Chapter 26 - Kenangan (2)

Brian baru saja menyelesaikan sarapannya. Ketika kembali ke kamar, secara tidak sengaja ia melihat foto Yura di meja belajarnya. Di dalam foto tersebut Yura sedang berdiri menyamping dan tersenyum ke arah kamera sambil menggendong anjing yang diberikan Brian kepadanya.

Brian mengingat kembali kenangannya bersama Yura saat ia memberikan anjing tersebut. Saat itu, Yura sedang marah kepada Brian. Lebih tepatnya cemburu.

Yura cemburu karena saat menemani Brian perform di luar kota mereka, ia melihat ada seorang cewek yang terlalu mencari perhatian kepada Brian. Walaupun cewek itu adalah teman Brian, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun terhadap Brian.

Bahkan ia masih suka menempel kepada Brian seperti prangko walaupun ia tahu bahwa Brian sudah memiliki pacar yaitu Yura. Dan lebih mengesalkannya lagi, Brian tidak mengusir cewek itu dan membiarkannya. Jadi Yura marah dan pergi meninggalkan Brian. Ia pulang menggunakan taksi. Padahal, Yura termasuk orang yang buta arah. Ia hanya mengenal daerah tempat tinggalnya dan sekolah. Jadi Yura hampir saja tersesat.

Di dalam taksi ia sangat takut terhadap sopir, ia takut jika sopir tersebut adalah orang jahat. Padahal itu hanyalah ketakutannya saja. Kenyataannya sopir tersebut adalah orang baik. Ia mengantarkan Yura sampai ke rumahnya dengan selamat. Walaupun biaya taksi memang sangat mahal.

Brian yang tidak melihat Yura dimanapun langsung panik. Ia menghubungi Yura tetapi panggilannya ditolak. Ia bertanya kepada petugas keamanan dan katanya Yura sudah pergi dengan menggunakan taksi. Kekhawatiran Brian semakin besar, ia juga takut jika Yura tersesat atau ada orang jahat yang mengganggunya.

Brian terus berusaha menghubungi Yura walaupun tetap ditolak. Hingga entah ke panggilan yang ke berapa, barulah Yura mengangkatnya. Yura tidak mengatakan apapun selain mengatakan bahwa ia sudah berada di rumah dan langsung memutuskan panggilan teleponnya.

Brian merasa lega bahwa Yura aman di rumahnya. Tetapi, ketika mendengar nada suaranya yang seperti sedang marah, Brian malah menjadi bingung. Ia tidak tahu apa penyebab Yura pergi meninggalkannya dan marah. Jadi ketika pulang, ia langsung pergi ke rumah Yura untuk menanyakan apa yang terjadi.

Sesampainya di rumah Yura, Brian mengetuk pintu rumahnya berkali-kali tetapi Yura tetap tidak membuka pintunya. Setelah cukup lama berdiri dan menunggu, akhirnya pintu rumah terbuka. Tetapi orang yang membukanya bukan Yura, melainkan Tantenya.

"Masuk dulu Bri," ucap Tante Yura.

Setelah masuk, Brian dipersilahkan duduk. "Kalian ada apa sebenernya? Berantem?" Tanya tante Yura.

"Nggak tau, tan. Soalnya tadi Yura pulang gitu aja. Mungkin Brian ada buat salah makanya Yura marah."

Tante Yura mengangguk, "Oh begitu. Sebentar tante panggilin Yura dulu ya. Kamu tunggu disini."

Kemudian tante Yura langsung pergi ke kamar Yura. Ia mengetuk pintu kamarnya tetapi Yura tetap tidak mau keluar. Pintu kamar juga dikunci dari dalam. Tante Yura kemudian mengambil kunci cadangan dan membuka pintunya. Untung saja kunci aslinya sudah dicabut Yura, jika tidak maka akan sia-sia.

"Kamu marah kenapa? Itu Brian nungguin loh di bawah. Kamu kalo ada masalah, harusnya dibicarain baik-baik. Brian katanya nggak tau kamu marah kenapa. Jadi sana kalian bicara, biar Brian tau dimana letak kesalahannya. Terus langsung cari solusi, ok? Jangan begini, sayang." Tante Yura menasehati keponakannya dengan nada suara yang sangat lembut.

