Chereads / Santri Mbeling / Chapter 9 - PANJI SEKOLAH DINIYAH SORE DI PESANTREN AR - ROHMAN

Chapter 9 - PANJI SEKOLAH DINIYAH SORE DI PESANTREN AR - ROHMAN

Dengan rasa kantuk yang sangat luar biasa... Panji mengikuti solat berjamaah subuh. Sehabis solat subuh Panji pun terpaksa ngaji rutin membaca jus ammah dengan Kang Subur.

Melihat Panji yang sangat ngantuk... Kang Subur teman baiknya berkata,

"Kang Panji... Kalau ngantuk tidur saja, ngajinya entar sore sambung lagi."

"Baiklah Kang," jawab Panji kemudian merebahkan kepalanya di kamar Kang Subur,

"Nanti jam 07 bangunin saya yaa..."

"Baiklah," kata Kang Subur.

Tak lama kemudian Panji bangun tepat jam 07, kemudian bergegas ke ndalem, lalu mengambil sapu. Ketika masuk ke ndalem... Panji berkata lirih,

"Kemana Pak Kyai dan bu Nyai Shinta...? Biasanya Pak Kyai mondar - mandir di dapur... Rumahnya kok sepi!"

Ketika Panji menyapu ruang keluarga... Panji melihat buku lalu mengambilnya kemudian membacanya,

"Judulnya kitab Al Hikam karangan Syeh Ibnu Atta'illah Al Iskandari. MURSID Torekot As-syadiliyah Generasi ke tiga.

Apa arti Al Hikam ini ya...? Lebih baik aku baca sebentar!

Hemmm... Asyik juga isi kajian buku ini.

Ada 4 cara untuk bisa wusul kepada ALLAH

1- Sedikit Makan

2- Sedikit Tidur

3- Sedikit Berbicara

4- Uszlah, sering menyediri dan berfikir tentang kebesaran dan kekuasaan Allah

Inilah 4 jalan Suluk wali Abdal.

Orang yang melakukan 4 hal ini... Dia akan bisa wusul kepada Allah dengan sendirinya."

Wali itu apa...? Abdal itu apa...? Wusul itu juga apa?

Haaa... Bingung! Gak ngerti apa artinya," gumam Panji lirih,

"Nanti saja aku tanya sama Kang Soleh... Kang Soleh kan katanya santri senior paling alim di pondok ini! Lebih baik aku melanjutkan menyapu saja."

Ketika Panji menyapu kamar sang kyai... Panji membersihkan cendela kaca dengan cara di lap. Ketika mengelap kaca... Panji melihat beberapa santri putri dari balik cendela kaca riben yang hitam. Panji juga melihat Teh Evi yang pernah mengajarnya.

"Ternyata cantik juga yaa Mbak Evi itu... Pantesan para santri putra banyak yang naksir! Dia seumuran Kang Soleh, sudah agak tua dikit.

Siapa itu ya... Cantik sekali? Dia seumuran dengan ku," ucap Panji lirih.

Setelah puas mengintip santri putri... Panji melanjutkan pekerjaannya hingga selesai. Ketika hendak makan... Tiba - tiba Kyai datang,

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam," jawab Panji.

"Kang Panji... Sudah makan belum?" tanya Kyai.

"Belum Kyai, ini mau sarapan," ujar Panji.

"Ini Bu Nyai, bawain bungkusan nasi masakan padang buat Kang Panji," ujar Bu Nyai Shinta,

"Di makan di pondok saja, sambil istirahat."

"Iya Bu Nyai," jawab Panji.

Sambil membawa bungkusan nasi padang... Panji berjalan menuju pondok. Ketika berjalan melewati pelataran samping pondok... Panji melihat banyak anak santri lagi masak nasi.

"Panji!" panggil Kang subur,

"Sini!! Ayoo makan bareng - bareng."

"Iya Kang," jawab Panji kemudian mendekat,

"Eee... Ada Kang Salim dan Kang Ujang... Ini aku di beri nasi pandang sama Bu Nyai shinta."

"Alhamdulillah," ucap Kang Subur,

"Bisa makan nasi padang...! Baik bener nasib mu Kang Panji! Kita - kita paling bagus makan lauk telor ceplok, sama ikan asin! Makan lauk ayam, itu saja kalau orang tua datang menjenguk ke sini hahaha..."

Panji dan teman - temannya berebut makan di talam sambil berdesakan. Setelah makan... Panji pun minum air sumur langsung dari timbanya.

Waktu terus berlalu, selesai Solat duhur... Ustadz Bakri mendatangi kamar Panji kemudian berkata,

"Kang Panji... Ganti baju, terus ikut aku ke pondok Arrohman."

