Chereads / Tak pernah usai. / Chapter 20 - BAB 20

Chapter 20 - BAB 20

"Astaghfirullah ya Allah" Adam dan Aji menghentikan langkah kakinya karena suara kaget Abi mengejutkan mereka.

"Ada apa Bi? " Aji yang penasaran langsung menatap mata Abi.

"Ini sudah jam 13.45 Wib. Kita belum sholat Zuhur. Aku lupa sangking keasikan nya. Astaghfirullah" Adam dan Aji yang menatap serius ke dua bola mata Abi karena terlihat sangat panik.

"Ya ampun Bi. Ini masih ada waktu nya buat sholat Zuhur kok. Engga usah sepanik itu, yuk kita cari mushola dulu kalau gitu" Adam Menarik tangan Abi berjalan mencari musholla terdekat.

Keliling mencari papan petunjuk atau peta Dufan yang mampu mengarahkan mereka ke mushola terdekat.

"Ini kita udah muter-muter kok engga nemu mushola nya ya? " Aji menggaruk kepala nya mulai putus asa

"Sabar, kita cari satpam sekarang atau kita tanya petugas kebersihan atau bisa juga kita tanya penjaga di salah satu wahana" Abi yang langsung berlalu menemui petugas kebersihan.

"Assalamu'alaikum, Pak maaf menggangu. Saya mau tanya, mushola ada di sebelah mana ya pak? " Abi Bertanya sambil membungkukkan sedikit badannya

"Waalaikumsalam, mushola ada di sebelah wahana histeria nak. Dari sini tidak jauh. Adek lurus aja nanti wahana histeria nya ada di sebelah kiri, mushola nya ada di samping sana ya dek. Ada toilet nya juga di sana"

"Baik. Terima kasih. Mari Pak, Assalamu'alaikum" Berlalu meninggalkan petugas kebersihan dan berjalan lurus menuju mushola yang di tunjukan Bapak petugas kebersihan tadi.

"Ahhh, ini dia wahana histeria" Aji menunjuk ke arah kiri dan matanya menscan sekitar wahana.

"Oh iya itu dia mushola nya" Abi mempercepat langkah kakinya.

Melepaskan sepatu, masuk ke dalam kamar mandi musholla kemudian kembali keluar untuk mengambil air wudhu.

"Bi, kita kan udah telat jauh dari Adzan Dzuhur nih. Jadi lo aja yang jadi imam nya ya" Adam dan Aji sudah berdiri tepat di belakang Abi

"Yaudah iya. Aku yang imam hari ini" Adam langsung mengumandangkan Ikhomah.

Sekitar 15 menit berlalu Abi dan ke 2 temannya sudah selesai menunaikan ibadah sholat Dzuhur nya.

"Alhamdulillah akhirnya kita masih dapet sholat Dzuhur ya" Perasaan Abi yang sangat lega

"Iya alhamdulillah. Yaudah yuk kita keluar. Kita main wahana lagi" Aji yang langsung berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar mushola

"Oke, kita lanjut main wahana apalagi nih? " Adam yang mulai memantau sekeliling dan melihat 1 persatu permainan yang ada.

"Tuh kita main itu" Abi menunjuk wahana histeria yang tak jauh dari tempat nya berdiri saat ini

"Hah? Lo yakin mau naik itu Bi? Lo berani? " Aji terlihat sangat meragukan Abi

"Yee. Yakin dong. Kalian mau naik itu enggak? " Tanpa jawaban dari Aji dan Adam, Abi sudah menarik tangan ke dua teman nya

"Eh eh eh, maen tarik-tarik tangan kita aja lo Bi. Kita kan belom jawab pertanyaan lo! " Aji panik

"Udah, ayo lah. Kan aku enggak pernah di Jakarta. Masa kalian engga mau naik wahana ini sama aku"

Benar saja, kali ini Abi memaksa ke dua temannya untuk naik wahana yang dia mau.

