"Aleysa? Kamu nangis? Kamu kenapa?" tanya Ershad.
"Engga. Aku ga kenapa-kenapa. Maaf ya udah nabrak kamu tadi."
Kemudian Aleysa langsung pergi meninggalkan Ershad tanpa banyak bicara dengannya. Ershad merasa ada yang tidak beres dengan Aleysa kali ini.
"Aleysa nangis kenapa ya? Dia habis keluar dari dalam ruang kerja Hans kan? Pasti dia habis di marahin lagi sama Hans. Hans itu emang benar-benar ya," pikir Ershad di dalam hatinya.
Merasa penasaran dengan apa yang di alami oleh Aleysa saat ini, akhirnya Ershad memilih untuk mengumpat di depan ruang kerja Hans untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya sedang terjadi antara Hans dan Aleysa. Aleysa kembali masuk ke dalam ruang kerja Hans sambil membawa sapu.
"Aleysa masuk ke dalam ruang kerja Hans sambil bawa sapu? Sebenarnya Aleysa mau ngapain si?" pikir Ershad di dalam hatinya.
Karena rasa penasarannya sangat tinggi, akhirnya Ershad mendekat ke pintu ruang kerja Hans supaya bisa mendengar pembicaraan antara Aleysa dan Hans. Sehingga Ershad tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Hans dan Aleysa.
Di dalam ruang kerja Hans.
"Aw," teriak Aleysa ketika sedang membersihkan pecahan kaca frame dan terkena tangannya sendiri.
"Kamu itu gimana si? Hati-hati makanya. Kamu tuh ga bisa apa-apa ya? Apa aja yang kamu lakuin pasti ga benar."
Aleysa hanya terdiam mendapatkan caci maki dari suaminya sendiri. Ershad yang tidak tega dengan Aleysa langsung masuk ke dalam ruang kerja Hans begitu saja.
"Permisi. Mohon maaf sebelumnya. Pak Hans, apa ga bisa kamu bersikap lembut sedikit sama istri kamu? Hargai dia sedikit aja."
"Ohh bagus. Ternyata selingkuhannya Aleysa udah datang ke sini dan sok-sokan jadi pahlawan kesiangan. Wow."
"Di sini ga ada yang selingkuh. Saya dan Aleysa ga ada perasaan sama sekali. Yang ada bukannya Pak Hans ya yang selingkuh dari Aleysa?"
"Kurang hajar. Jangan asal bicara kamu kalo ga tau cerita aslinya seperti apa."
Kemudian Hans langsung memukul Ershad begitu saja. Ershad pun membalas pukulan Hans. Hingga terjadilah pertengkaran diantara mereka berdua. Aleysa berusaha untuk memisahkan mereka berdua tetapi semua usaha Aleysa sia-sia. Mereka berdua tetap bertengkar. Hingga akhirnya semua orang yang ada di rumah masuk ke dalam ruang kerja Hans untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana.
"Hans, Ershad. Ya ampun kalian berdua kenapa berkelahi seperti ini? Stop, stop!!" perintah Neneknya. Dan akhirnya mereka berdua berhenti bertengkar kali ini.
"Kalian berdua kenapa si ribut terus kalo udah bertemu berdua. Ada masalah apa ini sebenarnya? Sampai ruang kerja kamu berantakan seperti ini."
Hans hanya terdiam. Dia tidak menjelaskan apapun kepada Neneknya dengan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan juga Aleysa. Karena jika Hans menjelaskan semuanya, sudah pasti Neneknya akan marah kepadanya.
"Hans. Kenapa kamu diam aja?" tanya Neneknya kembali untuk memastikan.
"Maaf Nek jika saya lancang berbicara. Sebenarnya Aleysa ga sengaja memecahkan frame foto Emily, tapi Hans begitu marahnya dengan Aleysa. Saya yang tidak tega hanya ingin menolongnya sedikit aja," jelas Ershad.
Hans sudah tidak bisa berkutik lagi kali ini. Neneknya Hans langsung memarahinya.
"Hans. Kamu itu apa-apaan si. Selalu aja bersikap kasar sama istri kamu sendiri. Dan itu, tangannya Aleysa sampai berdarah seperti itu. Sekarang juga kamu obati luka dia."