"Iya Ustadz," jawab Panji kemudian ganti baju.

"Jangan lupa membawa buku dan pulpen," ujar Ustadz Bakri.

Setelah berjalan beberapa menit, sampailah di pelataran pondok pesantren Arrohman.

"Panji... Setiap habis solat duhur sampai asar... Kamu sekolah diniyah di pondok Arrohman yaa... Kamu belajar menulis dan membaca kitab kuning," kata Ustadz Bakri.

"Iya Ustadz," jawab Panji.

"Assalamualaikum," ucap Ustadz Bakri.

"Waalaikumsalam Ustadz Bakri," jawab Ustadzah Aisah,

"Ada perlu apa Ustadz datang ke sini?"

"Hemmm... Ustadz Tohir ada," tanya Ustadz Bakri.

"Kayaknya hari ini beliau gak ngajar deh, katanya sih ada keperluan keluarga," ujar Ustadzah Aisah.

"Gini saja... Saya mau mendaftarkan santri baru dari pondok Meteor Garden, untuk sekolah diniyah disini," ujar Ustadz Bakri,

"Kang Panji, ini belum bisa baca tulis arab dengan sempurna."

"Oh... Iya Ustad," jawab Ustadz Aisah,

"Ustadz boleh kembali ke pondok, atau mau santai - santai dulu di kantor...? Saya akan mengajak kang Panji melihat kelasnya, soalnya sebentar lagi masuk. Ayoo Kang Panji, ikut saya."

"Iya Ustadz," jawab Panji kemudian berjalan mengikuti Ustadzah.

"Panji... Ini kelas mu, nanti kalau ada bel berbunyi... Baru kamu masuk kelas," kata Ustadzah Aisah.

"Iya Ustadz," jawab Panji.

"Apakah kamu Panji santri baru asal surabaya?" tanya Ustadzah Aisah,

"Apakah kamu yang menjadi abdinya Kyai Nuruddin?"

"Iya Ustadz," jawab Panji,

"Ada apa yaa Ustadz...?"

"Gak apa - apa Panji, hanya saja... Nama mu sering di bicarakan di kalangan satri pondok pesantren Arrohman.

Katanya kamu sangat Nakal! Suka iseng," kata Istadzah Aisah.

"Kata siapa aku nakal dan suka iseng Ustadz? Itu tidak benar," kata Panji.

"Yaa sudah, saya tinggal dulu. Ingat...! Kalau belajar ngaji di sini... Kamu tidak boleh nakal ya," kata Ustadzah.

"Iya Ustadz," jawab Panji kemudian duduk di bawah pohon.

Bel berbunyi, para santri remaja bergegas masuk ruang kelas.

Ustadzah Aisah mengajar Diniyah kelas satu, mengantikan ustadz Tohir yang tidak masuk.

Sebelum adzan asar... Bel sekolah berbunyi menandakan kegiatan belajar diniyah telah usai. Para santri putra - putri berhamburan keluar kelas dan kembali ke kamar masing masing.

***

Dengan langkah gontai Panji remaja jalan menuju pondok pesantren Meteor Garden. Ketika masih berada di pelataran pondok Arrohman... Panji menghentikan langkah kakinya, lalu berkata lirih,

"Gadis itu cantik sekali, manis kaya es teh! Siapa dia? membuat diriku terkesima. Hemmm... Jadi ingat Maya Surabaya, wajahnya 11-12, hampir sama kecantikannya. Gimana yaa kabarnya Maya...? Besok saja aku kirim surat untuknya."

Di saat melamun melihat gadis remaja yang cantik... Panji di kagetkan dengan suara Ustadzah Aisah,

"Kang Panji! melamun aja... Lihat apa?!! Ayoo buruan kembali ke pondok untuk solat asar berjamaah!"

"Iya Ustadz," jawab Panji terkejut,

"Ustadz... Gadis pake baju ping itu siapa namanya?"

"Itu Bela namanya, anak kampung. Dia sekolah kelas dua," jawab Ustadz Aisah,

"Ada apa...? Jangan pake naksir loh ya? Jangan pacaran kalau di pondok! Bisa di hukum kamu, sama Kyai Nuruddin kalau ketahuan!"

"Tidak Ustadz, hanya tanya saja. Hemmm... Saya sudah punya pacar kok di Surabaya," kata Panji,

"Apa Ustadzah juga sudah punya pacar?"

"Panji...! Kok gitu tanyanya? Santri itu tanyanya yaa pelajaran ngaji! Tanya kok aneh - aneh!" ujar Ustadzah sewot,

"Ternyata benar gosib selama ini... Kamu anak yang bandel. Ayoo buruan jalan kembali ke pondok!"

