"Susah ngebilangin mereka, Den. Bapak juga udah capek nasehatin, sehari didengar besoknya gitu lagi," timpal salah satu warga yang tengah mengopi, karena tidak sengaja mendengar ucapan Raizel.
"Tapi, Pak. Itu bahaya kalo terus dibiarin" balas Raizel
"Iya, Den. Mau gimana lagi, susah anak-anak sini mah kalo dikasi tau" jawabnya, seraya meminum kopi.
Raizel terus saja melihat ke arah anak-anak itu, karena mereka mengucapkan matra lebih dari 3X maka yang datang bukan hanya jalangkung saja. Namun justru mahluk tak kasat mata yang tadinya hanya sekedar lewat dan mendengar mantra itu.
Alhasil merekapun ikut menghadiri undangan tersebut.
Saleh tadinya ingin cepat- cepat mengajak Raizel dan teman-temannya untuk pulang ke rumahnya.
Namun, karena pertanyaan Raizel yang menarik perhatian semua orang, membuatnya lupa akan hal itu.
Saleh, dan Egy juga yang lain memperhatikan Raizel yang terus saja memandangi kearah anak-anak yang tengah bermain jalangkung di sana.
Siapa sangka, mantra yang tadinya hanya menjadi sebuah lelucon dan permainan bagi mereka, justru mendatangkan banyak sekali mahluk gaib.
Satu persatu mahluk, jin , dan siluman mulai berdatangan dari jarak yang berbeda-beda. Bahkan sosok yang tak asing bagi Raizel pun ikut datang yaitu Genderuwo.
"Rai ... jangan bilang, lo lihat sesuatu lagi?" bisik Egy sedikit menempelkan kepalanya pada Raizel.
"Iya Gy, lo bener ... gue lihat sesuatu" jawab Raizel menatap mata Egy.
Egy yang mendengar jawabannya hanya bisa melihat mata Raizel yang yakin.
Dan Egy juga diam tidak berniat mengatakan apapun lagi.
Banyak juga sosok aneh yang baru pertama kali dilihatnya, karena ini di desa dan dekat perhutanan, membuat desa Bagaharuni, kental dengan mahluk seperti itu.
Lapangan saat ini, dengan cepat seakan berubah menjadi seperti tempat reunian para mahluk halus.
"Pak, boleh saya tegur nggak anak-anak itu?" ijin Raizel terus fokus memperhatikan anak-anak yang terus membaca mantra terlarang di sana.
"Boleh, Den. Silahkan" jawab Talam.
Raizel sudah mengumpulkan niat untuk menemui anak-anak itu, yang berarti dia juga akan bersiap bercampur bersama banyaknya mahluk astral yang ada di lapangan.
Saat Raizel akan mengambil langkah pertamanya untuk menghampiri mereka. Bersama dengan itu, sebuah bola melayang dan tepat mengenai mainan Jalangkung mereka. Karena hal itu juga, mereka berhenti membaca mantra.
"Kak! Hati-hati dong! Kita kan lagi mainan" protes salah satu anak laki-laki berumur 15 tahun yang bernama Bondan, tidak senang karena mainannya terhantam oleh bola.
"Maaf Kakak nggak sengaja .... Kalian pindah aja mainnya, di deket warung tuh biar nggak kena lagi" jawab remaja laki-laki yang berumur 19 tahun bernama Andri.
Anak-anak itu menuruti saran dari Andri untuk berpindah tempat bermain. Mereka berpindah di dekat warung, mungkin dua meter dari tempat Saleh berdiri bersama Sri.
"Jalangkung-jalangkung di sini ada pesta ... pestanya kecil-kecilan ....
Berangkat tak dijemput ... pulang tak diantar."
Mereka pun melanjutkan membaca mantranya, untuk meneruskan bermain.
Itu jelas menyebabkan, datang lagi dan lagi berbagai mahluk gaib, dan juga membuat semakin bertambah jumlah mereka.
"Hei! Kalian berhenti ....
Jangan mainan kaya gitu.
Ini udah malam, bukannya pulang malah mainan nggak jelas!" seru Talam pada kelompok anak tersebut.
"Nanti, Pak. Nanggung ...." jawab Reza yang tidak lain adalah teman Bondan, juga anak yang ikut andil permainan Jalangkung saat ini.
