Chapter 4 - Bab 4

Hari Pelantikan Ketua OSIS baru berserta jajarannya akan segera dimulai aku dan semua jajaran OSIS ku bersiap ditempat yang sudah di tentukan sesuai latihan gladi bersih kemarin. Setelah ku serah terimakan jabatan ketua OSIS lega sudah rasanya, karena selesai aku mengemban beban tugas yang lumayan berat sebagainketua OSIS. Sekarang berlanjut acara pensi. "Han, kita nonton pensi dulu sebelah sini, itu tirta dan bandnya mau main. Oh ya via kemarin kamu dapat salam dari edo cieee ada yang naksir ucapku menggoda sahabatku sampai merah wajahnya.

Test.. Test.. Check sound Gaes. Salam sehat semuanya ya sapa tirta kepada semua hadirin yang menonton.

Intro ...

Dan...

Dan bila esok datang kembali

Seperti sedia kala

Di mana kau bisa bercanda

Dan...

Perlahan kau pun lupakan aku

Mimpi burukmu

Di mana telah kutancapkan duri tajam

Kau pun menangis, menangis sedih

Maafkan aku

Dan...

Bukan maksudku, bukan inginku

Melukaimu

Sadarkah kau di sini ku pun terluka

Melupakanmu, menepikanmu

Maafkan aku

Lupakanlah saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Caci-maki saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Dan...

Bukan maksudku, bukan inginku

Melukaimu

Sadarkah kau di sini 'ku pun terluka

Melupakanmu, menepikanmu

Maafkan aku

Lupakanlah saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Caci-maki saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Lupakanlah saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Caci-maki saja diriku

Bila itu bisa membuatmu

Kembali bersinar dan berpijar

Seperti dulu kala

Wo-ho, wo-ho, wo-oo

Seketika menetes airmataku mendengarnya menyanyi sambil menatapku erat seperti itu. Lalu ku balikkan badan tanpa permisi ke temanku via, aku berlalu pulang sedangkan dipanggung dia masih bernyanyi dan mendapat sorak sorai pujian dari siswa lainnya. Begitulah dunia ini, manis terlihat mendapatkan pujian sedangkan aku yang menanggung trauma berada di dekatnya.

Sepertinya Dia sudah mulai menyerah untuk mendekatiku, tidak pernah lagi datang kerumah untuk bertandang atau aku yang sudah mulai sibuk dengan pekerjaanku di rumah makan. Ya awal bulan ini aku mulai bekerja di rumah makan sebagai assisten koki. Sekarang sudah mulai pendaftaran ulang masuk universitas dan Puji Tuhan aku masih bisa berkesempatan menempuh pendidikan dengan mendapatkan beasiswa full semesteran jadi aku hanya perlu beli buku-buku kuliah dan baju almamater tapi semua pengeluaran itu bisa ku tutupi dari gajiku bekerja saat ini. Pagi hari aku kuliah, siang hari hingga malam menjelang aku bekerja karena tempat makan ini memang masih tetap buka sore hari jadi masih sempat aku kuliah dulu pagi harinya.

Semakin banyak bon pesanan datang ke ruang masak namun ada satu pesanan yang dibacakan membuatku bingung. Satu porsi nasi goreng khusus dimasakkan oleh hani kartika, lah maksudnya piye chef. Ya sudah kamu masak saja cuma satu porsi kan. Baik chef. Satu porsi nasi goreng ready teriakku agar di ambil pelayan untuk diantarkan kepada si pemesan. Mulai berkurang pesanan yang masuk ke ruang dapur ini tandanya sudah mulai sepi di depan sana lalu aku mulai bersih-bersihkan ruangan. Hani sudah nanti ada orang yang bersihkan sudah kamu siap-siap saja pulang biar ndak kemalaman. Iya udah baik chef terimakasih saya pamit dulu pulang ya, selamat malam. Ya besok jangan terlambat datangnya ya. Baik Chef. Seusai itu aku ke ruang karyawan putri membasuh wajahku yang penuh dengan keringat dan menggantikan baju seragamku yang tercium bau menyengat masakan. Selesai mari pulang ucap ku dalam hati.

"Han, deghhh suara itu.. ku balikkan badan melihat ke bangku luar sisi timur ternyata ada dia. Loh mas, ngapain?? Aku nungguin kamu pulang aku antar ya please jangan nolak ucapnya. lalu ku anggukkan kepalaku tanda menyetujuinya."

Di dalam mobil aku hanya diam saja, seketika digenggamnya tanganku tapi ku lapaskan paksa.

"Han, dengar dulu sayang. Jangan mas jangan lakuin itu lagi ucapku ketakutan hampir menangis. Maafin aku ya sayang, aku bodoh, bukan maksudku nyakitin kamu tapi aku hanya terbuai hatiku mengatakan kamu juga mau memilikiku seutuhnya nyatanya nggak. Kalau emang aku jodohmu mas tubuh jiwa ragaku ini pasti akan kamu miliki kelak saat kita menikah. Nanti bukan sekarang.

Aku lamar kamu bulan depan ya han. Haaahh jangan dulu mas aku masih mau kuliah. Ya sudah tapi kamu janji ya kita akan bersama, menua bersama. Iya kalau kita jodoh pastilah. Kita baikan ya han kamu mau kan maafin kebodohan aku kemarin?? Hmm tapi jangan diulangi lagi ya aku nggak bisa maafin kamu lagi, kalau sampai kamu ulangi sekali lagi maka kita akan benar-benar berpisah. Iya sayang aku janji ucapnya sambil mencium lembut tanganku. Aku mencintaimu mas tapi bukan berarti aku mau memberikan kehormatanku kepada pria yang bukan suamiku ucapku dalam hati.