Chereads / A CEO WIFE NOTE (Bahasa Indonesia) / Chapter 6 - Peristirahatan Terakhir

Chapter 6 - Peristirahatan Terakhir

"Dokter. Gimana keadaan Ayah saya? Ayah saya baik-baik aja kan Dok?" tanya Aleysa.

"Iya, Dok. Ayah saya baik-baik aja kan Dok? Gimana Dok?" sambung Catline

Tetapi Dokter itu justru hanya diam. Membuat Aleysa dan Catline semakin khawatir dengan keadaan Ayahnya sekarang ini.

"Gimana Dok? Kenapa Dokter diam aja? Ayah saya baik-baik aja kan Dok?" tanya Catline kembali untuk memastikan.

Dokter itu menghela nafasnya dan kemudian menjelaskan tentang keadaan Ayah mereka kepada semua orang yang ada di sana.

"Sebelumnya saya minta maaf. Ayah kalian tidak bisa kami selamatkan."

Semua orang yang ada di sana langsung terdiam. Begitu juga dengan Hans. Hans sangat merasa bersalah pada dirinya sendiri karena sudah menabrak orang sampai meninggal dunia.

"Engga, engga. Ga mungkin. Aku udah nabrak orang sampai meninggal," ucap Hans di dalam hatinya.

Sedangkan Aleysa dan Catline sudah pasti mereka berdua merasa sangat terpukul dengan kepergian Ayah mereka. Terutama Catline yang masih membutuhkan Ayahnya.

"Engga. Ga mungkin. Ga mungkin Ayah meninggal. Kak, ga mungkin kan kak kalo Ayah meninggal?" ucap Catline seperti orang yang tidak waras.

"Kita harus bisa terima semuanya dek. Kita harus sabar," jawab Aleysa berusaha untuk menenangkan Catline. Padahal sebenarnya Aleysa juga sangat terpukul dengan kepergian Ayahnya.

"Engga. Ga mungkin."

Kemudian Catline main masuk ke dalam ruangan Ayahnya begitu saja. Di dalam sana jasad Ayahnya sudah di tutupi oleh kain putih. Catline menutup mulutnya melihat itu semua. Catline mendekat dan membuka kain penutup itu.

"Ayah... Ayah kenapa tinggalin aku? Ayah bangun. Aku masih butuh Ayah. Ayah..."

Aleysa menghampiri Catline dan memeluknya. Berusaha untuk menenangkan adik kesayangannya itu.

"Udah de. Kamu ga boleh seperti ini. Kamu harus kuat. Kalo kamu seperti ini, nanti Ayah sedih di sana."

Tetapi walaupun seperti itu Catline tetap menangis sesenggukan. Catline masih belum bisa menerima kepergian Ayahnya.

******

Di cuaca yang sangat terik seperti ini justru banyak orang yang sedang berkumpul. Mereka semua berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Ayah dari Aleysa dan Catline. Ayah mereka di makamkan di tempat makan umum yang dekat dari rumah mereka. Setelah Ayah mereka di makamkan, semua orang mulai pergi meninggalkan makam Ayah mereka satu persatu. Sekarang yang ada hanya Aleysa, Catline dan keluarga Hans. Di sana juga datang Emily yang melihat pemakaman Ayahnya.

"Catline. Sekarang kita pulang yuk de," ajak Aleysa.

"Engga. Aku ga mau pulang. Aku mau temanin Ayah di sini."

Bahkan sampai Ayahnya sudah di makamkan saja Catline masih belum bisa menerimanya.

"Tapi de... Kita juga harus pulang. Kamu jangan seperti ini dong de."

Nenek Hans yang melihat Aleysa dan Catline dalam kesedihan seperti itu tetapi tidak ada yang bisa menenangkan mereka pun merasa iba kepada mereka.

"Ya ampun. Ini semua karena Hans. Karena cucu ku yang udah nabrak Ayah mereka sehingga sekarang mereka kehilangan orang yang sangat berarti bagi mereka," ucap Neneknya Hans di dalam hatinya.

Neneknya Hans langsung menghampiri Aleysa dan Catline.

"Aleysa, Catline. Nenek mau bicara sama kalian berdua bisa?"

Catline hanya terdiam saja. Karena dia masih menangisi makam Ayahnya sambil mengusap batu nisannya. Hingga akhirnya Aleysa yang menjawab pertanyaan Nenek dari Hans.

