Chereads / Sunset: Every ending is a new beginning / Chapter 22 - Kenyataan Pahit (1)

Chapter 22 - Kenyataan Pahit (1)

9 Desember 2018

Pukul 6, Brian terbangun dari tidurnya. Ia merasa seperti ada sesuatu yang salah terhadap dirinya. Seperti ada rasa sesak di dadanya, tetapi ia tidak tahu apa penyebabnya. Brian berusaha mengabaikan perasaan aneh itu dan mulai mandi.

Karena hari ini adalah hari Minggu, jadi ia hanya akan bersantai di rumah. Setelah selesai mandi, ia segera turun ke bawah kemudian mengambil sandwich dan susu. Ia mengambil remote tv dan menyalakannya. Saat sedang mencari acara yang menarik, tiba-tiba saja sebuah berita eksklusif ditampilkan di TV.

Diduga dibunuh, Tante dan keponakan ditemukan tewas di kediamannya.

Judul berita yang cukup menarik perhatian. Brian yang awalnya biasa saja, langsung menjatuhkan gelas berisi susu di tangannya setelah menyadari bahwa ia mengenal TKP pembunuhan tersebut. Pecahan kaca serta susunya berserakan di lantai. Kak Felix yang baru saja membuang sampah menjadi terkejut setelah mendengar suara gelas yang pecah.

"Kenapa sih, Bri? Kok bisa sampe jatuh gitu?" Tanya kak Felix. Kak Felix tidak mendapatkan jawaban apapun, tetapi ia kembali terkejut melihat wajah adiknya yang sangat pucat.

"Kamu kenapa, Bri? Kok pucat banget, sakit kamu?" Kak Felix menjadi panik melihat Brian, tetapi Brian tetap tidak menjawab pertanyaannya. Kak Felix mengikuti arah pandang Brian. Dan saat melihat apa yang ditampilkan di TV, tubuhnya seperti menjadi kaku.

Berita yang sedang tayang di TV itu menampilkan sebuah tempat yang sangat kak Felix dan Brian kenal. Rumah Yura.

"Nggak, nggak mungkin." Brian yang sudah mendapatkan kesadarannya, segera berlari ke kamarnya dan mengambil handphonenya yang sedang di charge. Ia menyalakan handphone dan hendak menghubungi Yura. Namun, begitu handphonenya menyala, banyak panggilan masuk yang tidak terjawab berasal dari Yura.

Jantung Brian seolah berhenti berdetak dan napasnya pun tercekat. Selain panggilan tak terjawab, ada pula 1 pesan suara yang berasal dari Yura. Brian dengan gemetar membuka pesan suara tersebut dan mendengarkannya..

Brian, tolong aku. Aku takut. Disini ada—

Pesan suara itu sangat singkat dan sepertinya Yura belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Kaki Brian menjadi tidak bertenaga sehingga ia terjatuh ke lantai. Dadanya terasa sangat sakit, ada ketakutan, kecemasan, kesedihan dan kebingungan bercampur menjadi satu di dalam sana.

"Nggak, aku nggak bisa berasumsi secepat ini. Aku harus pastiin ini sekarang. Yura pasti baik-baik aja." Berulang kali Brian berusaha meyakini dirinya sendiri. Ia bangkit dan mengambil kunci motornya. Saat ia berlari dari kamarnya, kak Felix menghentikannya.

"Kakak antar kamu ya."

Brian yang sedikit linglung hanya mengangguk dengan patuh. Pikirannya hanya terfokus pada Yura. Mereka pun segera berangkat.

Sesampainya di daerah rumah Yura, disana banyak sekali warga yang berkumpul. Ada garis polisi pula di rumah Yura. Setelah bertanya kepada salah satu warga, ternyata benar bahwa korban pembunuhan itu adalah Yura dan tantenya. Dan saat ini jasad keduanya sudah dibawa ke rumah sakit.

Brian terdiam setelah mendengar penuturan salah satu warga tersebut. Ia bingung, ia ingin menangis tetapi tidak ada air mata yang keluar sedikitpun. Ia juga merasa sangat marah kepada dirinya sendiri. Seandainya ia tidak membiarkan handphonenya di charge dalam keadaan mati, maka ia bisa mengangkat telepon dari Yura. Sehingga hal nahas ini tidak akan terjadi.

