Chapter 6 - Bab 6

Hani... hani kartika.. Ya kamu siapa ya, apa kita saling kenal?'.

boleh kita bicara sebentar saya tidak akan menyita waktu mu lama-lama kok, ayo kita duduk dibangku kantin itu sebentar saja "Dengan anggukan ku berikan tanda persetujuan karena aku juga penasaran dengan maksud kedatangan ibu ini."

Hani... Saya Ajeng Rahayu mama nya Tirta Darmawangsa, maksud saya kesini saya meminta kamu untuk menjauhi anak saya tirta, saya tidak mau kamu berpikir untuk bisa berhubungan dengan anak saya lebih jauh lagi. Karena tirta adalah anak laki-laki kami satu-satunya, dia nanti yang akan mewarisi seluruh harta dan usaha kami dan juga, dia sudah kami jodohkan dengan putri rekan bisnis kami, jadi saya minta kamu putus dengan anak saya hari ini juga!!.

Mohon maaf tante, saya berhubungan dengan anak tante tirta bukan dengan tante. Jadi saya rasa saya hanya bisa menerima kata putus dari tirta bukan dari tante jadi silahkan tante bilang ke anak tante untuk memutuskan hubungannya kepada saya. "Jangan sombong kamu hani saya tau background keluarga kamu, ga sebanding derajat nya sama keluarga kami. Ya tante saya akui memang tidak sebanding jadi silahkan tante suruh anak tante untuk memutuskan sendiri, jika tidak ada lagi yang mau dibicarakan saya permisi saya masih ada kelas." Tunggu.!! berapa nominal yang harus saya tulis di buku cek ini agar kamu mau meninggalkan tirta anak saya?? Tidak perlu tante simpan saja uang tante untuk keperluan tante lainnya, permisi saya pamit dulu.

Hani.. hani.. panggil via sahabatku "abis ngobrol sama siapa han?? itu mamanya tirta dateng jauh jauh cuma mau suruh aku putus aja. Ya ampun trus kamu jawab apa?? ya kubilang suruh anaknya aja yang dateng nyampaikan putus langsung, kenapa harus diwakilkan coba. Ayo buruan via kelas udah mau dimulai jalannya ngebut dikit, aku yang ndak direstuin kok malah kamu yang ngelamun. Eehhh iya ayo lari seru via sambil menarik tanganku."

[Tirta] Sayang aku tunggu di bangku taman ya.

Ehhmmmm mas..ehh sini duduk sayang. Ada apa mas, apa ada yang mau kamu bicarain?.

Han, aku hanya mau minta maaf soal mami yang tadi datang ke kamu ya. Hmmm, kenapa kamu ga pernah bilang kalo hubungan kita ndak direstuin kan aku bisa mundur sebelum terlalu sakit nantinya. Hal ini sudah aku bicarakan sama papi, trus papi ga masalah kok aku berhubungan dengan siapa saja asal kedepannya aku gak menuntut semua harta warisan keluargaku, Hmmm, hani kamu mau kan tetap bersamaku

walaupun harta warisan tidak aku dapatkan nantinya, kita mulai dari nol. Apa kamu sanggup mas? kamu terbiasa dengan kehidupan mewah, nanti kalo ga ada kendaraan kemana-mana lagi gimana?? atau kamu tidur ndak pakai ac lagi apa ndak kegerahan? kalo aku jangan ditanya pasti aku mau asal memang kamu sanggup dan tidak menyesal kemudian.

"Bisalah aku pasti bisa asal ada kamu di sisiku, sekarang aku anterin pulang yuk. Hmmm mas aku pulang sama via aja ya sekarang aku masih mau belajar ke perpustakaan sebentar, besok kan sudah mau final exam. Oohhh ya udah aku pulang duluan ya nanti kamu jangan pulang malam-malam, kalo bisa lanjutin belajarnya di rumah aja. Ayo aku anterin ke perpus han. iya mas."

drrt..drrt..

[Ibu] Hani kamu masih dikampus?? kalo iya kamu telphone dimas aja ya biar bisa pulang bareng jangan sendirian, udah malam ibu khawatir.

