Merasa ada sesuatu yang aneh di balik pintu ini, Indra memutuskan untuk membukanya meski Prof. Gerald telah melarang. Indra mendorong pintu itu namun tak bisa ia dobrak. Kini Indra mengerahkan seluruh tenaganya namun tidak bisa. Seolah Indra hanya manusia biasa, hanya saja dapat menghasilkan dan mengalirkan listrik.
Saat Indra merasa tak mampu, ia kemudian mundur dan tanpa di duga, sebuah kekuatan seperti petir keluar dari tangannya saat ia mengarahkan tangannya kearah pintu. Prof Gerald tidak bisa tidak bertindak sampai pada akhirnya berlari ke arah Indra untuk mendorongnya. Namun pintu telah rusak parah dan terbuka.
Mata Indra terbuka lebar, ia melihat setidaknya ada empat orang yang diletakkan dalam sebuah kapsul. Dengan cepat, Indra mengetahui bahwa empat orang itu termasuk dirinya adalah korban kelinci percobaan dari seorang profesor gila.
Raut wajah Indra tampak sangat kesal, Prof. Gerald menelan ludah saat Indra menatapnya sinis. Saat Indra marah, matanya berubah menjadi berwarna putih dan telinga runcingnya semakin kelihatan dengan warna abu-abu. Prof. Gerald sadar betul, perubahan warna mata dan telinga Indra di akibatkan karena kemarahan. Prof. Gerald tidak bisa tidak menelan ludah dan berkeringat dingin saat ia merasa terancam.
"Sepertinya, ini adalah hari terakhirku. Setidaknya, aku telah menemukan sesuatu yang luar biasa. Mati hari ini juga tidak ada lagi penyesalan, toh aku sudah tua." Prof. Gerald menutup matanya seolah telah pasrah akan apa yang mungkin saja dilakukan oleh Indra.
Saat Indra bergegas menyerang, baru berjalan beberapa langkah, Indra tersungkur sesaat setelah merasakan detak jantungnya tiba-tiba berdetak kencang seribu kali per-menit seperti sebelumnya. Sensasi rasa nyeri kembali dirasakan oleh Indra.
Pandangan Prof. Gerald dan Indra kembali tertuju pada empat buah kapsul yang tiba-tiba meledak. Bersamaan dengan detak jantung Indra yang tidak normal, salah satu kapsul meledak seketika. Prof. Gerald tidak bisa tidak berdecak kesal saat melihat orang yang keluar bertubuh kurus kerempeng.
"Sial, orang itu adalah pembunuh berantai. Saat akan di adili, aku membelinya demi tujuan penelitian. Karena memang sudah akan di hukum mati, tidak ada yang mempermasalahkan. Tapi sekarang, ia bahkan mempunyai kekuatan super. Entah apa yang akan dia lakukan."
Prof. Gerald membuka matanya lebar-lebar saat mengingat sesuatu.
"Indra tidak mengingat apapun saat baru sadar. Jika pembunuh berantai ini tidak mengingat apapun, masih ada kesempatan mencegah bencana!"
Sementara itu, Indra tidak bisa tidak kesal saat merasakan sensasi nyeri. Indra dapat melihat jelas, orang yang baru saja keluar dari kapsul terlihat merasakan hal yang sama, detak jantungnya juga berdebar kencang entah karena apa.
Prof. Gerald tidak bisa tidak kesal saat tiba-tiba Indra malah menyerap seluruh listrik di laboratorium. Suasana malam membuat laboratorium sangat gelap. Namun, tubuh Indra memancarkan cahaya, suasana sangat mencekam. Prof. Gerald semakin kesal dan merasa menyesal telah memulai proyek ini saat tiba-tiba tiga kapsul lainnya mulai retak. Perlahan tapi pasti, ketiganya juga pecah.
"Sialan, alasan mengapa aku mencoba membangunkan Indra, adalah karena empat orang lainnya merupakan seorang kriminal. Akan berbahaya jika mereka berbuat ulah. Tapi sekarang, semuanya telah bangun. Bagaimana ini?" Prof. Gerald tidak bisa tidak menyesal setelah melihat akibat ulahnya.