Brian memegang dadanya yang terasa sangat sesak. Kak Felix segera berusaha menenangkan Brian. Walaupun Brian hanya berdiam diri, tetapi kak Felix tahu bahwa saat ini adiknya sangat hancur.

Salah seorang wanita paruh baya yang diketahui adalah tetangga Yura pergi ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai seorang saksi. Menurut penjelasannya, saat ia bangun pukul 5, terdengar keributan dari rumah Yura. Keributan itu tidak terlalu terdengar jelas karena rumah mereka berjarak 5 meter. Di daerah tersebut, rumah penduduk memang masih jarang dan jaraknya juga tidak berdekatan.

Karena suara keributannya tidak terdengar jelas, ia pun tidak merasa curiga. Lagipula, biasanya Aliza—tante Yura—dan Yura selalu bangun pagi. Tetapi tidak lama setelah itu, ia kembali mendengar teriakan Yura yang meminta tolong. Biasanya Yura tidak pernah teriak-teriak apalagi minta tolong seperti itu, karena memang Yura lebih banyak diamnya. Makanya ia langsung curiga. Ia pun segera keluar dari rumahnya dan berniat melihat apa yang terjadi.

Saat sampai di rumah Yura, ia melihat pintu depan rumah tidak terkunci dan terbuka setengah. Dengan memberanikan diri ia berjalan masuk ke dalam rumah itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Aliza terbaring tidak bernyawa di ruang tamu. Aliza sudah tidak bernapas dan wajahnya membiru. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Wanita paruh baya itu segera teriak meminta pertolongan dan warga yang lain langsung datang ke rumah Yura.

Karena tidak melihat adanya Yura di ruang tamu tersebut, mereka langsung mencari ke setiap sudut rumah. Dan ketika melihat pintu kamar yang terbuka, mereka langsung masuk dan melihat Yura sudah bersimbah darah di dekat kasurnya. Salah seorang dari mereka langsung menghubungi polisi.

Para warga sangat yakin bahwa ini semua adalah pembunuhan. Jadi mereka kembali mencari pembunuhnya di setiap sudut rumah. Tetapi mereka tidak menemukan apapun. Kemungkinan besar, pembunuh tersebut sudah kabur sebelum wanita paruh baya yang merupakan tetangga Yura datang.

Selain menghubungi polisi, mereka juga menghubungi David yang merupakan tunangan dari Aliza. Pria itu langsung memeluk tunangannya yang sudah tidak bernyawa ketika ia sampai di tempat itu. Walaupun sudah dilarang dan dihalangi polisi, ia tetap tidak peduli dan terus menangis.

Ia merasa benar-benar hancur saat ini. Mereka akan segera menikah bulan depan, dan seseorang malah dengan seenaknya menghabisi calon istrinya. Ia meminta polisi agar segera menemukan pelakunya

"Apa ada petunjuk lain? Misalnya cctv?" Tanya polisi kepada David. David segera mengingat-ingat dimana letak cctv tersebut.

"Di teras, di balik bunga hias yang ada di dinding itu, ada sebuah cctv disana.

Segera setelah itu, mereka langsung memeriksanya dan benar, ada kamera cctv di tempat itu. Dan mereka sangat bersyukur, karena penyelidikan ini akan lebih cepat. Di dalam rekaman itu, tampak orang asing yang diyakini seorang wanita berdiri di depan pintu rumah Yura. Ia celingukan kesana-kemari kemudian mengetuk pintu rumah tersebut. Terlihat pula Aliza membuka pintu dan mereka seperti berbicara sebentar kemudian masuk ke dalam rumah. Setelah sekian lama, wanita tersebut kembali keluar dengan tergesa-gesa. Terlihat ia memegang sebuah pisau dan secara tidak sengaja, wajahnya terpampang jelas di rekaman tersebut.

David terkejut bukan main saat melihat wajahnya. Ia mengenal wanita itu, dia adalah teman semasa SMA-nya. Bahkan Aliza pun mengenalnya juga. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat sehingga buku-bukunya memutih. Kemarahan di hatinya sangat membara saat ini. Jika memang benar wanita itu pelakunya, atas dasar apa ia melakukan itu? David sungguh tidak habis pikir dibuatnya.