"Yaudah kak Aleysa diam aja istirahat di kamar ya. Biar makan malam kali ini Catline aja yang masak. Kakak obatin aja luka kakak. Aku bisa masak kok."
"Yakin kamu bisa masak?" ledek Aleysa.
"Bisa dong. Siapa dulu kakaknya, hehe."
"Bisa aja. Yaudah kalo gitu aku pamit ke kamar dulu ga Nek. Aku mau obatin luka aku dulu sebentar."
"Iya, iya, kamu obati aja dulu luka kamu. Aduh, jangan sampai deh luka kamu menjadi parah."
"Iya Nek."
Aleysa masuk ke dalam kamarnya untuk mengobati lukanya dan juga sedikit beristirahat. Karena apa yang sudah menimpanya kali ini membuat Aleysa sedikit merasa trauma dan takut. Walaupun begitu Aleysa masih saja terus memikirkan perasaan Hans yang jelas-jelas Hans saja tidak pernah memikirkan perasaannya.
"Mulai besok Ershad udah bisa kerja menjadi penjaga aku atas izin Nenek. Tapi apa Hans setuju ya sama semua ini? Kemarin kan Hans bilang kalo dia ga setuju kalo Ershad jadi penjaga pribadi aku. Kalo dia masih ga setuju gimana? Kasihan Hans. Pendapatnya jarang sekali didengar oleh orang di rumah ini. Termasuk Neneknya sedniri," pikir Aleysa.
******
Hari telah berganti. Pagi ini terasa begitu tenang karena tidak ada kerinduan di atas meja makan. Hans dan Aleysa terlihat tenang walaupun sebenarnya Aleysa masih banyak menyimpan kesedihan akibat perbuatan Hans selama ini kepadanya. Ketika mereka semua sedang sarapan bersama, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang ke rumah Hans dan menghampiri mereka semua yang sedang sarapan bersama.
"Selamat pagi semuanya. Maaf saya sudah menganggu sarapan kalian semua," ucapnya.
"Eh Ershad. Akhirnya kamu datang juga," jawab Neneknya.
"Ini siapa Mom?" tanya Mamahnya Hans.
"Ini loh yang mau kerja jadi penjaga pribadinya Aleysa. Kasihan loh Aleysa udah dua kali hampir kecelakaan dan Ershad terus yang nolongin. Jadi Nenek kita kalo Aleysa memang butuh Ershad untuk menjaganya."
"Apa? Jadi kamu tetap mau mempekerjakan dia untuk kamu? Kamu ga dengar aku kemarin bilang apa? Aku itu ga setuju. Atau jangan-jangan kamu sengaja mau mempekerjakan dia di sini karena kamu mau dekat-dekat sama dia. Kamu suka sama dia. Iya kan?" sambung Hans.
Ershad yang sebenarnya sudah mengenali Hans hanya bisa terdiam. Dia tidak menyangka jika Hans memperlakukan istrinya sendiri seperti itu.
"Ternyata Hans itu orangnya sangat tempramental. Dia ga ada lembut sedikit pun sama istrinya sendiri. Kenapa Emily mau ya sama dia? Atau emang yang Emily butuhkan dari Hans hanyalah hartanya aja? Makanya dia ga mempedulikan semua sikap Hans ini," pikir Ershad di dalam hatinya.
"Hans. Kamu jaga ya ucapan kamu. Istri kamu itu ga seperti apa yang kamu pikirkan. Seharusnya kalo kamu ga mau ada laki-laki lain yang menjaga Aleysa, seharusnya kamu sebagai suami bisa menjaganya dengan baik. Tapi selama ini kamu ga pernah bisa jaga Aleysa dengan baik kan? Lagian semua ini yang memutuskan adalah Nenek. Bukan Aleysa."
"Terserah. Terserah kalian semua. Aku itu emang ga pernah didengar selama ini. Aku mau berangkat ke kantor. Permisi."
Hans pergi meninggalkan meja makan begitu saja. Padahal dia belum selesai menghabiskan sarapannya. Aleysa yang merasa bersalah langsung mengejar langkah kaki Hans.
"Nenek, Mamah, semuanya, aku permisi dulu ya. Aku mau bicara sama Hans."
