"Emas dan berlian sebanyak ini? Jadi maksud ini maksud ayah telah berbohong padaku? Sialan, bisa-bisanya ayah membohongiku dan berpura-pura miskin. Sebenarnya apa yang terjadi?" Gerald tidak bisa tidak kesal setelah melihat begitu banyak harta yang disimpan oleh ayahnya. Gerald berdecak kesal setelahnya.
Kini sudah jelas bagi Gerald. Kemungkinan terbesarnya adalah, para perampok itu tahu akan harta yang disimpan oleh ayahnya. Kalau tidak, perampok itu mana mungkin mau merampok di rumah ayahnya yang terkenal sangat miskin.
Meski Gerald sangat kesal, tapi pada akhirnya Gerald yang akan menggunakan uang itu. Gerald hanya bertanya-tanya, sebenarnya apa alasan ayahnya menyembunyikan harta sebegitu banyak? Gerald kemudian memutuskan untuk tidak jadi bekerja di luar negeri sebagai profesor disana. Hal itu karena Gerald ingin membuat laboratorium sendiri di kampung halamannya.
Tentu hal itu bukan lagi masalah setelah melihat harta kekayaan ayahnya yang sangat banyak yang kini ia warisi. Saat malam hari, Gerald pergi ke kebun tempat ayahnya dulu bertani. Gerald membawa minuman keras dan segera duduk di bawah pohon.
"Sudah begitu lama, ayah juga sudah meninggal. Tapi aku masih bisa ingat saat aku dan ayah bercocok tanam di kebun ini. Dengan kekayaan ayah, kenapa ia sampai memilih hidup sederhana dan menjadi petani? Kenapa ia memilih hidup seperti orang miskin? Andai ayah masih hidup, aku mungkin akan terus bertanya padanya." Gerald meneguk secangkir miras dalam sekali minum.
Gerald mengusap bibirnya setelah meminum miras itu dan seketika bersandar di pohon besar.
"Kenapa? Kenapa ayah membohongiku sampai seperti ini?" Gerald sudah dalam kondisi setengah mabuk. Secara samar-samar, Gerald melihat bintang jatuh.
"Konon katanya, jika melihat bintang jatuh maka permintaan apapun akan dipenuhi. Meski aku tidak percaya, aku coba saja minta." Setelah melihat bintang jatuh, Gerald tidak bisa tidak mencoba untuk membuat permintaan.
"Aku ingin, ayah hidup kembali." Gerald kemudian menutup matanya sebelum membuat permintaan.
Selesai membuat permintaan, Gerald melihat ke langit dan menemukan ada yang aneh dengan bintang jatuh yang ia lihat.
"Apa ini hanya pengaruh mabuk yah? Mengapa aku merasa bintang jatuh ini semakin lama semakin besar?" Kini mata Gerald terbuka lebar. Gerald tidak lagi dalam kondisi mabuk. Ia segera menyadari situasinya.
"Sialan!" Gerald tidak bisa tidak lari setelah melihat meteor itu semakin lama semakin besar. Gerald berlari sekuat tenaga dan sesuai dugaan, meteor itu jatuh tepat di kebun. Beruntung meteor itu jatuh empat ratus meter dari posisi Gerald. Setelah merasa aman, Gerald tidak bisa tidak pergi melihat meteor yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
Mata Gerald terbuka lebar. Ini adalah meteorit yang paling aneh yang pernah dilihat oleh Gerald. Hal itu karena meteor yang dilihat Gerald terlihat seakan-akan terus menghasilkan energi listrik yang tidak terbatas. Gerald dibuat terkejut dengan meteor yang baru saja ia temui. Melihat meteorit langka dan sangat aneh di depannya, Gerald tidak bisa tidak berniat melakukan penelitian. Dengan di dorong dengan rasa penasaran, kini Gerald memutuskan untuk merahasiakan hal ini dan segera membangun laboratorium besar di kebunnya.