"Maaf ya Nek atas sikapnya Catline barusan."

"Iya, ga apa-apa. Nenek mengerti kok gimana perasaan Catline sekarang ini."

"Iya, makasih Nek. Oh iya Nek, tadi Nenek mau bicara apa?"

"Ini, Nenek mau ajak kalian berdua tinggal di rumah Nenek. Kalian berdua mau kan? Kan kamu udah jadi istrinya Hans. Berarti kalian udah jadi cucu Nenek juga."

Aleysa langsung melirik ke arah Hans. Hans justru mengekpresikan wajah yang tidak suka dengan keputusan Neneknya kali ini. Hingga akhirnya Aleysa merasa tidak enak untuk menerima tawaran dari Neneknya Hans itu. Begitupun dengan Emily. Emily sangat emosi mendengar penawaran dari Neneknya Hans barusan.

"Neneknya Hans itu apa-apaan si. Kenapa dia tawarin pelakor sama adiknya itu tinggal di rumah Hans. Bukannya dia udah setuju sama hubungan aku dan Hans ya," ucap Emily di dalam hatinya.

"Sebelumnya terima kasih banyak, Nek. Tapi kayanya ga perlu deh Nek. Aku bisa tinggal sama Catline berdua di rumah Ayah."

"Kamu ini bagaimana si. Kalo kamu tinggal di rumah kamu, Hans tinggal di rumah Nenek, itu pernikahan kalian berdua bagaimana? Pokoknya Nenek ga mau dengar penolakan dari kalian berdua. Kalian berdua harus tinggal di rumah Nenek. Titk."

Aleysa sekarang juga tidak bisa membantah permintaan Neneknya Hans begitu saja. Aleysa hanya bisa mematuhinya. Emily yang emosi langsung menarik Hans untuk menjauh dari yang lainnya.

"Kamu itu apa-apaan si. Kenapa kamu tarik-tarik aku kaya gini?" tanya Hans.

"Kamu dengar ga tadi Nenek bilang apa? Kok kamu ga ngelawan si? Kenapa kamu ga tolak permintaan Nenek? Kenapa kamu diam aja? Atau jangan-jangan kamu juga suka ya sama cewek itu?"

"Apa? Kamu udah gila kali ya? Ya engga lah. Masa aku suka sama cewek kaya gitu. Aku itu cuma suka, cinta sama kamu sayang. Tapi mau gimana lagi? Kamu tau sendiri kan kalo Nenek udah buat keputusan itu ga ada yang bisa ngebantah."

"Tapi kalo dia tinggal sama kamu, kalo kamu lama-lama suka sama dia gimana?"

Hans memegang tangan Emily dengan sangat lembutnya sambil memandangnya dengan tatapan gemas. Sikap Emily yang cemburuan seperti itu yang membuat Hans justru semakin mencintainya.

"Sayang. Ga akan lah aku suka sama dia. Aku cuma cinta sama kamu. Selama ini cuma kamu yang ada di hati aku. Dan aku janji, aku ga akan di rumah terus. Aku akan sengaja nginap di apartemen kamu. Gimana?"

"Kamu janji ya?"

"Iya aku janji sayang. Udah dong jangan marah lagi kaya gini."

"Iya. Aku ga marah lagi kok."

Emily memeluk Hans dengan sangat eratnya. Tega-teganya Hans masih memiliki hubungan dengan wanita lain di belakang istrinya sendiri. Walaupun Aleysa mungkin masih belum memiliki rasa dengan Hans, tetapi ketika dia melihatnya, pasti Aleysa akan sakit hati melihat kedekatan mereka berdua.

"Yaudah kalo gitu sekarang kita kembali ke sana yuk," ajak Hans.

"Iya, ayo."

Hans dan Emily kembali ke makam Ayahnya Aleysa dan Catline. Ternyata ketika mereka berdua kembali, semua orang yang ada di sana melihat kedekatan Hans dan Emily. Bagaimana tidak, sekarang ini Hans menggandeng tangan Emily dengan sangat romantis.

"Hans. Kamu itu apa-apaan si. Kenapa kamu justru gandengan tangan seperti itu sama Emily? Kamu sekarang ini udah punya istri. Kamu harus bisa jaga hati istri kamu dong," bentak Neneknya Hans.

-TBC-