Aleysa terus mengejar Hans sampai akhirnya langkah kaki Hans terhenti.
"Hans, tunggu. Aku mau bicara sesuatu sama kamu," teriak Aleysa.
"Kamu mau bicara apa lagi? Udah ga ada yang perlu kamu bicarakan lagi ke aku."
"Aku minta maaf Hans. Kalo kamu ga setuju, biar aku nanti bicara baik-baiya sama Nenek supaya Nenek mau mengerti dan Ershad ga jadi bekerja di sini."
"Terserah."
Hans langsung masuk begitu saja ke dalam mobilnya tanpa merasa bersalah sedikit pun dengan apa yang sudah dia perbuat ke Aleysa. Istrinya sendiri. Sedangkan Aleysa hanya bisa menangisi sikap dan kepergian Hans.
******
Setelah beberapa menit perjalanan menuju ke kantornya, kini Hans sudah tiba di kantor. Sesampainya di ruang kerjanya, Hans sudah di sambut oleh Emily. Kekasih hatinya.
"Pagi sayang," sapa Emily. Tetapi Hans hanya terdiam saja. Sangat terlihat sekali jika Hans kali ini sedang tidak mood dari raut wajahnya.
"Kamu kenapa si sayang? Aku sapa kok diam aja? Kamu marah sama aku? Marah karena apa? Seharusnya aku tau yang marah sama kamu karena kamu menikah sama wanita lain."
"Engga. Aku ga marah sama kamu. Aku lagi kesal aja sama Aleysa. Bisa-bisanya dia mempekerjakan orang untuk menjadi penjaga pribadi dia. Itu laki-laki siapa juga kan ga kenal. Kalo ternyata laki-laki itu adalah orang jahat gimana?" jelas Hans.
"Maksud kamu? Kamu cemburu gitu sama dia?"
"Engga. Aku ga cemburu sama sekali sama dia."
"Udah lah Hans. Dari perkataan kamu tadi terlihat jelas kalo kamu itu cemburu sama Aleysa. Atau jangan-jangan kamu emang udah punya rasa ya sama Aleysa?"
"Engga. Ga sama sekali. Aku cuma cinta sama kamu."
"Yaudah kalo gitu mana buktinya? Mana buktinya yang katanya kamu mau cepat ceraikan Aleysa dan menikah sama aku?"
"Iya tapi ga semudah itu sayang."
"Bilang aja kamu emang udah mulai cinta sama Aleysa."
Emily marah kepada Hans. Emily hendak pergi meninggalkan Hans tetapi langsung di cegah oleh Hans.
"Tunggu. Oke nanti setelah jam kantor selesai kita ke rumah aku. Aku mau bilang semuanya ke Nenek dan Mamah kalo aku itu cuma cinta sama kamu."
"Kamu serius?"
"Iya sayang. Aku serius. Aku ga mungkin bohong sama kamu."
"Makasih ya sayang."
"Iya sayang."
Emily dan Hans berpelukan di dalam ruang kerja Hans. Emily yang terus menekan Hans membuat Hans tidak ada pilihan lain selain ini. Hans akan bicara dengan Nenek dan Mamahnya jika dia hanya mencintai Emily dan dia tidak bisa mencintai wanita lain. Termasuk Aleysa.
******
Sudah sore hari tetapi Aleysa tidak keluar rumah sama sekali. Padahal sekarang sudah ada Ershad yang menemaninya. Justru yang ada Aleysa terlihat seperti menghindar dari Ershad. Misalnya ketika Aleysa kesusahan untuk mendorong barang yang akan dia bersihkan dan Ershad berniat untuk membantunya, Aleysa menolaknya begitu saja.
"Biar aku bantu Aleysa," ucap Ershad.
"Ga usah, makasih. Aku bisa sendiri. Lebih baik kamu kerjain pekerjaan yang lain aja. Atau kamu kembali aja ke paviliun. Karena hari ini aku ga mau kemana-mana.
Ershad merasa jika sikapnya Aleysa saat ini benar-benar aneh. Berubah 360 derajat dari sebelumnya. Aleysa yang Ershad kenal.
"Kamu kenapa seperti ini si sama aku? Kamu kayanya menghindar ya dari aku?" tanya Ershad.
-TBC-