Chereads / Sunset: Every ending is a new beginning / Chapter 21 - Kebohongan ataukah Kebenaran? (2)

Chapter 21 - Kebohongan ataukah Kebenaran? (2)

Pada tanggal 1 April 2019, seluruh siswa kelas 12 menjalankan Ujian Nasional. Murid di SMA Lavender mengerjakan soal ujian dengan santai. Walaupun terkadang merasa kebingungan saat menjawab soal, tetapi akhirnya mereka bisa mengatasinya. Ujian Nasional yang berlangsung selama 4 hari itu pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

Setelah Ujian Nasional usai dan pengumuman kelulusan sudah diumumkan, mereka akan mengadakan acara wisuda. Acara itu berlangsung di sekolah. Siswa laki-laki akan memakai setelan jas, sementara siswi perempuan akan mengenakan kebaya.

Acara dimulai dengan tim paduan suara yang membawakan lagu Indonesia raya, kemudian pembacaan doa, kata sambutan dari ketua panitia dan kepala sekolah.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pengumuman siswa berprestasi dan juga pemilik hasil UN terbaik. Mikha adalah siswa dengan nilai hasil ujian nasional tertinggi, disusul Andre kemudian Brian di jurusan IPA. Di IPS adalah Tya, Raka, dan Alisia. Lalu di bahasa ada Fauzi, Armand, dan Dimas.

Acara selanjutnya adalah prosesi wisuda. Lalu kesan dan pesan dari para wisudawan. Brian juga menyampaikan kesan dan pesannya. Hampir setiap siswi terpesona dengan ketampanan yang dimiliki Brian. Dia sangat keren saat sedang berpidato. Jas hitam yang dipakainya sangat cocok untuknya. Dia terlihat dua kali lipat lebih tampan daripada biasanya.

Brian keluar dari aula untuk mencari udara segar setelah selesai menyampaikan pidato singkatnya itu. Saat ini ada wisudawan lainnya yang sedang berpidato di dalam sana. Brian melepas jasnya dan membuka handphonenya. Ah, dan alasan lainnya ia keluar dari aula karena Mikha ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.

"Brian." Suara lembut Mikha terdengar dari belakang Brian. Ia pun memutar tubuhnya dan menatap ke arah Mikha.

"Mau ngomong apa, Mik?"

Mikha terlihat sedikit gugup tetapi kemudian ia mampu menguasai dirinya sendiri. "Aku ... aku mau bilang kalo ..."

"Kalo apa?" Tanya Brian dengan sabar menunggu Mikha melanjutkan kalimatnya.

"Kalo aku suka sama kamu Bri. Aku suka banget, aku cinta sama kamu Bri." Jawab Mikha dengan sangat cepat karena ia sedang berusaha melawan kegugupannya.

Suasana menjadi hening beberapa saat.

"Kamu 'kan tau kalo aku udah punya pacar, Mik. Nggak lucu ah." Ucap Brian.

Mikha menatap Brian dengan pandangan tidak percaya. Mikha berusaha menahan air matanya. Ia berusaha melawan egonya, tetapi akhirnya rasa egonya lah yang menguasai dirinya.

"Pacar yang mana maksud kamu, Bri? Pacar yang udah beda alam itu? Emangnya masih bisa disebut pacaran ya?"

Kalimat Mikha barusan mampu membuat Brian merasa waktu berhenti dan napasnya pun seperti ikut berhenti. Apa maksud Mikha ini?

"Apa maksud kamu, Mik? Kamu ngomong apaan sih?" Dengan perasaan kesal, Brian pergi meninggalkan Mikha.

Mikha yang sudah tidak dapat menahan emosinya lagi, hanya mendengus. Kemudian ia berkata, "Bri, kamu harusnya sadar. Yura itu udah nggak ada, dia udah meninggal. Please terima kenyataan. Kamu nggak bisa gini terus. Jangan biarin bayang-bayang Yura selalu ngikutin kamu. Sadar, Bri, sadar."

Jantung dan hati Brian seperti dihantam oleh benda yang besar dan sangat berat. Ia sangat shock mendengar penuturan Mikha. Brian menjadi sangat linglung, ia terdiam sesaat kemudian pergi meninggalkan Mikha begitu saja. Ia tidak kembali ke dalam aula, melainkan pergi ke arah parkiran dan meninggalkan sekolah dengan mobilnya.

"Brian! Brian!" Mikha berusaha meneriaki Brian, tetapi tidak ada gunanya sama sekali. Jujur saja, Mikha sangat tidak bermaksud untuk melakukan ini semua. Hanya saja, ia sudah sangat muak dengan keadaan ini.

Kenapa sih Brian tetap saja beranggapan bahwa Yura masih hidup? Orang yang sudah pergi ya biarkan saja pergi.

Sementara itu, saat ini Brian sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Ia merasa sangat marah dan juga bingung. Brian berulang kali berusaha menghubungi Yura, tetapi hasilnya nihil. Yura tidak sekalipun mengangkat panggilannya. Ia amat sangat frustasi dan saat ini dia merasa sudah menjadi gila.

Nggak, semua itu kebohongan. Mikha bohong. Pokoknya bohong.

Brian berulang kali berusaha meyakini dirinya sendiri bahwa apa yang dikatakan Mikha hanyalah sebuah kebohongan. Tetapi, semakin dia seperti itu, sekelebat ingatan muncul begitu saja di dalam kepalanya. Hal itu membuat kepalanya terasa sangat sakit hingga seperti mau pecah.

Brian memegang kepalanya yang terasa sakit dan memukulnya pelan dengan harapan agar sakitnya sedikit mereda. Dengan kondisi yang tidak terbilang baik ini, Brian kehilangan konsentrasinya. Mobilnya yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata ini pun menjadi sedikit tidak terkendali. Hingga saat berada di perempatan, sebuah mobil dari sebelah timur menabrak mobil Brian yang bergerak ke arah Utara. Kecelakaan itupun tidak dapat dihindari lagi.

Brian yang masih berada di dalam mobilnya, tidak merasakan apapun selain pandangannya yang tiba-tiba menjadi gelap.