[Hani] iya bu.

Dimas alexander, adik ku yang satu ini kuliah satu universitas, satu jurusan juga samaku tapi belum pernah kami berpas-pasan di kampus ini, kalau bukan ibu yang kasih tau aku, mana kepikiran dimas masih di kampus.

"Hallo dimas kamu masih dikampus? tadi ibu suruh kakak telpone kamu biar kita pulang bareng. Ya kak tunggu aja sebentar lagi kelasku selesai kok. Ya udah kakak tunggu di lab komputer ya ucapku. Sambil nunggu dimas, lebih baik aku membalas email perusahaan textile itu. Selang beberapa puluh menit dimas akhirnya muncul.

"Kak ayo kita pulang. Tunggu dim, sebentar aja mau save ini di email supaya bisa ngerjain dari hp, oke selesai let's go dim", ajak ku.

kriingg.. "halo mas. Ya hallo han, kamu masih dikampus apa sudah pulang? aku udah mau sampai rumah pulang bareng dimas nih mas. Ya sudah hati-hati ya nanti jangan lupa kabarin ya. siap mas sautku."

Selamat malam pak bu, maaf kakak mau ganti baju dulu ya baru gabung makan malam, yo wes nduk. Sahut ibu.

Dengan langkah cepat ku hampiri baru buka pak, di daerah kawasan industri jakarta, jadi awal tahun nanti baru mulai beroperasi mereka sih kemarin menawarkan yang di kantor surabaya, itu awal bulan juga sudah bisa mulai tapi aku kan belum pegang ijasah kalau awal tahun kan sudah selesai wisuda.

Jadi kakak pilih kerja ke jakarta saja nanti kalau sudah ada ijasah kakak ke kantornya langsung tandatangan kontrak kerjanya, gitu pak.

Syukurlah nak, setidaknya ada satu anak bapak yang sudah bekerja. Terus ini juga mas dimas, mbak lila, sama ade belajar yang rajin supaya bisa dapat beasiswa kayak kakak jadi kalau bagus nilainya langsung disalurkan ke perusahaan ternama biar jadi orang sukses kelak. Mbak lila tahun depan kuliah dimana tanya diky adik bungsuku. belum ada pengumuman dapat di universitas mana kan mbak juga baru test dek mungkin minggu depan pengumumannya. ooh saut diky.

"Bu mejanya biar kakak sama lila saja yang bereskan, ibu istirahat saja kan sudah capek menyiapkan masakan yang lezat-lezat ini. yo wess nanti kalian rapihkan ya ibu mau ke kamar saja rebahan." iya bu jawabku.

"kak... Hmmmm, apa lil kok ngomong bisik-bisik gitu sih, kak sini geser dikit duduknya ada yang mau lila bilang, kemarin lila ke mall trus lila liat mas tirta sama perempuan lagi sibuk shopping, tapi kakak jangan marah ya, bukan lila ga suka sama mas tirta, cuma mereka tuh asli kak mesra banget. Ahh kamu salah paham kali mungkin itu adik perempuannya kemarin mas tirta memang pamit mau jemput tiara adiknya, mungkin setelah itu mereka jalan-jalan ke mall. Oohh iya kali ya kak, mungkin lila salahpaham aja. Ayo udah cepet cuci piringnya biar kakak yang lap dan nyapu disini jadi kita bisa cepat istitahat. Iya kak jawab lila."

Di kamar ku merenung, harus bagaimana ku lanjutkan hubungan ini, nanti mas tirta takut gak sanggup dengan keadaan yang mungkin belum pernah dia rasakan, lah kalau aku memang dari keluarga sederhana anak pertama pula pasti harapan bapak dan ibu ada padaku, mungkin sebaiknya setelah wisuda ini ku akhiri saja hubungan ini, toh tidak ada restu. Lebih baik sakit sekarang daripada nanti pada saat berumahtangga sakitnya. Aku harus sukses supaya bisa membahagiakan orangtuaku. Ku tarik selimut untuk menghangatkan tubuhku yang sudah mulai menggigil dengan udara dingin kota malang tempat kelahiran tercintaku.

Bersambung ....]