25 Tahun Kemudian...
"Siapa? siapa aku sebenarnya?" Seorang pria aneh seperti super Hero terlihat sedang marah besar. Pemandangan laboratorium yang sangat kacau sangat jelas terjadi karenanya. Rambut milik pemuda itu terlihat seperti duri landak berwarna biru dan terus mengeluarkan listrik. Bola matanya berwarna biru menyala seakan seperti lampu. Jari-jari nya terlihat seperti es yang penuh listrik. Kakinya bagaikan memakai sepatu besi berwarna biru cerah. Alisnya terlihat seperti api yang berkobar namun sangat jelas penuh dengan listrik. Telinganya runcing berwarna putih seperti angin. Wajahnya sedikit panjang, dan bagian tubuhnya yang lain terlihat normal seperti manusia biasa namun mempunyai kulit berwarna biru. Bentuk tubuh pemuda itu terlihat seperti halnya sosok super hero dalam film.
Pemuda itu berjalan perlahan melewati berbagai peralatan yang telah hancur di porak-poranda. Lampu terlihat mati menyala, listrik mengalir dan menyambar di sekitar tubuh pemuda itu. Terlihat di depannya seorang profesor jenius berusia pertengahan 55 tahun. Ia mengenakan jubah putih dan mengenakan kaca mata. Dari papan namanya, profesor jenius itu tidak lain adalah Gerald.
"Tunggu dulu Indra, jangan mendekat! aku akan mati jika kamu mendekat." Gerald tidak bisa tidak histeris saat melihat laboratorium miliknya telah hancur akibat ulah satu orang.
"Indra? berarti namaku adalah Indra? Baiklah, aku tidak akan maju selama kau menjelaskan siapa aku sebenarnya. Mengapa aku tidak bisa mengingat apapun? Saat bangun, orang pertama yang kulihat adalah kamu dan tempat ini. Tidak ada yang bisa ku ingat selain saat aku tengah berbaring, beberapa orang terlihat sedang membedah tubuhku. Berdasarkan ingatanku, tubuhku tidak seperti ini dulunya." Pemuda itu tidak bisa tidak bertanya tentang dirinya saat tidak mengingat apapun tentang dirinya. Beruntung, kini pemuda itu telah tahu namanya adalah Indra akibat Prof. Gerald yang kebablasan.
"Ya ampun. Tidak kusangka malah akan jadi begini. Melihat hasilnya yang seperti ini, itu berarti... empat orang lainnya juga akan sama seperti Indra. Satu saja sudah membuatku hampir mati, bagaimana dengan mereka berempat? Akan gawat jika sampai mereka membuat kekacauan diluar." Gerak tidak bisa tidak panik setelah mengingat masih ada empat orang seperti Indra yang belum bangun.
"Siapa? siapa aku sebenarnya? kenapa aku bisa disini?
Profesor Gerald kemudian meraih sakinya dan melempar sebuah memori kecil yang seketika ditangkap oleh Indra.
"Informasi tentang data dirimu ada di dalamnya." Gerald terlihat panik sambil terus berjalan mundur sampai ia teringat akan sesuatu, "Benar juga, aku sebelumnya membuat baju anti listrik untuk mengambil meteorit itu." Gerald seketika berjalan ke belakang dan masuk ke dalam ruangan saat Indra sibuk memandangi memori di tangannya.
"Sialan, orang itu menipuku!" Indra tidak bisa tidak berdecak kesal saat melihat Prof. Gerald sudah tidak ada. Pandangan Indra kemudian tertuju pada sebuah pintu yang terbuat dari kaca kuat. Meski terbuat dari kaca, Indra tidak dapat melihat apa yang berada dibalik kaca itu. Karena penasaran, Indra melangkahkan kakinya ke dekat pintu.
Mata Indra membulat karena terkejut, ia memegang dadanya. Jantung Indra berdetak sangat cepat hingga seribu kali per-menit. Kini Indra merasakan sensasi rasa nyeri di seluruh tubuh. Perasaan itu semakin menjadi-jadi saat Indra mulai menyentuh pintunya.
"Tidak, jangan di buka!" Gerald tidak bisa tidak berteriak histeris saat melihat Indra akan membuka pintu sebuah ruangan. Kini Prof. Gerald telah memakai seragam mirip astronot agar ia tak tersetrum listrik yang dikeluarkan oleh tubuh Indra.
Detak jantung Indra semakin kuat, namun sesaat kemudian detak jantungnya kembali normal. Perasaan Indra juga membaik. Namun kini ia semakin penasaran.
"Kenapa orang ini sangat histeris saat aku akan membuka pintu ini? Sebenarnya ada apa di balik pintu ini?"