Raut wajah Raihan berseri, tampak kebahagiaan menghiasi wajah Raihan.
"Aku... aku tidak bermimpi kan? ini benaran Superhero kan?" Raihan bertanya pada ayahnya dengan antusias.
Dari kejauhan, Prof. Gerald sedang memantau keduanya.
"Tentu saja! apakah kau ingin melihat kemampuanku?" Indra menjawab dengan penuh perasaan bahagia. Saat itu putranya masih kecil saat Indra meninggalkannya untuk menjadi kelinci percobaan.
Indra segera mengarahkan tangannya kearah sebuah pohon. Seketika listrik bertegangan tinggi mengalir keluar dari telapak tangannya. Pohon itu segera roboh dalam sekejap akibat serangan Indra.
Raut wajah Raihan seketika berubah menjadi sangat gembira.
"Apa aku bilang, superhero itu nyata."
Indra turut bahagia saat melihat putranya sangat senang. Raihan segera berlari ke arah Indra untuk menyapanya. Raihan benar-benar mempunyai keberanian yang sangat besar, ia berani mendekati ayahnya yang bisa saja membunuhnya tanpa sengaja.
"Tidak... jangan! jangan mendekat! kamu bisa mati jika sampai menyentuhku."
Mendengar seruan Indra, barulah membuat Raihan sadar akan konsekuensinya.
"Apakah kau ingin melihat kehebatan ku yang lain?" Indra kembali bertanya pada Raihan putranya.
Sementara itu, Prof. Gerald menatap keduanya dengan tatapan kosong.
Indra mengarahkan kedua telapak tangannya dan mengontrol energinya untuk menyembur kebawah agar ia dapat terbang. Tak disangka, dari kaki Indra keluar energi bercahaya warna biru. Dengan hal itu, Indra dapat terbang namun ia masih belum bisa menstabilkan pijakannya. Dengan kata lain, Indra masih belum menguasai kemampuannya.
Gerald merasa sedikit senang melihat Indra bisa terbang. Hal itu menunjukkan kemampuan Indra mungkin sedikit tinggi. Namun memikirkan ke empat orang lainnya mungkin saja mempunyai kemampuan dan kekuatan yang lebih besar, membuat Gerald berpikir terlalu dini untuk merasa senang.
Selain itu, Gerald menyadari sesuatu, bahwa belum tentu keempat orang itu semuanya jahat. Mungkin ada satu atau dua yang baik diantaranya. Membuat Gerald mencoba memikirkan bagaimana caranya agar meminimalisir terjadinya perang antar manusia super.
Sementara itu, Indra akhirnya berhasil membuat stabil tubuhnya di udara. Kini, Indra bisa terbang. Saat melihat Raihan begitu senang, Indra merasa, menjadi manusia super bukanlah hal yang buruk.
Setelah menunjukkan kekuatannya, Indra mencoba sedekat mungkin dengan putranya. Karena tidak ingin sesuatu terjadi pada putranya, Indra memutuskan mengobrol meski terpisah jarak satu meter.
"Bisakah anda datang kemari besok? saya ingin membuktikan kepada teman-temanku kalau Superhero itu ada." Raihan segera memohon kepada Indra.
Indra hanya bisa diam tanpa berkata apa-apa. Ia masih mempertimbangkan untuk menuruti keinginan putranya.
"Kumohon!" Mata Raihan berlinang, ia berlutut seraya memohon di hadapan Indra. Oleh karena itu, Indra tidak bisa hanya tinggal diam. Ia menghela nafas panjang dan dalam sebelum akhirnya mengangguk beberapa kali kemudian tersenyum.
"Ayah pasti akan datang nak. Setidaknya ayah akan menuruti keinginan pertama ayah."
"Apa? ayah? apakah anda menganggap saya sebagai anak dan memanggil saya ayah? itu hal baik, ayahku telah meninggal sejak aku baru lahir. Anggap saja aku mendapatkan ayah angkat." Raihan tersenyum gembira.
Saat mendengar putranya menganggap bahwa ia telah meninggal, ada perasaan yang tidak tergambarkan. Namun saat Raihan menerima keberadaan Indra dan mau menganggapnya sebagai ayah, sudah cukup membuat Indra merasa senang.
"Kalau begitu... mulai sekarang aku akan memanggilmu ayah. Bolehkan?"
"Sangat boleh!"
