"Alah! Kamu tau apa? Emang kamu siapa sok sok'an bilang mereka udah pada dateng ...."
Suara meremehkan dari seorang remaja yang tiba-tiba datang berhasil menarik perhatian setiap orang.
Dia berjalan bersama sembilan temannya, ia bernama Haikal.
Dan tentu, dari kesembilan temannya ada Andri salah satunya.
Ternyata mereka adalah pemuda yang tengah bermain Bola, saat awal Raizel dan yang lainnya datang.
"Kamu siapa hah! ... kamu Indigo? Kalo bukan Indigo nggak usah ngaku-ngaku bisa lihat kaya gituan lah! bikin Ricuh aja. Baru pendatang aja udah berani sok-sokan ngaku Indigo" cela Haikal pada Raizel.
Raizel hanya terdiam, membiarkan Haikal menghinanya. Raizel rasa tidak perlu ia mengatakan dirinya siapa, Karena baginya, hal yang penting sekarang adalah membuat para hantu yang ada di sana pergi.
Raizel cukup hanya menatap datar wajah Haikal.
"Kenapa diem? Ngaku kan? Udah jangan pada percaya sama dia" oceh Haikal lagi, seraya telunjuknya menunjuk Kening Raizel.
"Dia ini cuma pura-pura ....
Kalo benar ada, coba tunjuk di mana? Mana hantunya, mana setannya? Sini suruh pukul aku!" tantangnya.
Tentu perbuatan Haikal membuat semua orang yang ada di sana marah, namun mereka masih diam menahan amarah mereka masing-masing.
Terlihat dari alis mereka yang sudah mengkerut hampir berbentuk seperti huruf 'V' terkecuali Egy dan Vano, mereka berdua justru sudah mengepalkan tangan.
Tidak kuat ingin sekali menghantam Haikal, karena ulahnya yang begitu memancing konflik.
Tiba-tiba ....
Ada sosok wanita seperti kuntilanak, namun ia memakai baju putih dan roknya abu-abu.
Pakaian ciri khas seragam anak SMA rambutnya yang kusut menutupi seluruh parasnya.
Hanya saja, yang mencolok bagi Raizel, kenapa perutnya yang buncit, besar layaknya sedang hamil.
Berjalan mengapung menghampiri Raizel dan Haikal.
Lalu berhenti di belakang tubuh Haikal.
"Kamu diem aja? Mana coba tunjuk setannya ....
Jangan bisanya cuma ngaku-ngaku aja kamu, hahaha ... dasar halu" oceh Haikal terus saja memancing emosi.
"Dia ada di belakang kamu" jawab Raizel singkat, membuat Haikal yang tengah tertawa terbahak-bahak, tiba-tiba berhenti.
"Kamu bilang apa? Ada dinbelakang aku? Wahahahaha ... ngaco banget kamu!" Haikal mendorong Raizel dengan kuat, hingga Raizel terhempas mundur nyaris terjatuh karenanya.
Namun, ternyata tubuhnya ditahan oleh Vano, menyebabkan Raizel tidak jadi terjatuh.
"Eh lo! Kalo mau ngajak brantem nggak usah banyak bacot lo!" seru Vano yang sudah tidak tahan lagi, membiarkan sikap Haikal semena mena terhadap temannya.
"Wow wow wow ... slow. Kamu itu pendatang, jangan macem-macem, aku ,kan ndorong dia." Lagi-lagi Haikal menunjuk tepat ke arah Kening Raizel.
"Tapi kenapa, justru kamu yang marah?" lanjut Haikal kepada Vano.
Raizel mengerutkan keningnya, masih mencoba mengontrol emosi yang akan membludak keluar.
"Bener-bener nih orang ... ngajak bra-]" Vano sudah menggulung baju lengannya dan bersiap untuk meninju Haikal, tapi dengan cepat Raizel menahan Vano.
"Van sabar Van sabar. Biarin, jangan sampe tangan lo kotor karena dia" kata Raizel, mencoba menenangkan Vano.
Para orang dewasa yang asli penduduk desa Bagaharuni, hanya diam menonton. Tapi memang mereka juga sudah sering dibuat Emosi oleh Haikal.
Haikal adalah anak dari juragan ikan yang kaya di desa ini, ayahnya juga sifatnya seperti Haikal. Semena-mena terhadap orang, bisa dibilang bahwa sikap dan sifatnya menurun kepada anaknya yaitu Haikal.
