Chapter 27 - Kenangan (3)

Keesokan harinya, Brian datang ke rumah Yura lagi. Kali ini ia tidak sendirian, tetapi bersama makhluk menggemaskan yang ada ditangannya. Ia mengetuk pintu dan melihat Yura yang membukakannya.

Yura terkejut melihat seekor anak anjing yang ada di tangan Brian. Anak anjing tersebut sangat lucu dan menggemaskan. Yura segera mengajak Brian masuk ke dalam rumahnya.

"Hadiah buat kamu, bisa dibilang ini tebusan aku sih hehe." Brian menyerahkan anjing tersebut kepada Yura.

Brian memang pernah berencana untuk memberikan Yura sebuah anjing. Yura sangat menyukai anjing, tetapi karena harganya terlalu mahal dan juga tidak mau merepotkan tantenya, jadi Yura tidak dapat membelinya. Bahkan terkadang ia ingin sekali membawa pulang anjing di jalanan.

Yura pernah membawa pulang seekor anjing yang terlantar. Tetapi keesokan harinya, ia melihat di Twitter ada seseorang yang menyebarkan tweet berisi gambar anjing yang mirip dengan anjing yang ia bawa pulang. Orang yang membuat tweet tersebut kehilangan anjingnya. Jadi, Yura segera menghubungi pemilik anjing untuk mengatakan bahwa ia telah menemukan anjing tersebut.

Atau pernah juga Yura ingin membawa pulang seekor anjing di jalanan, tetapi anjing tersebut malah kabur karena takut dengan Yura. Selalu tidak beruntung.

Jadi ketika Brian memberikannya seekor anjing, wajah bahagia Yura tidak dapat ia sembunyikan. Yura dengan antusias segera mengambil anjing tersebut dan menciumnya beberapa kali.

"Makasih ya, Bri." Ucap Yura sambil tersenyum lebar.

"Sama-sama, lagian itu aku nemu di jalanan sih tadi." Brian berniat untuk menjahili Yura. Tetapi melihat Yura yang tetap tersenyum dan memeluk anjing tersebut, Brian kembali melanjutkan, "Bercanda kok. Mana mungkin aku ngasih kamu anjing dari jalanan. Nggak ikhlas banget kayaknya kalo aku gitu."

Yura mengalihkan pandangannya kepada Brian, masih dengan tersenyum ia berkata, "Kalo emang dari jalanan juga gapapa, kok. Aku bakalan tetep rawat dia. Makasih banyak yaa."

Menurut Yura, bahkan jika Brian benar-benar memberikannya anjing dari jalanan yang terlantar, Yura akan tetap merawatnya sepenuh hati. Karena anjing-anjing jalanan tersebut juga membutuhkan cinta dan kasih sayang, tempat tinggal dan makanan yang layak, dan juga hidup yang layak.

"Jadi udah dimaafin, kan?" Tanya Brian kepada Yura dengan tatapan berharap.

"Asal nggak kamu ulangin lagi. Aku cemburuan loh."

Brian tersenyum mendengar ucapan Yura. Benar, Yura memang orang yang sangat cemburuan. Yura pendiam di hadapan orang yang tidak dekat dengannya, tetapi akan menjadi bawel dan banyak bicara jika sudah bersama tantenya dan Brian.

Brian mengeluarkan handphonenya dan membuka kamera. "Yura, ayo senyum."

Yura segera memusatkan pandangannya ke kamera handphonenya Brian dan tersenyum dengan lebar. Mereka mengambil banyak sekali foto bersama anjingnya. Bahkan, galeri foto di handphone Yura dan Brian penuh dengan gambar anjing tersebut. Mereka menamai anjing tersebut dengan nama Gogo. Entah darimana ide nama tersebut muncul.

**

Brian tersenyum saat mengingat kenangannya tersebut. Wajah bahagia Yura masih terlukis dengan jelas di ingatannya. Tiba-tiba saja Brian teringat akan suatu hal. Ketika Yura masih hidup, Yura pernah mengatakan bahwa ada satu hal yang ingin dilakukannya.

Yura sangat suka membaca novel ataupun komik. Pernah suatu ketika Yura sedang membaca sebuah komik romansa di rooftop. Brian yang saat itu baru saja selesai menciptakan sebuah lagu, langsung menghampiri Yura.

"Yura, kamu tau sesuatu nggak?"

"Hm?" Yura menjawab tanpa memalingkan wajahnya kepada Brian. Brian sedikit kesal, namun karena orang yang membuatnya kesal adalah Yura, maka ia tidak dapat marah.

"Aku baru aja selesai ciptain lagu baru. Lagunya itu tentang orang yang hadir membawa warna ke kehidupan kita yang kelam. Lagu ini mirip sama sesuai loh."

