Brian sedang berdiri di pinggir pantai sambil menatap matahari yang terbenam. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Brian membalikkan tubuhnya dan mendapati bahwa suara langkah kaki itu milik Yura. Ia melihat Yura melambaikan tangannya sambil tersenyum dengan lebar. Setelah itu, Yura berlari ke arah Brian dan langsung memeluknya.
"Bri, dengerin aku." Ucap Yura sambil masih berada di pelukan Brian.
"Kamu harus terima kenyataan. Jalani hidup dengan bahagia, jangan seperti sekarang ini. Kamu bisa hidup bahagia tanpa aku. Jangan terus melihat ke belakang Bri, karena semua itu hanya berisi masa lalu. Tatap ke depan, disana masa depan kamu lagi nunggu kamu. Walaupun aku nggak ada di dunia ini, aku bakalan tetap ada di sisi kamu. Tersimpan di hati kamu. Sedih boleh, tapi hidup harus terus berjalan. Aku izinin kamu nangis hari ini, tapi besok harus senyum lagi dan lanjutkan hidup kamu. Kalo kamu memang sayang sama aku, jangan bersikap seperti sekarang ini. Karena sikap kamu itu nyakitin dan nyiksa aku. Aku mohon. Dengerin aku. Aku sayang kamu."
Setelah mendengar ucapan Yura, Brian langsung meneteskan air matanya. Ia menangis di pelukan Yura. Saat sedang menangis, tiba-tiba Brian tidak merasakan Yura dalam pelukannya. Yura menghilang begitu saja dan saat ini ia hanya memeluk angin. Perasaan kehilangan itu langsung muncul.
"Yura!! Kamu dimanaa?" Brian terus berteriak dan berlari mencari Yura di area pantai tersebut. Ketika sedang berlari mencari Yura, Brian melihat Yura sedang berjalan ke arah laut.
"Yura!! Berhenti! Kamu nggak bisa berenang, nanti kamu tenggelam." Brian berlari ke arah Yura untuk mencegahnya terus melangkahkan kaki ke arah pantai.
Tiba-tiba Yura berhenti berjalan dan menoleh ke arah Brian. Kemudian ia berkata, "Brian, aku pergi dulu ya. Jaga diri baik-baik. Ingat pesan aku." Dan Yura langsung menghilang entah kemana. Brian berteriak memanggil Yura tetapi semua itu sia-sia. Yura sudah pergi meninggalkannya. Selamanya.
**
Brian terbangun dari mimpi buruknya barusan. Ia merasa sangat tidak bertenaga. Brian menatap sekeliling ruangan berwarna putih itu dan menyadari bahwa ia berada di rumah sakit. Brian menatap ke langit-langit dan mengingat-ingat pesan yang Yura sampaikan di dalam mimpinya itu.
Brian lalu memutar memorinya ketika masih bersama dengan Yura. Saat itu mereka bisa melakukan apa saja yang mereka mau tanpa sedikitpun rasa takut. Semua hari-hari yang dia habiskan bersama Yura sangat menyenangkan.
Tapi sekarang, Yura sudah pergi sangat jauh dari hidupnya. Memikirkan hal tersebut membuat dada Brian terasa sakit dan sesak. Tidak, ia tidak boleh seperti ini. Brian harus mengingat dan melakukan permintaan Yura di mimpinya tadi.
Aku nggak boleh kayak gini. Yura pasti tersiksa sama sikap aku. Aku nggak mau dia ngerasain sakit. Aku mau dia bahagia di alam sana walaupun bukan sama aku.
Tepat setelah itu, kak Felix masuk ke kamar Brian. Ketika melihat adiknya sudah bangun setelah 3 hari tidak sadarkan diri, ia sangat senang.
"Kamu udah sadar Bri? Kakak panggilan dokter bentar ya." Kak Felix melangkahkan kakinya hendak memanggil dokter, tetapi Brian mencegahnya.
"Kak, maafin aku ya. Maafin karena selama ini udah nyusahin dan selalu buat kakak khawatir. Aku tau sikap aku ini salah, aku minta maaf."
"Maksud kamu apa Bri?"
"Aku udah ingat semuanya. Aku ingat kalo Yura udah nggak ada." Saat mengucapkannya, suara Brian sedikit bergetar. Kak Felix menundukkan kepalanya, kemudian mengelus rambut adiknya.