"Eh kamu bilang apa?!" Haikal meninggikan suaranya.
Raizel terus saja memperhatikan sosok kuntilanak yang seperti tengah hamil itu, ia masih berdiri mengapung di belakang Haikal.
"Kalo kamu beneran indigo! Ayo mana hantunya ... tunjuk sini, kasih tau kita semua" tantang Haikal
"Udah gue bilang! Dia ada di belakang lo!" jawab Raizel tidak lagi memakai kata 'aku dan kamu' karena emosi.
"Hahaha ngarang ... ngarang ....ana sini, suruh pukul aku kalo beneran ada di belakang aku, sini!" tantang Haikal lagi, meremehkan pernyataan Raizel.
Buugh!!
Namun, siapa sangka, Kuntilanak itu benar memukul kepala Haikal. Hingga Haikal jatuh tersungkur kedepan, dan hampir bersujud di bawah kaki Raizel dan Vano.
Sontak itu membuat Raizel dan orang yang ada dibsitu terperangah kaget.
Raizel menatap hantu itu, ia benar benar tidak berfikir. Jika hantu itu benar-benar akan memukul Haikal.
"Sialan ... siapa yang mukul aku, dasar anj*ng!" umpat Haikal lalu berdiri dan memutar badannya, ke samping, ke belakang dan ke depan, mencoba mencari siapa orang yang berani memukulnnya barusan.
Raizel yang menyaksikan Haikal emosi, terlihat seperti orang kikuk. Karena itu, Raizel tidak kuasa untuk menahan tawanya.
"Pppppppptttffffffhhh ... Hahahaa ...."
"Apa kamu! Berani kamu ngetawaim aku. Mau aku tonjok hah!" hardik Haikal yang emosinya menjadi-jadi karena ditertawakan.
"Kan tadi kamu suruh aku bilang ... Di mana hantunya. Giliran aku bilang ada di belakang kamu.
Kamu nggak percaya, terus kalo emang ada, kamu suruh dia mukul buat bukti ....
Dan sekarang dia udah mukul kamu, tapi kamu masih nanya dan nyari siapa yang mukul kamu barusan? Hahaha ... konyol banget," ejek Raizel penuh kepuasan.
Begitu juga Vano, Egy dan teman-temannya yang lain, mereka bahkan ada yang berusaha menahan tawanya.
Karena Haikal merasa dipermalukan.
Ia mengepalkan tanganya.
"Brengsek!" Dia menarik kerah baju Raizel, lalu berbalik badan dan mendorongnya dengan kuat ke belakang.
Yang di mana itu adalah posisi awalnya saat ia dipukul oleh Kuntilanak sragam SMA tadi.
Raizel jatuh dengan posisi duduk.
Egy dan Vano dengan sigap ingin membalas perbuat Haikal, namun secara cepat. Cindy dan Caca menahan mereka.
"Oke ... kalo emang hantu itu masih ada di sini.
Sekarang dia ada dimana? Masih ada dibelakangku juga? atau dimana hah!! suruh dia mukul aku sekali lagi!! kalo dia bisa, aku bakal pergi.
Tapi ... kalo dia nggak mukul aku lagi, sebagai gantinya aku bakal mukul kamu" ujar Haikal, bersama dengan senyumannya yang mengintimidasi kepada Raizel.
Dalam jatuhnya, Raizel masih terdiam membiarkan Haikal meremehkannya.
"Mana coba? Mana? Suruh dia mukul aku lagi ... dan kamu harus inget, kalo dia nggak mukul aku, kamu yang bakal aku pukul!" gertak Haikal pada Raizel.
Tak butuh waktu lama, Raizel pun bangun dari posisi terjatuhnya, lalu matanya menatap tajam pada Haikal yang terus saja tersenyum sinis meremehkan.
Raizel juga ingin meninju dan memukul wajahnya yang menyebalkan itu, tapi ia masih berusaha menahan rasa kesal karena dirinya masih menghormati Saleh.
Bagaimanapun juga, dia memang pendatang.
Juga mengingat niat awal mereka datang ke sana adalah karena Ega.
"Aku hitung sampe tiga, kalo dalam hitungan ketiga nggak ada pukulan apapun hahaha ... kamu siap-siap aja deh!" oceh Haikal lagi.
Bersamaan dengan itu, memang Kuntilanak berseragam SMA itu masih ada di sana, di dekat Haikal. Namun, entah dia akan memukul Haikal lagi atau tidak.
Raizel juga tidak tahu.