"Bi, gue panik Bi. Gue takut sebenernya" Aji yang makin panik karena sudah duduk di kursi wahana itu

"Ayolah Ji. Ini enggak semenyeramkan wahana kora-kora tadi kok. Beneran deh"

Aji yang semakin panik, dan Adam yang hanya diam saja dari tadi. Ternyata nyali nya pun tidak seberani itu. Detak jantung nya pun semakin kencang saat dia sudah ada di kursi wahana. Tapi Adam tidak bisa menolak karena sepertinya Abi benar-benar ingin bermain di wahana ini.

"Oke semuanya ready ya? Hitungan 1 sampai 3 kita nyalakan mesin nya. Yang mau teriak silahkan teriak. Enggak usah malu-malu, lepaskan aja semua bebannya" Terdengar suara penjaga dari wahana ini yang sudah siap di depan tombol ON dari permainan ini

"Oke. 1....2...3"

Wahana mulai berjalan pelan naik ke atas, semakin tinggi dan semakin terlihat kecil jika di lihat dari atas tanah yang biasa manusia pijak.

Sekarang yang terlihat dari bawah hanyalah kaki manusia yang bergelantungan di atas sana. Abi, sangat senang menunggu detik-detik di luncurkan wahana ini dari ketinggian. Sedangkan Adam dan Aji, muka mereka sangat pucat pasi. Dan benar saja, saat wahana di luncurkan, Abi berteriak dengan senangnya. Sedangkan Aji dan Adam, mereka berteriak sangat histeris dan merasa nyawanya masih tertinggal di atas langit.

Sekitar 5 menit, permainan selesai. Semua turun dari kursi wahana dengan wajah senang dan ceria. Sangat berbanding terbalik dengan Adam dan Aji.

Mukanya sangat pucat, bibir nya biru. Benar saja, menuruni anak tangga saja mereka berdua sudah terlihat oleng. Dan...

"Uweq, uweq" Aji dan Adam muntah.

Abi benar-benar bingung bagaimana menangani kedua temannya ini. Abi merasa sangat bersalah karena sudah memaksa mereka ikut naik wahana ini. Abi merasa dirinya sangat egois.

Alhamdulillah nya Abi membawa sebotol air minum. Langsung saja iya buka ransel nya dan mengeluarkan 1 botol air minum dan langsung di berikan nya ke Aji dan Adam.

"Ji, Dam. Ini minum dulu air nya. Maafin aku ya karena aku kalian jadi muntah begini"

"Engga Bi, engga papa kok. Ngapain sih lo pake minta maaf segala? Lo engga salah kali, kita aja berdua yang norak. Ya engga sih Ji? " Adam menyenggol lengan Aji yang masih sibuk mengelap sisa air muntah di mulut nya

"Eh, iya Bi engga papa kok. Engga masalah. Lagian kita engga papa loh. Sehat aja, baik-baik aja. Engga usah ngerasa bersalah kaya gitu" Muka Aji yang masih terlihat pucat pasi

"Aku engga enak sama kalian, aku egois. Maaf ya. Yuk kita duduk di sana. Kita beli teh anget" Abi membopong ke dua temannya ke kantin yang tidak jauh dari wahana histeria

"Bu, pesan teh manis hangat nya 3 ya bu" Abi memesan minum untuk ke 2 temannya

"Iya nak. Tunggu sebentar ya"

"Iya bu"

"Ini nak teh manis hangat nya, silahkan di minum ya"

"Terima kasih ya bu"

"Ji, Dam. Ini kalian minum dulu teh anget nya. Biar enak perut kalian" Abi menyuguhkan teh ke depan temannya

"Iya Bi, makasih ya" Adam dan Aji langsung menyeruput teh hangat itu

"Mau naik apa lagi kita? " Tanya Aji

"Hah, kamu masih mau main Ji? Udah muntah begini belum kapok? " Abi menjawab dengan kagetnya

"Engga kapok lah Bi, masih lanjut lah kita. Tapi kita nge teh aja dulu di sini" Selesai minum teh kita lanjut main. Oke"