurus perpisahan ini dengan baik. Agar tak ada penyesalan setelahnya." Aku segera menelpon pengacara yang terbaik di kota ini dan akan ku tunjukan kepada kalian berdua, kebusukan yang selama ini kalian lakukan.

Dan keesokan harinya mungkin pukul tujuh pagi, aku sudah mempersiapkan rencana yang sudah disusun dari tadi malam.

"Rena, aku mau dibawa kemana oleh polisi-polisi ini?" Kata Alvin dengan wajah memelas.

"Tenang, Alvin. kamu nggak akan di penjara hanya karena kamu sudah berselingkuh dengan adik iparmu sendiri. Tapi mungkin kamu akan dipenjarakan karena menggelapkan uang  sejumlah ratusan juta ke rekening anonim milikmu. Untuk apa? Untuk bersiap-siap kabur dan menikah dengan istri barumu? Jangan bohongi aku Alvin, jangan kira kamu itu tidak punya apa-apa lagi.  ya, sekarang memang rumah ini adalah sepenuhnya milikku. Karena kamu sendiri yang telah memberikannya padaku, sebagai tanda hadiah pernikahan kita tiga tahun yang lalu, pasti kamu masih ingatkan?  Dan satu lagi, Alvin. kamu sudah diusir papa kandungmu sendiri dari perusahaan miliknya. Karena kelakuan kamu sendiri, yang telah mencoreng nama baik 'DIRGANTARA' sungguh kasihan kamu, Alvin!"

"Kemarin-kemarin aku masih terus melindungimu dari amukan ayahmu. Tapi saat ini, nggak bakalan ada ampun lagi untukmu Alvin. Keluargamu sudah sangat membencimu, dan saking kesalnya lagi, kamu dicoret dari hubungan sedarah dengannya. Cup cup cup, mas. sungguh malang banget nasibmu." Terangku panjang dan cukup puas, meringankan beban hatiku  yang telah dihancurkan olehnya.

"Sekarang kamu tinggal tanda tangani surat-surat perceraian ini!" Ucapku seraya memberikan dokumen tersebut.

Dan Alvin  hanya diam saja, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia hanya tertunduk lesu, seolah dia menyesalinya.

"Oh iya, dan kejutan untuk Sinta belum aku berikan. Tunggu dulu yah, sebentar!" Aku berjalan ke depan pintu rumahku dan memanggil dua orang yang telah aku minta datang kesini. satu masih paruh baya dan yang satu lagi sudah bertubuh renta, mereka adalah sepasang suami istri.

"Si _ siapa dua orang ini, kak?" Sinta menunjuk kedua orang tersebut.

"Kamu nggak mengenalnya, Sinta? Beneran Nggak kenal?  Saking terlalu sayangnya aku sama kamu kemarin-kemarin sampai kamu nggak tahu dari mana kamu berasal dulu, Sinta. Mereka adalah ayah dan ibu kandungmu sendiri!" Ucapku sembari menuntun Sinta menemui kedua orang tersebut.

"Tidak, ini tidak mungkin . Aku hanya anak almarhum ibu dan ayah, bukan mereka. Bantahannya sembari mundur ke belakang, berusaha menjauh dari mereka.

"Sinta, tapi ini memang benar, mereka adalah ayah dan ibu kandungmu sendiri. Dulu ibu dan bapak hanya mengadopsi kamu dari mereka, karena dulu mungkin mereka tidak bisa membesarkanmu, karena kondisi perekonomian mereka waktu itu."  Ku lihat wanita yang sudah renta itu menangis.

"Lalu kenapa mereka tak jujur padaku, hah? Kenapa mereka tidak mengatakan kalau aku ini hanya seorang anak pungut, kenapa?" Sahutnya kencang sembari menangis.

