Chapter 3 - Bab 3

"Hani, Sayang kamu selesai sekolah ada rapat OSIS nggak?? Ndak ada mas, kan guru-guru lagi pada rapat jadi ya kita semua dipulangkan. Kita jalan yuk han. Ya udah sebentar aku ke kelas ambil tas dulu ya kamu tunggu di parkiran aja ya."

"Kita mau kemana mas kok naik tol sampai kesini. kita ke batu malang ya han cari udara segar. Apa ndak kejauhan ini mas. Sebentar aja han, sekali-kali kita jalan agak jauhan kan ndak apa-apa toh. Iya tapi jangan pulang kemalaman ya aku nanti dicariin bapak sama ibu. Iya kita beli makan dulu aja disitu ya, nanti kita makan di mobil aja mau ya. Iya boleh".

"Han, ini sayang makanan buat kamu. Han nanti kamu ambil jurusan apa? Aku ambil jurusan Akutansi keuangan kayaknya mas, tapi kemarin daftar perpajakan juga sih liat nanti lah mas yang mana yang keterima aja. Kamu nanti jadi mas ikutan Pensi acara perpisahan ya, aku liat tadi edo daftarin band kamu. Iya band nya udah di daftarin nanti kamu nonton ya perform kami. Iya pastilah setiap pertandingan basket kamu aja aku selalu datang kan ngedampingin kamu. Iya makasih ya han kamu selalu jadi pacar yang setia mendampingi aku cup Di Ciumnya bibirku dengan penuh gairah sehingga aku kesulitan bernapas karena ini memang ciuman yang pertama untukku. Han, aku boleh milikin kamu ya aku janji akan bertanggung jawab selamanya menjaga kamu, dengan penuh nafsu dia menciumi wajah pipi telinga hingga leherku. Mas jangan aku belum siap, Mas sudah hentikan mohonku padanya. Han, please percaya sama aku, aku sayang banget sama kamu han aku mau miliki kamu seutuhnya untukku. Menetes begitu saja airmataku ini.

Jangan mas tolong hargai aku mas aku belum siap ku mohon mas kita pulang aja ya ucapku memelas sambil menangis terisak-isak. Maafkan aku sayang aku khilaf dipeluknya aku erat sampai sesak ku terasa. Ya sudah kita pulang aja mas pleasee aku mohon. Lalu dinyalakannya mesin mobil dan dilajukannya mobil ke arah rumahku. Sepanjang perjalanan aku diam menenangkan diriku supaya reda tangisku yang pecah tadi. Maaf hanya itu yang bisa dia ucapkan berkali-kali tapi tidak aku gubris lagi, terasa sakit dan kecewa aku dengan apa yang dilakukannya padaku hari ini. Han, Udah sampai dirumah sayang ucapnya pelan membuyarkan lamunanku, kamu maafin aku ya. Hmmm mas, mungkin semasa minggu ujian ini kita tidak usah ketemuan dulu ya aku mau konsentrasi belajar ucapku sambil berlalu keluar mobil."

"Selamat siang pak, ibu. kakak pulang sapaku. Pulang sama siapa nduk?? Tadi dianterin mas tirta bu tapi dia langsung pulang, kakak masuk dulu ya bu mau mandi trus langsung belajar untuk ujian hari senin nanti. Iya nduk. Tak dapat ku bendung airmataku ini tumpah lagi tangisku, ku guyur kepalaku ini supaya reda emosiku yang terlanjur memuncak karena ulahnya. Aku mencintaimu mas tapi kenapa kamu kecewakan aku seperti ini. Setelah ujian ini selesai ingin ku akhiri saja hubungan kita ini mas, pikirku."

