"Nggak punya banyak waktu lagi, ayo cepet. Kita harus lompat sebelum kita dibawa terjun ke jurang juga!" teriak Raizel, memecah lamunan mereka.
Raizel berlari ke pintu masuk paling belakang, melewati banyaknya orang yang duduk, yang dipercayai korban bus ini.
Setelah membuka pintu, Raizel berteriak.
"Ayooo! Tunggu apa lagi?"
Mereka dengan cepat berlari menghampiri Raizel ke pintu belakang bus, dan kemudian satu persatu dari mereka mulai melompat.
Caca, Vano, Diva, Saleh, Egy , Cindy dan terakhir Raizel.
Saat Raizel sudah bersiap akan melompat, supir bus yang tadinya berada di depan setir. Kini tiba-tiba sudah ada di belakang tubuh Raizel, meraih dan mencengkram tangannya dengan kuat.
Mencoba mencegah Raizel untuk melompat, supaya ikut terjun ke jurang bersamanya.
Siapa sangka, teman-temannya termasuk Saleh melihat itu dengan jelas.
Sambil terus berlari mengejar bus. Karena Raizel masih ada di dalam bus tersebut ,mereka berteriak histeris di belakang bus menyuruh Raizel untuk melompat.
Bahkan para teman perempuannya, sambil berlari mereka justru sudah menangis.
"Rai! Lompat Rai ... lompaaatt!" teriak Egy.
Lalu disusul suara Vano, yang tengah berlari di samping Egy ia'pun berteriak
"Pukul dia ... pukul Rai. Biar lo bisa lepas" titah Vano untuk memukul hantu supir yang menahan tangannya.
Raizel mengikuti saran Vano, untuk memukul bahkan ia juga menendang hantu supir itu, tapi sekeras apapun Raizel memukul dan menendangnya, dia masih saja tetap kuat mencengkram pergelangan tangannya. Seakan ia tidak merasakan sakit apapun dari pukulan Raizel.
Raizel menoleh ke arah belakang bus.
Kini terlihat semua temannya menangis seraya terus saja berlari mengejar bus, lebih tepatnya mengejarnya, termasuk Saleh.
Lagi dan lagi di saat kondisi seperti itu jalanan sepi, tak ada seorangpun dan satupun kendaraan yang melintas.
Malam ini hanya diisi, oleh suara-suara teriakan histeris yang keluar dari mulut Egy dan teman-temanya.
"Rai! Gue mohon! Lompaattt!" Pinta Diva sambil terus berlari.
"Lo harus lompat Raaii!" teriak Cindy.
"Rai, lompat Rai, lompat sekarang!" pekik Egy memohon.
"Den ... Bapak mohon lompat, Den." Saleh berlari sedikit tertinggal dari Egy dan teman-temannya, namun teriakannya jelas terdengar oleh Raizel. Saleh juga tetap berusaha untuk mengejar bus tersebut, dengan seluruh tenaga yang ia punya.
Bukan Raizel tidak mau melompat, tapi keadaannya yang membuatnya tidak bisa melakukan itu.
Mereka menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.
Sungguh sial, itu terjadi di malam hari.
Raizel terus saja memberontak dan terus mencoba memukul supir hantu itu dengan sekuat tenaga, tapi cengkramannya menambah kuat, hingga kukunya yang kotor karena tanah, sedikit menusuk pergelangan tangan Raizel yang membuat darahnya sedikit demi sedikit keluar dari dalam kulit.
"Lepas! Bego! Tangan gue sakit!" hardik Raizel, mencoba melepaskan tangannya dari genggaman hantu supir.
Lalu, ia terdiam, meneteskan air mata. Merasa bersalah, melihat teman-temannya yang terus berlari tanpa henti. Termasuk Saleh.
Laki-laki itu pun menangis, dan terus berteriak , memohon agar Raizel melompat.
"Lepasin dia woi! anj*ng!" umpat Egy.
"Lepasin Raizel! Bego lo! hantu tolol lepas!" cerca Vano.
"Raaaaiiizeeel!!!" Teriakan teman-temannya terdengar menusuk hati, tanpa lelah mereka terus saja memaksakan diri untuk berlari di belakang bus.
Demi Raizel.
Raizel mencoba mengulurkan tangannya kepada Egy dan Vano, agar mereka berdua bisa meraih tangannya dan menariknya keluar dari bus.
