Chereads / Misi Misteri Sang Indigo / Chapter 19 - 19. Bus Hantu

Chapter 19 - 19. Bus Hantu

Jantungnya mulai berdegup kencang karena khawatir akan sesuatu hal. Ia memutuskan untuk mengambil foto kedua, kini diarahkannya kepada semua orang yang duduk  di kursi belakang.

Tapi di cameranya memang benar-benar kosong, tidak ada seorangpun yang tertangkap Camera handponenya.

Hanya ada Saleh Saja.

Sedangkan kursi lain, semuanya tidak ada yang mendudukinya. Raizel merasa, ia terlambat menyadari sesuatu.

Raizel menatap jam yang tertera di atas wallpeper ponselnya, jamnya menunjukan pukul 19.16.

Ya. Belum terlalu malam, dan harusnya jalanan masih ramai kendaraan, tapi saat ia mengintip keluar kaca. Tak ada satu pun kendaraan yang lewat.

Untuk memastikan dugaanya, Raizel mencoba bertanya pada Vano.

"Van ... ngomong-ngomong ini busnya kok kotor dan hancur banget ya?" bisiknya.

Raizel sengaja mengatakan itu, ia benar-benar ingin mengetes jawaban Vano, sependapat atau tidak dengannya.

Namun, jawaban Vano begitu mengejutkan Raizel.

"Huus! Jangan ngomong gitu Rai .... Nggak sopan, orang bus rapih kaya gini dibilang hancur" balas Vano berbisik.

"Apa lo bilang?" ujar Raizel tidak percaya akan apa yang didengarnya.

"Gue bilang, lo jangan ngomong kaya gitu. Nggak sopan, bus rapih kaya gini dibilang kotor dan hancur ... gimana sih Rai, hadeuuh?" balas Vano memperjelas.

Raizel benar-benar tercengang mendengar jawaban Vano.

Seketika ia membeku dalam diam.

Lalu tangannya menggenggam bagian atas kursi yang ada di depannya, Raizel berniat untuk mencari tahu kenangan terakhir bus itu. Dipejamkanlah matanya dan mulai fokus.

Tidak lama setelahnya, terlihat di dalam pikirannya sebuah cuplikan kejadian. Memperlihatkan kondisi bus yang masih dalam kondisi baik, hingga semuanya berubah saat supir Bus berteriak

"Rem blong!! ... rem blong!!"

Membuat semua penumpang panik dan histeris, banyak yang menangis, ada juga yang berdo'a, sedangkan kondetur dan supir bus sibuk berargumen dan mencari cara untuk menghentikan bus.

Supir yang panik menyeimbangkan daya laju, namun semuanya sia-sia hingga bus itu keluar jalanan. Dan bus pun berakhir jatuh kedalam jurang.

Tidak kuat Raizel menyaksikan itu semua lebih lama, ia membuka mata.

Nafasnya terengah-engah karena nyok berat. Kini Ia menyadari bus yang dinaikinya seharusnya masih ada di dalam jurang, dan yang sekarang mereka naiki adalah bus hantu.

Panik gelisah tak karuan, mengisi semua yang ada di tubuhnya. Ia benar-benar takut, lalu mata Vano melirik ke arah Raizel yang ada tepat di sampingnya. Dengan cepat Vano menyadari Raizel yang sedang terengah-engah.

"Rai ... lo kenapa!! lo sakit?" tanya Vano, sedikit panik.

Raizel menoleh kearah Vano dengan manik mata yang membulat, dan keringat membasahi semua bagian wajahnya.

"Van ... Gy ... Pak Saleh, semuanya ... kita harus turun sekarang!" teriaknya mengejutkan semua temannya termasuk Saleh.

"Kenapa, Den? ada apa?" tanya Saleh berdiri.

"Iya, lo kenapa Rai!?" imbuh Egy.

Semuanya sibuk saja bertanya kenapa dan kenapa, sedangkan Raizel hampir Frustasi memikirkan bagaimana cara untuk mereka secepatnya keluar dari bus itu.

Raizel yang duduk di samping kaca, kini beranjak keluar dari tempat duduknya. Melewati Vano dan yang lain memperhatikan gerak- gerik Raizel dengan tatapan aneh.

"Udah! Ayo cepat kita harus keluar dari sini!" pekik Raizel mempertegas.

"Tapi, Den. Ini sebentar lagi sampe" kata Saleh menenangkan Raizel, dengan mengusap bahu Raizel yang sedang panik.