Sekarang, lima kelinci percobaan ini telah berkumpul di satu tempat dan bukan lagi sebagai manusia biasa. Selama beberapa menit, jantung mereka berlima berdetak sangat cepat. Prof. Gerald memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri dan segera melapor pada polisi.
Setelah lima menit, jantung mereka berhenti berdetak kencang. Indra dan empat orang lainnya kini saling memandang satu sama lain.
"Siapa? Siapa aku? Apakah ada yang mengenalku?" Seorang yang kurus kerempeng kemudian bertanya sebab tidak mengingat apapun. Orang ini merupakan seorang pembunuh berantai yang telah dihukum mati. Hanya saja ia tidak mengingat apapun. Matanya berwarna oranye, alisnya berwarna merah menyala seperti api, telinganya runcing dan berwarna merah seakan terbuat dari api, rambutnya seperti api yang menyala-nyala, tangan dan kakinya seakan memakai sarung tangan dan sepatu, kulitnya berwarna merah. Pri itu kemudian berbalik dan melihat ke kapsulnya. Di bawah kapsul, terdapat sebuah tulisan. "Jadi namaku adalah Rangga?"
Mendengar itu, mereka semua lalu berbalik dan menemukan tulisan di bawah kapsul mereka masing-masing. "Resa? Itu namaku?" Resa tidak bisa tidak penasaran atas siapa sebenarnya dirinya. Resa terlihat seperti yang lainnya. Telinganya runcing berwarna abu-abu, Kulitnya berwarna coklat seperti pasir, bola matanya berwarna hitam pekat layaknya mata biasa. Kepalanya botak dan tampak warna kulit yang seperti pasir.
"Kalau aku... mungkin namaku adalah Dion." Dion mengucapkan hal itu dengan ekspresi malas. Dion berpenampilan sedikit berbeda, Kulit dan bola matanya berwarna putih. Rambutnya seakan bantalan kapok yang sangat lembut, telinganya nyaris tidak kelihatan karena transparan, alisnya bergelombang berwarna putih pekat, telapak kakinya seakan kumpulan asap, tangannya berwarna hitam seperti awan mendung.
Saat semua orang sibuk mencari tahu nama mereka, satu orang yang tersisa hanya mengupil saat melihat sebuah tulisan, 'Nina'. Tidak heran, orang yang satu ini adalah seorang wanita. "Jadi, apakah aku adalah seorang wanita?" Nina tidak bisa tidak terkejut. Di antara yang lainnya, Nina adalah satu-satunya perempuan. Tampilannya sama persis seperti Indra, hanya rambut dan wajahnya saja yang berbeda. Nina mempunyai rambut yang sangat panjang berwarna biru cerah. Matanya seakan bulan purnama namun berwarna biru pekat.
Indra kemudian maju dan melihat sebuah kapsul yang terbuka tanpa hancur. Ia melihat di bawahnya tertulis 'Indra' membuat ia semakin yakin. Meski mereka belum ingat siapa diri mereka, tapi setidaknya mereka sudah tahu nama mereka masing-masing.
Tiga helikopter dan empat mobil berisi penuh prajurit bersenjata lengkap, dua mobil pemadam kebakaran, dan satu tank serta beberapa penembak jitu telah dikerahkan. Beberapa penembak jitu mengambil posisi, helikopter segera menuju lokasi laboratorium. Mobil-mobil prajurit segera berhenti tidak jauh dari laboratorium. Kini mereka berlima telah terkepung dari berbagai arah.
Saat mereka berlima akan berkenalan, suara keras terdengar.
"Jangan melawan, kalian telah dikepung!"
Mendengar hal itu, Indra tidak bisa tidak berdecak kesal. Indra sadar betul, ini pasti ulah Prof. Gerald. Tidak mendapatkan jawaban, para prajurit menyerbu masuk meski sangat gelap. Menurut Indra, tidak ada yang bisa melaporkan mereka kecuali Prof. Gerald karena semua yang di laboratorium kecuali Prof. Gerald telah meninggal akibat ulah Indra.
Indra, Resa, Nina, Rangga, dan Dion tidak bisa tidak kesal saat melihat beberapa orang prajurit telah mengepungnya dari berbagai arah. Meski mereka berlima bukan manusia biasa, namun tidak mungkin bisa menghadapi pasukan militer bersenjata lengkap, apalagi mereka belum tahu kekuatan masing-masing.