"Nanggung apa? Nanti kalo datang beneran ... kapok kalian!" ujar Talam lagi, sedikit menggertak.
"Alah itu hanya mitos, Pak" jawab Bondan menyangkal.
Mereka mengira mantra dan jalangkung itu hanya mitos? Padahal, sejak awal setelah mereka membaca mantranya 3X saja. Jalangkung sudah hadir, bahkan jaraknya tidak jauh dari tempat mereka duduk bersila sebelumnya.
Raizel benar tidak habis pikir, ternyata anak-anak desa tersebut memang sangat susah untuk dinasehati. Hingga perkataan orang tua saja, mereka berani menyangkal dengan tidak hormat.
Karena Raizel yang sudah tidak kuat melihat banyaknya setan dan siluman yang datang bergiliran, dari arah berbeda-beda.
Dia memberanikan diri untuk menghampiri anak-anak nakal tersebut.
"Kalian sebenernya lagi ngapain sih? Kalian mainan kaya gini emang nggak takut?" tanya Raizel sedikit menunduk untuk menatap setiap wajah dari anak-anak yang susah dinasehati itu.
Sontak mereka menoleh ke arahnya, lalu berdiri, Ikut berbalik menatap wajahnya.
"Kakak siapa? Kakak orang kota, kan? Orang kota tau apa sih tentang kaya gitu? Haha ... kalaupun dikasih lihat juga nanti kencing duluan di celana" hina salah satu anak yang memang terkenal lebih nakal dikalangan umurnya.
Dia adalah Bondan.
Karena perkataan Bondan, membuat anak-anak yang lain menertawai Raizel.
Saleh tentu tidak bisa diam melihat Raizel yang diolok-olok oleh anak dari desanya itu.
"Kalian bener-bener nggak Sopan! Kalian nggak boleh ngomong kaya gitu sama orang yang lebih tua!" seru Saleh memarahi dengan nada tinggi, membuat anak-anak itu terdiam seketika.
Para orang dewasa yang tengah mengopi juga ikut menatap tajam pada anak-anak tersebut, mereka juga tidak suka terhadap beberapa sikap anak-anak di desa mereka yang terlalu berani.
"Maaf kak ... kita cuma pengen main-main aja kok, lagian jalangkungnya juga belum tentu dateng beneran" ucap Reza menunduk meminta maaf pada Raizel.
Sedangkan Bondan. Ia memutar bola matanya malas, melihat permintaan maaf kawannya.
"Terus ... sekarang dia udah dateng, bahkan mahluk selain Jalangkung juga banyak yang dateng buat menghadiri undangan kalian.
Terus, sekarang mereka disuruh ngapain?" jelas Raizel, ia terpaksa memberi tahu yang sebenarnya. Supaya para anak-anak ini bisa berhenti bermain permainan keramat yang terlarang.
Para bapak-bapak termasuk Talam juga Saleh, apa lagi Egy dan teman-temannya terkejut mendengar pernyataan Raizel.
Bahkan ada juga yang sedang menyruput kopinya, begitu mendengar perkataan Raizel. Ia menyemburkan air kopi yang sudah ada di dalam mulutnya.
Kemudian mereka tercengang menatap Raizel.
Para anak-anak ini sepertinya mulai Takut, termasuk Bondan. Ya, padahal dari tadi Bondan masih saja terus menggenggam mainan Jalangkungnya, begitu mendengar apa yang dikatakan Raizel. Tangannya mulai gemetaran dan memutuskan menjatuhkan mainan Jalangkung itu.
"Apa lo bilang Rai ...? Mereka udah pada dateng?" tanya Vano, dengan mata membulat kaget, mereka menatap wajah Raizel dari samping.
Semua yang ada di situ, saling bertatap-tapan mata.
Sri, Saleh, Talam dan para orang dewasa yang ada di sana semua sangat menanti jawaban Raizel.
"Iya ... mereka sudah pada dateng, bukan maksud saya buat nakut-nakutin tapi ... memang adanya seperti itu."
Sri terkejut dan mulai menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangan.
Semua orang yang ada di situ mulai menelan ludah mereka. Cindy yang mulai ketakutan mendekat kepada Vano dan merangkul tangan Vano, begitupun juga Caca kepada Egy.
Terkecuali Diva, Diva hanya diam fokus menatap Raizel, sembari tangannya menggenggam plastik hitam kecil yang berisi Plester, kapas dan betadine.