Senin telah datang, seminggu penuh ujian ini harus kami lalui untuk dapat menyelesaikan bangku SMA ini. "Han, Hani terdengar suaranya dari belakang memanggil namaku, tapi kuhindari dengan sedikit cepat ku berjalan begitu, ada ojek di depan gerbang langsung ku naikin. Mas ojek pesanan hani kan. Iya mbak nya hani bukan? Iya jalan sekarang ya mas cepetan saya terburu-buru. Han, haniiii tunggu han." Sangat terdengar jelas teriakannya di telingaku tapi tetap tak ku gubris. Sakit mas, masih terasa sakit hatiku ini dengan perlakuanmu kemarin, batinku. Biarlah waktu yang menyembuhkan trauma yang kau toreh dihatiku. Sesampainya dirumah aku mandi dan bergabung makan siang bersama keluargaku. Sudah bu nanti kakak sama lila yang akan bersihin meja ini ibu istirahat saja sudah capek kan membuatkan makanan yang nikmat ini."

Masih beberapa hari lagi ujian aku harus fokus belajar supaya tetap mendapatkan beasiswa. Aku bukan dari keluarga kaya raya sehingga harus mengandalkan otakku untuk bisa mewujudkan mimpi sekolah yang tinggi, supaya kelak aku bisa sukses dan membahagiakan orangtuaku. Belajar sampai malam hari membuat mataku lelah, lebih baik aku tidur waktu sudah menunjukkan jam 2 dini hari. Pagi-pagi aku sudah berangkat ke sekolah sebelum mas tirta datang menjemputku untuk pergi ke sekolah bersama. Beberapa hari ini sudah ku hindari dia semoga dia mengerti apa yang dia lakukan itu salah. Han, dicariin sama tirta taunya ada di perpus. Hmm edo tolong jangan kasih tau dia ya aku mau fokus belajar aku harus mengejar nilai bagus untuk mendapatkan beasiswa ke universitas nanti Ok tapi nanti tolong sampaikan salamku untuk via ya han. Ok Siap do".

Ini mata pelajaran terakhir yang harus kami hadapi. Setelah ini kami harus bersiap untuk menerima kenyataan apakah lulus atau tidak.

"Han, aku antar pulang ya ada yang mau aku omongin. Maaf mas aku sudah pesan ojek online lain kali aja kita bicara ya. Han tolong maafkan aku han. Iya sudah aku maafkan tapi aku mau langsung pulang aja mas ucapku sambil berjalan cepat menuju ojek online yang ku pesan. Aku anterin ya sayang, ucapnya sambil mengikutiku berjalan cepar ke arah gerbang sekolah. Aku udah pesan ojek mas sampai ketemu nanti aja pas acara perpisahan dua hari lagi."

Keesokkan pagi, kami jajaran OSiS melakukan rapat sedari pagi hari untuk acara pelantikan Pejabat OSIS yang baru lalu dilanjutkan untuk melakukan Gladi bersih acara pelantikan tersebut. Voting ketua OSIS yang baru sudah dilakukan beberapa minggu lalu, jadi memang sudah diketahui siapa ketua OSIS yang baru serta semua jajarannya. Sore hari, kami baru selesai dan di sisi sebelah lapangan basket aku lihat team basket tirta sedang berlatih tapi aku abaikan seseorang yang masih jadi kekasihku itu. sedikit berlari ku hindari dia yang teriak memanggilku.

"Han, Hani tunggu han aku antar pulang ya. Ndak usah mas aku udah pesan ojek online aku buru-buru, duluan ya mas kamu latihan dulu aja ndak apa-apa, sampai ketemu besok lagi ya mas. Bye... Lalu cepat ku berlari ke arah motor ojek yang sudah ku pesan secara online.

Besok kakak ndak ikut ibadah dulu ya pak, bu, karena mau ada acara pelantikan Ketua OSIS dan jajarannya yang baru, mungkin pulangnya agak sore. Iya nanti diantar pulang nak tirta ya nduk biar bapak sama ibu tidak khawatir. Nggih bu ucapku berbohong, bagaimana kalau orangtuaku tau kalau orang yang mereka percaya justru melecehkanku dan hampir menodai putri mereka ini.

Bersambung ...