"Tapi Nek."
"Nenek ga mau dengar kata tapi lagi. Sekarang juga kamu obatin luka dia. Dan kamu Ershad, kamu pastikan kalo Hans mengobati luka Aleysa."
"Baik Nek."
"Yasudah semuanya sekarang kembali ke kamar kalian masing-masing. Kalian semua tidur. Sudah malam."
"Iya Nek."
Sesuai dengan perintah Nenek, semua orang kembali masuk ke dalam kamar mereka masing-masing untuk istirahat. Karena hari masih malam dan pagi masih membutuhkan waktu beberapa jam lagi. Sedangkan Hans harus mengobati luka Aleysa yang ada di tangannya. Dan Ershad di perintahkan oleh Neneknya untuk memastikan jika Hans mengobati luka Aleysa dengan baik.
*****
Sekarang ini Hans dan Aleysa sudah berada di kamar mereka. Tetapi Ershad masih terus mengikuti mereka berdua dan sudah pasti Hans merasa sangat tidak nyaman dengan keberadaan Ershad.
"Ershad lebih baik kamu pergi dari sini. Ga usah ganggu kita."
"Maaf Pak. Tapi saya hanya ingin menjalankan perintah dari Nenek."
"Udah deh. Saya akan obati luka Aleysa dengan baik. Jadi kamu ga usah ikutin saya seperti ini. Saya jadi ngerasa ga nyaman dan ga fokus obati luka Aleysa kalo kamu ada di sini."
"Iya Ershad. Lebih baik kamu keluar aja ya. Aku percaya sama Hans," sambung Aleysa.
"Yasudah kalo gitu saya permisi."
Akhirnya Ershad keluar juga dari kamar Hans dan Aleysa. Sekarang hanya tinggal Hans dan Aleysa di dalam kamar. Baru kali ini Hans dan Aleysa berada di dalam satu tempat tidur yang sama.
"Udah lebih baik kamu duduk aja di kasur. Biar aku ambilkan obat merahnya dulu."
"I... Iya Hans."
Hans mengambil kotak obat yang berada dekat dari tempat tidurnya. Kemudian Hans duduk di samping Aleysa dan langsung mengobati luka Aleysa yang ada di tangannya.
"Aw," lirih Aleysa.
"Tahan dong. Masa gitu aja kesakitan. Lagian makanya kamu kalo bersihin pecahan kaca tuh hati-hati makanya. Jangan sambil nangis."
"Iya Hans, maaf."
"Maaf, maaf. Ga ada kata-kata lain ya yang bisa kamu ucapkan selain kata maaf?"
Aleysa hanya terdiam. Dia merasa sangat bahagia saat ini karena bisa di obati lukanya oleh Hans. Hans yang biasanya bersikap sangat dingin dan emosional sekarang ini bisa sangat lembut. Bahkan dia bersikap lembut dengan Aleysa. Wajah Hans dan Aleysa juga sangat dekat kali ini. Bahkan hembusan nafas Hans bisa terasa di wajah Aleysa.
"Ya Tuhan. Aku merasa sangat bahagia melihat sikap Hans yang seperti ini. Hans yang biasanya emosinya selalu meledak-ledak sekarang dia bisa bersikap baik seperti ini sama aku. Langit gelap aku sekarang sudah mulai cerah," ucap Aleysa di dalam hatinya sambil tersenyum.
Hans langsung menyadari sikap Aleysa yang menurutnya aneh dan langsung berhenti mengobati Aleysa.
"Kamu kenapa senyum-senyum kaya gitu? Pasti kesenangan ya karena aku obati lukanya? Udah selesai tuh. Lebih baik kamu jangan mikir yang aneh-aneh deh."
"Iya Hans. Makasih banyak ya."
Hans hanya terdiam. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi. Karena setelah seharian di luar, Hans belum sempat membersihkan tubuhnya. Sedangkan Aleysa masih senyum-senyum sendiri mendapati sikap Hans barusan. Aleysa menunggu Hans selesai mandi sambil berbaring di atas kasur yang tidak pernah dia tiduri selama ini. Hingga akhirnya tanpa di sadari Aleysa tertidur pulas di sana.
-TBC-