Egy dan Vano yang melihat Raizel mengulurkan tangan pada mereka. Lansung berinisiatif berlari lebih cepat dari sebelumnya.
Bus sudah hampir membelok untuk terjun ke jurang, namun Vano dan Egy masih berusaha untuk meraih tangan Raizel.
Dengan sekuat tenaga Raizel mendorong hantu itu hingga ia sedikit beberapa terhempas mundur dan akhirnya ia terlepas.
Bersamaan bagian depan bus yang sudah melewati jalan dan sudah hampir terjun, bersama dengannya yang masih di ambang pintu bus.
"Raizel! Lompaaatttt!" teriak Vano dan Egy kompak.
Namun ....
Bus sudah hampir sepenuhnya meluncur ke bawah, ke jurang.
"RAIIZEELLL!!!" teriakan Egy, Vano, Diva, Cindy , Caca, dan Saleh. Semakin menusuk hatinya, membuatnya berharap dirinya masih bisa selamat.
Lalu dengan kesempatan selamat hanya 5% Raizel tetap melompat.
Dan akhirnya ....
Sebelum ia ikut terjatuh ke dalam jurang bersama bus hantu tersebut.
Ternyata Vano berhasil menggapai tangan Raizel.
Raizel bergelantungan di atas jurang dengan satu tangan kanannya yang digengam oleh Vano.
Ia saksikan juga bus itu sudah terjun bebas ke dasar yang gelap dan dalam.
"Tarik ... tariiikk!" seru Egy membantu Vano menarik tubuh Raizel.
Cindy , Caca, dan Diva juga Saleh.
mereka memeluk tubuh Vano dan Egy memberikan bantuan tambahan untuk menarik Raizel ke atas.
Dan pada akhirnya, dengan bantuan semua teman-teman baiknya, Raizel selamat.
Ia duduk di atas tanah yang berumput, lebih jauh sedikit dari sisi jurang.
Pada malam itu dipenuhi kebersyukuran. Semua Teman-temanya bersorak tangis, isak, terharu karena telah berhasil menyelamatkan Raizel.
"Rai." Egy berlutut di depan Raizel.
Dan semua temannya mulai terbatuk-batuk karena lelah berlari.
"Rai ... gue seneng banget lo selamat" tutur Egy sambil menepuk pundak Raizel.
"Iya Gy, ini berkat lo ... Vano dan semuanya, makasih" jawab Raizel, berganti menepuk pundak Egy.
Egy dan semua temannya, benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menangis, karena bahagia Raizel telah selamat.
Kemudian, Egy dan Vano juga Saleh secara bergantian memeluknya.
"Den Raizel, akhirnya kamu selamat" ucap Saleh menangis.
Sedangkan Caca dan Cindy saling berpelukan, bersyukur temannya bisa selamat dari maut.
Saat Egy dan Vano juga Saleh sudah melepaskan pelukan.
Tiba-tiba ....
Dengan posisinya yang masih terduduk di atas tanah yang berumput.
Greb!
"Raizeell!!"
Dengan baju yang basah karena keringat, seorang gadis memeluknya secara tiba-tiba dan menangis. Hampir membuatnya terjatuh untuk rebahan di atas rumput, namun ia menahannya dengan satu tangan kiri.
Gadis itu yang tidak lain adalah Diva.
"Rai ... Raizel ... akhirnya .... Hiks!Akhirnya lo selamat. Gue takut banget" isaknya.
Kedua tangan Diva melingkar di leher Raizel, dan pipinya menempel di rambut belakang samping wajah Diva, menempel erat pada telinganya.
Terasa, air mata Diva membasahi rambut Raizel.
Karena terlalu dekat, sehingga aroma parfum Vanilanya masuk terhirup hidung Raizel, membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas pelukan itu.
Kemudian, kedua tanganya melingkar mendekap erat pinggang Diva, dan berkata.
"Iya, gue bersyukur ... makasih ya, udah jangan nangis lagi, gue nggak kenapa-napa."
Diva yang merasakan pelukan Raizel begitu, membuat jantung berdetak karena cinta, lalu ia mengencangkan pelukannya.
Teman-temannya tersenyum, termasuk Saleh. Di keharuan itu mereka mengusap air mata dan keringat yang bercampur membasahi leher dan baju mereka, bahkan rambut mereka juga basah.
Setelah beberapa menit. Diva melepaskan pelukannya, menatap mata Raizel dan Raizel juga melakukan hal yang sama.