"Dia telah memindahkan kuburan orang yang paling berarti dalam hidupku," jawabnya dengan jujur.
Lin Dong sedikit terkejut ketika mendengar jawaban tersebut. Namun sesaat kemudian, orang itu kembali mengulum senyuman yang hangat dan ramah.
"Baik, sekarang aku mengerti kenapa kau mau diperintahkan olehnya,"
Lin Dong menuangkan arak ke dalam cawan. Dia menghabiskan arak itu hanya dengan satu kali tegukan saja.
"Lalu bagaiamana, apakah kau masih mau membunuhku?" tanyanya memastikan.
"Ya. Karena aku telah berjanji, maka aku harus menepati,"
"Aku tahu, kau adalah orang yang selalu menepati janji,"
Meskipun dia sudah tahu ada orang yang ingin membunuhnya, namun nyatanya Lin Dong tetap berlaku tenang. Seolah-olah dia tidak sedang menghadapi masalah pelik ini.
Diluar sana, matahari mulai meninggi. Tengah hari telah lewat. Entah berapa lama keduanya bicara. Yang jelas, arak dalam cawan tadi sudah hampir habis.
"Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya kepadamu," kata Li Yong lebih jauh lagi.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apakah sejak awal kau sudah tahu kalau aku bakal datang kemari dan ingin membunuhmu?" tanya Li Yong langsung ke inti persoalan.
"Ya, aku sudah tahu," jawabnya jujur.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena Kota Lok Yang ini masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaanku. Jadi, di setiap penjuru kota maupun pelosok kampung, pasti ada mata-mata yang aku sebar,"
Lin Dong berhenti sebentar, setelah itu dia kembali melanjutkan bicaranya, "Oleh karena itulah, kalau ada orang yang berniat buruk kepadaku, asal dia sudah masuk ke wilayah sini, maka aku pasti sudah mengetahuinya,"
Li Yong mendengarkan dengan seksama. Sekarang dia mengerti kenapa targetnya sudah mengetahui tentang maksud kedatangannya ke Kota Lok Yang ini.
Pemuda itu mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Kemudian katanya, "Tapi masih ada hal lain yang belum aku mengerti,"
"Silahkan tanyakan saja,"
"Kenapa kau mau menemuiku secara langsung? Bukankah anak buahmu sangat banyak? Kenapa tidak kau suruh mereka saja,"
Pertanyaan semacam itu selalu melintas dalam benaknya ketika dia tahu siapakah orang tua berjubah kuning tersebut.
Oleh sebah itulah, Li Yong memutuskan untuk menanyakannya.
Sementara di sisi lain, sebelum menjawab pertanyaan, Lin Dong tampak tersenyum lebih lebar lagi. Sepasang bola matanya tiba-tiba bersinar terang. Seolah-olah di kedua bola mata itu terdapat bintang yang biasa bertaburan di langit malam.
"Karena aku tahu bahwa kau bukanlah orang sembarangan. Jadi, aku memutuskan sendiri untuk datang menemuimu. Sekedar membuktikan apakah dugaanku benar atau tidak. Dan ternyata setelah bertemu langsung denganmu, aku jadi sadar bahwa dugaanku itu tidak salah,"
Dugaan Lin Dong memang tidak salah. Sedikit pun tidak.
Li Yong adalah pemuda yang berlatar belakang misterius. Di lain sisi, kemampuan ilmu silatnya juga tidak terukur. Oleh karena itulah, dia masuk dalam kategori bukan orang sembarangan.
"Ternyata begitu. Baik, sekarang aku mengerti seluruhnya,"
"Aku tahu kau pasti mengerti," katanya sambil tertawa. Kemudian lanjutnya, "Sekarang bagaimana, apakah kau masih mau membunuhku?"
Ditanya demikian, Li Yong jadi kebingungan sendiri.
Jujur saja, sekarang hatinya terasa tidak enak. Perasaannya gundah. Keinginan untuk membunuh tiba-tiba lenyap begitu saja.
Apakah hal itu disebabkan karena dia telah bertemu dengan Lin Dong secara langsung? Ataukah disebabkan karena cara bicaranya yang selalu jujur dan terbuka?
Entahlah. Li Yong tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Yang pasti untuk saat ini adalah bahwa orang itu, tidak pantas untuk dibunuh.
"Sudah kubilang bahwa aku adalah orang yang tepat janji. Aku tetap akan membunuhmu, tapi dengan cara lan," katanya setelah terdiam beberapa lama.