"Mulai sekarang, aku bakalan nerima kenyataan dan ngelanjutin hidup aku. Aku janji."
Kak Felix hanya tersenyum sambil mengangguk setelah mendengar penuturan adiknya, kemudian ia memanggil dokter.
Brian tetap berada di rumah sakit selama beberapa hari untuk pemulihannya. Kecelakaan itu membuat Brian tidak dapat berjalan untuk beberapa saat. Tetapi selebihnya ia baik-baik saja. Brian memang seperti mendapatkan anugerah dari Tuhan, karena kecelakaan yang dia alami sangat mengerikan. Setelah tertabrak, mobil yang ia kendarai hancur parah. Dan juga, bagian yang tertabrak adalah tempat pengemudi dimana Brian duduk. Bahkan, pengemudi dari mobil yang menabrak Brian meninggal setelah beberapa jam berada di rumah sakit.
Saat itu polisi cepat datang ke TKP dan mereka segera dievakuasi. Orang-orang yang melihat kecelakaan itu banyak yang berasumsi bahwa Brian mungkin tidak selamat. Tetapi nyatanya, dia masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Tuhan.
Kak Felix yang mendengar kabar bahwa adiknya kecelakaan, langsung datang ke rumah sakit. Ia seperti kehilangan seluruh tenaganya. Karena Brian adalah adik satu-satunya dan jika terjadi sesuatu terhadap Brian, ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi hidup. Walaupun masih ada papanya, tetapi kehadiran Brian sangat ia butuhkan di dalam hidupnya. Dan juga, ia sangat menyayangi adiknya itu. Terdengar egois memang, tetapi itulah adanya.
Agar tidak membuat papanya khawatir, kak Felix memutuskan untuk tidak memberi tahu papanya tentang kecelakaan yang terjadi pada Brian. Bahkan sampai Brian keluar dari rumah sakit pun, papanya tetap tidak diberi tahu. Ya, mereka tidak akan memberi tahu papanya sampai kapanpun.
Setelah keluar dari rumah sakit, Brian juga tetap beristirahat di rumah. Selama di rumah, Brian memperbaiki hubungannya dengan Tuhan, meyakini bahwa tidak ada hal yang abadi di dunia ini, termasuk juga dirinya sendiri dan orang yang ia sayangi. Brian juga menjadi lebih ikhlas dan bersabar menghadapi segala ketetapan Tuhan, karena ia yakin bahwa semua yang sudah terjadi adalah yang terbaik meski awalnya terasa sangat sulit.
Ia sangat merindukan Yura hingga membuat dadanya terasa sesak. Semenjak kecelakaan, setiap kali Brian merindukan Yura, ia bingung bagaimana cara mengatasi rasa rindunya itu. Jika memandang foto Yura, maka rasa rindunya akan semakin besar.
Setiap kak Felix mengetahui bahwa Brian merindukan Yura, maka ia akan mengajak Brian ke makam Yura. Disana kak Felix akan membiarkan Brian sendirian di dekat makam Yura. Tujuannya, jika Brian ingin mencurahkan segala isi hatinya, maka Brian tidak perlu merasa canggung.
Sedangkan Brian, ketika berada di makam, maka ia hanya akan mengatakan bahwa ia sangat merindukan Yura, mencintai Yura, dan ingin Yura tetap berada di sisinya. Ia akan mengatakan bagaimana menyebalkannya hidup ketika Yura tidak ada di dekatnya.
Yura adalah orang yang paling peduli terhadap Brian selain keluarganya. Yura mengetahui apa yang baik dan yang buruk untuk Brian. Misalnya dalam hal makanan. Brian alergi terhadap kacang-kacangan. Setiap kali makan sesuatu yang berhubungan dengan kacang, maka Brian akan mengalami sesak napas.
Dan lagi, Brian juga memiliki alergi terhadap bulu kucing. Sedangkan Yura, ia juga sangat menyukai kucing. Setiap bertemu kucing, Yura akan mengelusnya dan kadang memeluknya. Dia tidak peduli walaupun kucing itu kotor. Tetapi karena Brian alergi, Yura akan selalu menjaga jarak dengan kucing setiap kali sedang bersama Brian.
Brian menyadari bahwa selama ini ia hanya meratapi kesedihannya dan kurang menghargai orang yang ada di sekitarnya dan masih ada untuk mendukungnya. Brian menyibukkan dirinya untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia dan memperbaiki diri.