"Kamu ingin tahu Sinta, kenapa mereka tidak pernah mengatakan semuanya padamu. Karena apa,  karena mereka sangat menyayangimu dan tidak pernah merasa kalau kamu itu anak orang lain, mereka menganggap kamu itu sebagai anak kandungnya sendiri. Sama Halnya dengan aku yang jelas-jelas anak kandungnya sendiri. Mereka tidak pernah memilah ataupun memilih antara kita berdua kita dibesarkan dengan timpah ruwah kasih sayang yang sama. Begitu pula dengan aku, aku sangat menyayangimu, aku tidak pernah menganggap kalau kamu itu cuman adik pungut, tidak Sinta.  Justru aku lebih menyayangimu dari diriku sendiri." penjelasanku pada Sinta.

"Sekarang kamu pulang sama mereka, nanti kubekali uang secukupnya. Tapi sayang semua fasilitas yang telah ku berikan padamu tolong dikembalikan." Ucapku dengan tenang.

Mungkin Alvin dan Sinta terkejut melihat sikapku diluar dugaan mereka. Karena mereka sudah terlalu yakin aku akan ketakutan kehilangan mereka, sehingga mereka bisa mengatur-atur aku agar mau menuruti semua perkataan mereka berdua. Pake ngancam ku segala lagi,  agar aku tidak mau kehilangan mereka berdua.

Ku akui ini memang salahku, selama ini mungkin aku terlalu lembut dan mengiyakan semua kemauan mereka berdua. Tapi perselingkuhan itu tidak bisa aku toliler lagi walau dengan cara apapun. Ada saatnya aku lembut, tapi aku juga punya harga diri yang tidak bisa di tukar dan dipermainkan. Mungkin aku tidak sesempurna wanita-wanita lain di luaran sana, tapi aku berhak juga untuk bahagia.

Aku berlalu dengan anggun meninggalkan mereka. Mengubur secepatnya rasa sakit yang kemarin singgah dihati. Biar kunikmati bahagiaku sendiri tanpa harus memperjuangkan orang-orang yang tidak punya hati seperti mereka.

"Kak, kakak!  Dua orang ini mana mungkin orang tuaku? Mereka jelek dan kotor, wajahnya nggak mirip denganku. Hizzh."  Si jelita dari tempat kumuh itu mengibas-ngibaskan tangannya.

Ya Tuhan dimana tatakrama dan kesopanan yang telah  aku ajarkan kepadanya selama ini. Sampai dia tega berkata seperti itu kepada kedua orang tuanya sendiri.

"Pergi kalian berdua! Jangan harap aku akan ikut dengan kalian." Ia menarik kembali koper-koper itu ke sudut ruangan.

Aku tertawa mendengarnya. Anak rakus!  Maunya menjadi adikku tapi juga ingin memiliki suami ku. Salah apa aku mendidik dia baik-baik tapi karakternya sama sekali tak bisa mengikutiku.

Mungkin benar, dia bukanlah adik kandungku. karena kami tak sedarah sikap kedua orang tua  kamipun sangatlah berbeda, mungkin karena itu kami tidak satu karakter. 

Ayah dan ibunya Sinta dulunya adalah pemabuk, penjudi dan pencuri. Aku tahu waktu dulu mengantar ayah dan ibuku akan mengadopsi Sinta. Tapi alhamdulillah sekarang mereka sudah bertaubat.

"Rena, istriku sayang. Tidak adakah kesempatan lagi untukku? Tuhan saja maha pemaaf, kenapa kamu tak mau memaafkanku!"  Teriak Alvin.

Suara-suara mereka terdengar bersahut-sahutan terdengar di telingaku dari lantai atas. Aku masih bisa mendengar dengan jelas.

Aku menarik nafas berkali-kali, lalu memilih duduk, berpikir, mencari jalan selanjutnya. Mempersiapkan semua yang harus aku lakukan kedepannya. Hidup memang terkadang tak pernah kita duga. Semua bisa tiba-tiba berubah dan berbalik dari kenyataan awal.

Rumah tanggaku yang bahagia, suami pendiam, giat bekerja dan selalu setia padaku. Tiba-tiba berubah dalam sekejap.  Beruntung dunia telah mengajarkanku untuk tetap tenang menghadapi semua masalah segenting apapun itu masalahnya.