Kebahagiaan kembali mengisi hati Indra. Ia terus tersenyum. Ingin rasanya Indra memegang kepala Raihan, namun jika ia melakukannya, maka kemungkinan terbesar Raihan akan mati seketika. Tentu Indra tidak ingin hal itu terjadi. Meski hanya dianggap sebagai ayah angkat, namun itu sudah cukup membuat Indra berbahagia.
"Ingin rasanya aku menjalani kehidupan layaknya manusia biasa. Andai saja itu bisa terjadi... aku pasti melakukan yang terbaik demi mendapatkannya."
Indra segera kembali ke tempat rahasia, dimana Indra dan Prof. Gerald berdiam diri.
"Bagaimana? apakah kamu merasa senang setelah melihat putramu?"
"Tentu saja, hanya saja... aku baru bertemu dengan putraku. Selain putraku, aku pasti punya keluarga lain. Namun, saya bahkan tidak ingat apa-apa. Tanpa ingatanku, rasanya aku seperti bertemu orang asing saja." Indra mengungkapkan keluh kesahnya.
Seketika Prof. Gerald memegang pundak Indra dan berkata, "Aku punya solusi untukmu."
"Solusi apa? tu... tunggu? kenapa kamu baik-baik saja setelah menyentuhku? bukankah kamu seharusnya tersetrum sampai mati?"
"Aku baru menyadari ini. Sebenarnya, saat aku meneliti parasit itu, makanya aku secara alami juga menjadi manusia super."
"Apa? lalu apa kekuatanmu?"
"Tidak tahu, tapi bukankah kamu sudah melihat bahwa aku baik-baik saja meski tersetrum listrik di tubuhmu?"
"Benar juga. Lalu, bagaimana caramu mengetahui semua ini?"
"Itu yah? tentu saja saat saya di penjara. Saat itu, saya berniat melawan, dan... coba tebak apa yang terjadi!"
"Apa yang terjadi?"
"Yang terjadi selanjutnya adalah tiba-tiba saja aku menjadi kuat dan tubuhku juga mempunyai pemulihan yang sangat mengerikan."
"Barulah kemudian aku berhasil kabur dari penjara dan membawamu kabur juga. Setelah itu, asisten ku sempat menginterogasi dirimu tapi tidak berhasil. Saat itulah saya memulai kesepakatan denganmu. Satu hal yang pasti, aku lebih istimewa daripada kalian berlima."
"Apa maksudnya?"
"Baiklah, aku tidak akan berlama-lama lagi, tiga orang lainnya sudah berubah kembali menjadi manusia biasa. Sekarang, apakah kamu ingin menjadi manusia biasa?"
"Tentu saja aku sangat ingin. Tapi kalau bisa, besok lusa saja. Besok saya ingin menuruti keinginan terakhir putraku."
"Terlalu lambat, aku sudah bosan dengan semua sandiwara ini. Jadilah nutrisi ku."
Prof. Gerald segera menekan pundak Indra. Kukunya seketika menusuk masuk kedalam. Tubuh Indra seketika menyala sangat terang, detak jantungnya berdetak sangat cepat. tulang-tulangnya seakan remuk. Terlihat sangat jelas, energi tegangan tinggi dari tubuh Indra tersedot kedalam tubuh Gerald.
"Hahahaha... sebentar lagi, aku akan menguasai dunia!"
Indra seketika melihat tubuhnya yang sekarang sudah mirip seperti manusia biasa pada umumnya. Hanya saja, telinganya masih runcing.
"Apa yang terjadi? ada apa ini?" Indra bertanya dengan nada marah.
"Jangan kau pikir hancurnya laboratorium dan semua yang terjadi murni kecelakaan dan diluar dugaanku. Kau jangan lupa, kalau aku adalah seorang Profesor, orang yang cerdas. Sebenarnya, aku sengaja membuat kalian berlima menjadi manusia super hanya untuk menjadi nutrisi ku. Seharusnya kamu senang, karena telah menjadi manusia biasa."
"Sejujurnya aku sangat terkejut melihat kamu masih hidup. Kau tahu, tiga orang lainnya langsung mati setelah saya menghisap energi di dalam tubuhnya. Dengan kata lain, kalian hanya inang untuk energi-energi yang aku butuhkan. Karena tiga orang lainnya telah tewas, maka aku juga akan mengirim dirimu untuk berkumpul bersama."
Gerald kemudian mengambil sebatang besi sebelum akhirnya menusuk perut Indra. Setelah itu, Gerald kemudian pergi setelah berkata, "Tenang saja, aku pasti akan mencari dan membawa yang satunya lagi untuk menemani kalian."