"Cara apa?" tanya Lin Dong penasaran.
"Kita tetap akan melangsungkan duel. Namun kalau dalam sepuluh jurus aku berhasil mengalahkanmu, maka kau aku anggap telah mati. Bagaimana?" tanyanya mengajukan usul.
"Kalau buktinya kau yang kalah?"
"Maka aku akan menyerahkan seluruh hidupku kepadamu," jawab Li Yong dengan penuh rasa yakin.
Lin Dong berpikir sebentar. Seolah-olah dia sedang mempertimbangkannya.
"Bagaimana?" tanya Li Yong tidak sabar.
"Baik. Aku menerima tantanganmu," tukas Lin Dong.
"Bagus,"
"Kapan kita akan berduel?"
"Sekarang,"
"Di mana?"
"Di sini,"
"Di ruangan ini?" tanyanya sambil memandangi pemuda itu dengan tatapan sedikit terkejut.
"Ya, di ruangan ini,"
Lin Dong menghela nafas panjang. Pemuda yang ada di hadapanya itu baginya sangat aneh. Tapi mau bagaimana lagi, tantangan tetaplah tantangan.
"Baik, aku setuju,"
Lin Dong bangkit berdiri dari posisi duduknya. Meja itu kemudian dia singkirkan ke pinggir.
Sekarang, tengah-tengah ruangan tersebut sudah kosong. Segala sesuatunya telah disingkirkan.
Kedua belah pihak sudah berdiri saling berhadapan. Walaupun tampak tenang, tapi keduanya sudah berada dalam tingkat kewaspadaan tertinggi.
Duel ini terasa berbeda dengan duel pada umumnya. Sebab tempat duelnya bukan di halaman yang luas. Melainkan di sebuah ruangan yang sangat sempit sekali.
"Kau tidak akan menggunakan senjata?" tanya Lin Dong.
"Tidak,"
"Kenapa?"
"Karena kalau aku menggunakan senjata, pasti akan jatuh korban,"
Setiap patah kata itu diucapkan sangat perlahan. Kalau orang lain yang bicara, niscaya Lin Dong tidak akan percaya. Tapi kali ini lain, percaya tidak percaya, dia tetap harus percaya.
Sebab yang mengatakannya bukan orang lain.
"Baiklah. Lihat serangan!" serunya sambil melayangkan sebuah serangan.
Serangan pertama berupa pukulan beruntun yang mengincar beberapa bagian penting di tubuh manusia. Angin pukulan terasa menderu. Pakaian Li Yong dibuat berkibar.
Menyaksikan serangan lawan yang cukup berbahaya, pemuda itu langsung mengerahkan kemampuannya. Dia tidak mau main-main lagi.
Kedua tangannya terangkat. Li Yong menciptakan sebuah gerakan yang sederhana tapi sangat efektif.
Walaupun pukulan Lin Dong cepat dan berbahaya, tapi nyatanya, gerakan Li Yong jauh lebih cepat lagi. Serangan pertama itu dapat digagalkan dengan sempurna.
Wushh!!!
Tubuh pemuda itu melesat ke depan sana. Pukulan dan tendangan dia lancarkan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Lin Dong tercekat. Serangan lawan ternyata lebih hebat dari apa yang dia bayangkan sebelumnya.
Orang yang menjabat sebagai salah satu Kepala Keluarga Lin itu mencoba untuk menghindar. Tubuhnya berkelit ke samping kanan dan samping kiri. Caranya menghindari serangan ternyata sangat cekatan.
Sayang sekali, saat ini dia telah menemukan lawan yang seimbang. Sehingga bagaimanapun dia mengelak serangan yang diberikan oleh Li Yong, hakikatnya hal tersebut tetap percuma.
Serangan pemuda itu tetap tidak bisa digagalkan.
Bukk!!! Bukk!!!
Beberapa pukulan dengan telak mengenai ulu hatinya. Walaupun tidak mengerahkan seluruh tenaga, namun ternyata akibatnya luar biasa.
Lin Dong terdorong mundur ke belakang. Dadanya terasa sedikit sesak. Untuk beberapa saat, dia tidak mampu bertindak lebih jauh lagi.
Tapi tepat pada saat itu, jurus lainnya telah tiba.
Kepalan tangan Li Yong tahu-tahu sudah tiba di depan mata. Tinggal sedikit lagi, maka pukulan itu akan kembali mengenai sasaran utamanya.
Wutt!!! Wutt!!!