"Pak! Kita nggak sempet lagi buat nunggu nanti, sekarang kita harus keluar!" sargah Raizel, yang akan berlari menghampiri supir untuk memastikan supir itu seperti apa.

Karena saat dia masuk, kesalahannya adalah tidak menoleh kearah supirnya.

Namun saat Raizel hendak menghampiri supir, lengannya ditahan oleh Vano.

"Rai! Lo mau kemana!"

Tentu karena itu, ia pun berhenti.

"Van! Lepas" Raizel menepisnya, hingga membuat Vano melepaskan tangannya.

"Iya! Tapi lo mau kemana?!" bentak Vano.

"Gue mau ngelihat Supirnya buat mastiin sesuatu, dan kita harus cepet keluar dari bus ini, sekarang!" jawab Raizel menyergah Vano dengan gemetar.

"Tapi, kenapa kita harus keluar sekarang? Kenapa nggak nanti?" Vano masih saja tetap penasaran, kenapa Raizel berbuat aneh seperti itu.

"Iya kenapa harus keluar sekarang?" tanya Diva.

Saat itu Raizel benar-benar merasa putus asa, bagaimana caranya ia mengatakan ini bus hantu, dan bus yang aslinya masih ada di dalam jurang. Mulutnya sepertinya tidak bisa berbicara apa-apa lagi.

Lalu, ia memutuskan untuk berlari kedepan menghampiri supir. Berharap hantu supir masih bisa mendengarkan keinginan penumpangnya.

Dari belakang punggung Kondektur, Raizel berteriak.

"Pak! Tolong berhenti!"

Tapi supir dan kondektur bus tidak menoleh ke arahnya.

Teman-temannya menatapnya dalam diam, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Mereka hanya fokus mengamati Raizel. Termasuk Saleh.

"Pak! Tolong berhenti!" Teriaknya lebih kencang. Dan si supir itupun akhirnya menoleh ke arah Raizel.

Namun, tidak dengan kondektur busnya.

Ia masih tetap membelakangi Raizel.

Saat supir Bus menoleh ke arah Raizel, ia terkejut kaku. Terdapat kaca panjang menusuk keningnya, yang sepertinya kaca itu pecahan dari kaca depan bus. Darah membasahi wajahnya, bajunya sudah sobek dan kotor.

Raizel perlahan berjalan mundur, saat ia berbalik menghadap teman-temanya, ia menyaksikan semua penumapang yang muncul secara tiba-tiba, setelah mereka naik, tadinya masih dalam kondisi normal, sekarang mereka semua dalam kondisi hancur, penuh luka, darah dimana- mana.

Banyak serpihan kaca dan kayu menempel pada setiap bagian tubuh penumpang, kini Raizel sadar. Semua penumapan itu adalah korban dari bus ini, yang ikut terjatuh kejurang.

Vano, Egy, Saleh dan teman-temannya. Memperhatikan setiap gerak gerik Raizel, ditambah saat sang supir dan kondektur tidak memberi Respon pada Raizel tadi. Membuat mereka percaya bahwa ada yang tidak beres pada semua yang ada di bus.

Raizel benar-benar ingin pingsan saat ini. Akan tetapi, ia masih berjuang menyelamatkan diri. Dan satu-satunya jalan keluar adalah melompat dari bus.

"Kita harus lompat sekarang!" pekik Raizel, memberi perintah kepada semua teman-temanya untuk segera lompat.

"Apa!? Lompat?" teman-temannya mulai panik.

"Kenapa Rai!?" Egy bertanya padanya, dengan wajah cemas.

"Bus ini ... Bus ini... Bus ini ...," ucap Raizel dengan bimbang, membuat semua temannya penasaran.

Ia bingung bagaimana ia harus mengatakannya, karena tidak ada pilihan lain, maka dengan terpaksa dia harus jujur.

"Bus ini bus hantu! Bus ini tadi datang telat, karena mengalami kecelakaan. Terus jatuh ke jurang. Seharusnya bus ini masih ada di dalam jurang! dan sekarang, bus ini akan membawa kita untuk jatuh juga!" jelas Raizel ,dengan terpaksa ia menceritakan yang sebenarnya.

"Apa?!!" Sontak semua temannya terkejut mendengar pernyataan Raizel.

Akhirnya mereka percaya dengan kata-katanya.

karena mereka ingat bahwa temannya itu adalah seorang Indigo.

Juga. Yang pasti mereka percaya, jika Raizel tidak mungkin berbohong.

Mereka membelalakan matanya termasuk Saleh, tanpa berkata apapun.

Mereka terbujur kaku, karena panik. Sepertinya mereka juga syok dan sangat terkejut.