"Iya Ustadz," kata Panji kemudian berlalu.

Adzan terdengar mengema dari dalam musolla Meteor Garden. Seperti biasa, setelah solat berjamaah... Panji ngaji jus ammah sama Kang Subur. Setelah ngaji, jam 04 Sore... Panji menyapu halaman rumah sang Kyai.

Ketika menyapu halaman belum selesai... Ada sebuah mobil mewah masuk halaman rumah dan berhenti di bawah pohon sebelah taman.

Pintu mobil terbuka, kemudian ada suara uluk salam,

"Assalamualaikum Gus Panji...

Pak Kyai nya ada?"

"Waalaikumsalam Pak Haji," jawab Panji,

"Ada Pak Haji, langsung saja masuk ke dalam.

Kyai nya lagi asik sama bu nyai di dapur."

"Asik bagaimana maksudnya Gus?" tanya Pak Haji heran.

"Lagi asik di ruang dapur sama Bu nyai, ngobrol sambil minum es kelapa muda Pak Haji," ucap Panji.

"Oh... Gitu, bahasanya kok aneh? Pake asik!" ujar Pak Haji,

"Gus Panji... Ini di terimah ya? Nuat beli baju, buat jajan dan keperluan lain di pondok."

"Tidak Pak Haji, terimakasih, uang saya masih banyak, cukup buat jajan tiga bulannan," ujar Panji.

"Ayoo di terima gak apa - apa... Buat tambah - tambah," kata Pak Haji kemudian memaksa tangan Panji untuk menerima.

"Saya ke dapur dulu yaa Gus," kata Pak Haji kemudian berjalan di samping rumah sang Kyai.

"Assalamualaikum," salam Pak Haji.

"Waalaikumsalam," jawab sang Kyai,

"Eee... Pak Haji, silahkan masuk sini, duduk di sebelah dapur saja yaa... Sambil minum kelapa muda."

"Terimakasih Kyai," ucap Pak Haji kemudian duduk di kursi sebelah dapur,

"Alhamdulillah Kyai... Irmala putri saya sudah sembuh dari semalam. Sekarang sudah normal seperti sediakala."

"Alhamdulillah," ucap Kyai,

"Itu berkat barokah doa Kang Panji, Pak Haji. Oh iya... Sendirian saja Pak Haji?"

"Begini Kyai... Saya ingin menitipkan putri saya sama Kyai, biar putri saya belajar ngaji di pesantren Kyai," kata Pak Haji.

"Ooh... Begitu, iya gak apa - apa Pak Haji," kata sang Kyai.

"Kapan mulai mondok nya?"

"Sekarang Kyai, istri dan putri saya ada di dalam mobil," kata Pak Haji,

"Sebentar saya ajak mereka kemari."

Tak lama kemudian... Pak Haji dan istrinya pulang, dan Irmala putri Pak Haji tinggal di pesantren putri Meteor Garden.

Ketika Panji sedang menaruh sapu lidi di dekat dapur... Suara Kyai terdengar mamanggil,

"Kang Panji... Ini ada bingkisan nasi dan kue untuk kamu, dari Pak Haji," sambil memberikan bingkisan.

"Iya Kyai," jawab Panji sambil menerima bingkisan, kemudian kembali ke pondok.

Ketika Panji berada di pondok... Panji berteriak agak keras,

"Timbel! Timbel...! Ayoo yang mau makan timbel kumpul sini!"

Mendengar kata Timbel (Nasi bungkus kiriman)... Para santri begegas mendekat dan berebut makan rame - rame.

"Kang Panji! Dapat dari mana timbel ini? Enak sekali rasanya, ikan rendang sapi lagi!" ujar Ustadz Bakri.

"Tadi di kasih tamunya Pak Kyai," jawab Panji,

"Oh iya Ustad! Tadi dapat salam dari Ustadzah Aisah. Ustadzah bilang... Suruh jaga kesehatan."

Mendengar ucapan Panji... Ustadz Bakri terkejut, lalu berkata,

"Yang benar kamu Kang Panji...? Gak mungkin-lah Ustadzah secantik Aisyah kirim salam begitu."

"Yaa sudah kalau Ustadz tidak percaya, gak apa apa," kata Panji.

Setelah selesai makan timbel rame - reme... Tanpa membukanya, Panji menyimpan amplop pemberian Pak Haji di bawah tumpukan baju di lemari kayu yang butut.

Kemudian Panji dan teman - teman karibnya mandi di sungai.