Jika tantenya selembut ini, mana berani Yura membantah. Jadi ia dengan patuh segera keluar kamarnya dan menemui Brian. Brian yang sedang duduk langsung berdiri ketika melihat Yura. Ia langsung menghampiri Yura.

"Kamu kenapa pulang nggak bilang-bilang? Aku khawatir."

Yura tetap diam tanpa berniat untuk menjawabnya. Kemudian, Brian kembali bertanya, "Kamu marah sama aku? Marah kenapa? Aku ada salah ya?"

Lagi-lagi Yura hanya diam. Sikap Yura ini membuat Brian frustasi. Kemudian, ia memeluk Yura dan berkata, "Tolong kasih tau salah aku apa. Aku bener-bener minta maaf karena udah buat kamu marah. Aku khawatir banget kamu pulang sendirian. Aku takut kamu nyasar."

Melihat perlakuan Brian, sepertinya Yura langsung luluh. Ia kemudian melepas pelukan Brian dan menunjukkan ekspresi marah yang sangat lucu. "Kamu kenapa dekat-dekat sama cewek yang disana tadi sih? Kamu kok biarin dia nempel-nempel sama kamu terus? Udah tau ada aku, tapi masih aja kayak tadi. Bahkan walaupun nggak ada aku, kamu nggak boleh kayak gitu. Nyebelin banget tau nggak? Cewek itu juga ngapain sih ngikutin kamu terus? Dia kan udah tau kalo aku pacar kamu. Emangnya dia nggak bisa hargain perasaan aku apa? Genit banget jadi orang."

Mendengarkan penuturan panjang lebar Yura yang diucapkan dalam satu tarikan napas, membuat Brian menahan tawanya. Ia sangat ingin tertawa melihat tingkah lucu Yura, tetapi karena ia tahu bahwa Yura saat ini benar-benar marah, maka ia tidak jadi tertawa.

"Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Mau ketawa? Kok malah ngetawain aku sih. Jahat banget kamu, nyebelin banget, kalo Cuma mau ngetawain, mending pergi aja sana." Dengan marah, Yura berbalik dan hendak kembali lagi ke kamarnya. Tetapi Brian segera menahannya.

"Aku nggak ngetawain kamu kok. Kamu imut banget marah begini tau."

Yura langsung memelototi Brian, "Aku lagi marah kamu bilang imut? Kamu emang nyebelin banget ya."

Nah begini nih jika perempuan sudah marah. Apapun yang kita katakan pasti salah. Walaupun sedang memujinya, mereka akan menganggapnya sebagai ejekan. "Nggak gitu. Ok, kamu cemburu? Kenapa cemburu? Kan dia Cuma temen aku. Kita nggak ada apa-apa."

"Siapa yang tau kedepannya bakalan gimana. Kita juga awalnya temenan."

Brian menghela napasnya, "Tapi beda Yura sayang. Aku nggak punya perasaan apapun ke dia. Aku nggak anggap dia lebih dari temen. Denger ya, cinta aku Cuma ada satu, bukan dua. Dan itu Cuma untuk kamu. Sedikitpun aku nggak punya pikiran buat bagi cinta aku ke siapapun, cewek manapun. Jadi kamu nggak perlu khawatir. Buat apa sih aku harus lihat cewek lain kalo aku punya kamu, pacar aku yang paling cantik di seluruh dunia bahkan di seluruh alam semesta ini. Mungkin kamu anggap aku lebay, tapi kamu tau kan kalo aku nggak bakalan bohong sama kamu."

Setelah Brian mengatakan itu, Yura tidak dapat menahan senyumannya. Siapa yang tidak senang jika dipuji cantik di seluruh alam semesta? Walaupun terlalu hiperbola, tetapi itu bisa membuat cewek manapun akan bahagia.

Brian yang melihat Yura tersenyum pun ikut tersenyum. Ia mencubit pipi dan hidung Yura, "Jadi jangan marah ya, hm?"

"Gimana mau marah kalo mulut kamu manis banget gitu. Tapi nggak segampang itu ya. Nggak ada maaf gratisan." Ucapan Yura tersebut hanyalah sebuah candaan. Tetapi Brian malah menyetujuinya dan mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu untuk memberikan tebusan atas maaf dari Yura.