"Mirip sama apa emangnya?" Lagi-lagi Yura tetap fokus kepada komik yang dibacanya itu.

"Tentang kita lah. Kamu tau 'kan kalo hidup aku sebelum kamu datang itu gimana? Suram. Tapi pas kamu datang, kamu ubah hidup aku yang suram dan menyedihkan itu jadi lebih berwarna."

"Oh hehe."

Sudah, Brian tidak dapat lagi menahan kesabarannya. Bukankah dia sedang menyanjung Yura? Tetapi kenapa respon Yura seperti itu? Ah, pasti karena komik yang ada di tangannya. Menyebalkan sekali. Memangnya siapa pengarangnya hingga mampu membuat Yura mengabaikan Brian?

"Kamu kok gitu sih, aku lagi ngomong di perhatiin dong. Masa fokus ke komik kamu itu aja."

Komik itu menceritakan tentang karakter pria dan wanita adalah musuh bebuyutan. Mereka tidak pernah akur dan selalu saja bertengkar.

Karakter wanita adalah orang yang kuat, ia bisa bela diri sehingga jika bertarung dengan pria pun tidak akan langsung kalah begitu saja.

Namun, suatu masalah kecil mampu merubah jalan hidup mereka. Yang awalnya adalah musuh bebuyutan, malah ada cinta di antara mereka. Cinta yang begitu kuat dan tidak dapat diganggu atau dirusak oleh siapapun.

Bagian menariknya bukanlah pada kisah mereka, melainkan pada bagaimana cara mereka berinteraksi setelah saling mencintai. Ketika sang pria harus menjalani militer, wanitanya merasa sangat sedih karena harus terpisah dengan jarak yang begitu jauh.

Untuk membuat wanita yang dicintainya tidak bersedih saat ia sedang militer, si pria memberikan ide untuk mereka selalu bertukar surat. Wanitanya pun menyetujuinya. Setiap hari, wanita itu akan menuliskan surat dan akan mengirimkannya kepada si pria. Kemudian, si pria akan menuliskan banyak kata-kata romantis di dalam surat balasannya untuk si wanita. Dengan cara ini, hubungan mereka akan tetap erat.

Selain itu, surat-surat itu juga menjadi bukti atas rasa cinta mereka. Janji dan semua tulisan itu tak akan hilang begitu saja. Keduanya selalu menyimpan semua surat yang kekasihnya berikan. Terkadang jika sudah terlampau rindu, maka mereka dapat membaca kembali surat tersebut. Di satu sisi mereka juga dapat bernostalgia membacanya ketika sudah tua nanti.

Yura merasa tertarik dengan cara karakternya saling bertukar surat untuk menyampaikan perasaan masing-masing. Menurutnya, cara itu lebih romantis dan sangat berarti.

Kalau dipikir-pikir, selain menyukai makna dari surat itu sendiri, Yura juga menyukai bagaimana surat-surat itu dapat dihias dengan indah. Rasa puas menjalar pada dirinya ketika ia membayangkan dapat menumpuk surat-surat yang cantik itu seperti menyusun tumpukan koleksi bukunya.

Ia juga dapat membayangkan perasaan setiap orang ketika mendapatkan surat itu padahal belum mengetahui isinya. Menebak-nebak isi surat tersebut sembari bersenandung bahagia. Ada perasaan tersendiri yang membuat seseorang bersemangat ketika menerima sebuah surat lalu berusaha membukanya. Menebak-nebak isi surat tersebut.

Yura menutup komiknya lalu menatap Brian, "Aku dari tadi dengerin kamu kok, aku nggak cuekin kamu. Cuma ya ini seru banget ceritanya. Kamu tau nggak sih, aku pengen banget coba seperti itu tapi sekarang nggak mungkin lagi soalnya udah ada handphone. Dan kalo ada orang yang mau nulis surat untuk aku, aku pasti bakalan seneng banget."

Brian terdiam mendengar penuturan Yura. Namun, ia tidak terlalu memedulikannya. Karena benar, zaman sekarang mana ada lagi orang komunikasi pakai surat.

Ketika mengingat bahwa Yura pernah mengatakan bahwa ia sangat ingin berkomunikasi melalui bertukar surat, Brian terpikirkan untuk melakukan sesuatu. Ia mengambil beberapa lembar kertas dan pena kemudian duduk di meja belajarnya.

Brian akan menuliskan sebuah surat untuk Yura. Ia akan mengutarakan seluruh isi hatinya dan apa yang ia pikirkan di dalam surat itu. Dia berharap, rasa rindunya dan perasaan yang tersimpan di hatinya dapat sampai kepada Yura.