Chereads / Princess Of The Night / Chapter 1 - BAB 1: kebenaran

Princess Of The Night

X_nime_tube
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 5.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB 1: kebenaran

Aku Emilia Endgard V. aku tidak tau apa maksudnya 'V', tapi seluruh keluargaku memiliki akhiran nama dengan 'V', aku hanya gadis biasa saja, setidaknya menurutku sih. aku duduk di kelas 12 di salah satu SMA Elite ternama. kehidupanku tidak berbeda dengan gadis lainnya, mungkin yang berbeda adalah, aku selalu melihat hal yang tidak dilihat oleh orang lain, selain itu aku selalu merasa aneh saat dekat dengan seseorang selain anggota keluargaku.

aneh yang aku maksud bukan seperti takut atau gugup, tapi aku merasa bahwa tenggorokan ku menjadi kering dan aku seperti merasa sangat kehausan.

oke,oke,oke... mungkin itu adalah salah satu gejala dari gugup.menurutku sih.

karena alasan itu aku mencoba sebisa mungkin untuk meminimalkan interaksi dengan orang lain. karena alasan inilah orang-orang menyebutku gadis Introvert.

tapi aku bukan Introvert oke, aku merasa senang saat di kelilingi banyak orang, dan aku juga senang bermain dengan teman-teman ku saat aku duduk di kelas 10, sebelum gejala ini muncul.

aku pernah menceritakan hal ini kepada ibuku, tapi ibu hanya tersenyum sang mengatakan 'tidak apa-apa'. aku tidak tau apa yang di maksud dengan 'tidak apa-apa'.

aghh... bodo amat. daripada mikirin itu sebaiknya aku pergi ke kantin. kantin tidak jauh dari kelasku, mungkin hanya 40 meter atau lebih.

aku berjalan agak tergesa-gesa sambil menundukkan kepala karena sedang memikirkan sesuatu.

siapa yang sangka bahwa kejadian klise dari novel romantis dapat terjadi padaku. aku menabrak seseorang dan jatuh ke belakang dengan pantatku yang mendarat terlebih dahulu.

ini menyakitkan oke.....

"dasar kikuk.."

kata-kata itu sampai ke telingaku dan saat aku mendongak untuk melihat siapa itu. yang menyambut ku adalah wajah dingin seorang pria dengan rambut hitam, tinggi sekitar 1,7m. dia adalah Valiant Eden, anak pertama dari keluarga Valiant dan pewaris satu-satunya harta kekayaan keluarga Valiant.

keluarga Valiant merupakan keluarga ke dua terkaya di negara ini dengan aset kekayaan milyaran dolar.

dan untukku?. yah, aku adalah putri satu-satunya dari keluarga Endgard. aku bahkan tidak tau seberapa kayanya keluargaku, dari yang aku ketahui sepertinya cukup mampu.

Eden:"apa kamu beharap supaya aku membantumu berdiri?"

Emilia:"tidak perlu, aku bisa sendiri. hump..."

menyebalkan... bagaimana bisa ada orang yang begitu menyebalkan.

aku berjalan pergi melewatinya tanpa meliriknya.

"oee...Emi..."

ada gadis cantik dengan rambut di ikat kuncir kuda yang melambaikan tangannya dengan semangat ke arahku. dia cukup tinggi sekitar 1,67m lebih tinggi 5cm dariku.

aku mempercepat langkahku dan menghampirinya. gadis itu memelukku dan menepuk kepalaku.

Emilia:"Lila... aku bukan gadis kecil oke"

Lila Turmfalke. sahabatku sejak kecil, rumahnya ada di perumahan mewah terbaik di negeri ini. jadi, dia juga termasuk keluarga kaya.

hanya di dekatnya aku tidak merasakan perasaan aneh itu, justru saat di dekatnya aku merasakan keakraban dan kenyamanan.

Lila:"um...um... kamu sudah dewasa tapi belum sepenuhnya"

apa apaan itu, tapi setidaknya berhentilah menyodok pipiku saat bicara.

Emilia:"kita seusia oke!, dan berhentilah menyodok pipiku"

Lila:" tapi pipimu begitu lembut...aku ingin mencubitnya"

jangan lakukan itu oke!. aku mendorongnya menjauh dan melanjutkan perjalanan ke kantin.

yah walaupun aku tidak mengatakannya, Lila akan mengerti bahwa aku mengajak nya ke kantin hanya dengan meliriknya.

menyebalkan, saat makan siang seperti ini kantin akan penuh dengan orang-orang.

Lila:"gimana?. mau memesan ruang pribadi?"

Emilia:"um.. oke"

ruang pribadi di sediakan untuk siswa yang ingin mendapatkan privasi. biaya satu ruang pribadi tidak termasuk hidangan yang di pesan sekitar $100, dan akan mendapatkan pelayan pribadi.

harganya cukup murah dan ruangannya nyaman seperti restoran bintang 5. dan aku sering memesan ruang pribadi saat kantin ramai.

kami menghampiri seorang pelayan wanita dan melakukan pemesanan ruang pribadi serta memesan hidangan untuk di antarkan ke dalam ruang pribadi.

kami masuk dan duduk dengan nyaman di dalam ruang pribadi.

Lila:"hei..hei aku tadi melihatmu berbicara dengan bintang sekolah. apa kalian akrab?"

Emilia:"omong kosong macam apa yang kamu bicarakan"

akrab?, dengan orang itu?. lupakan saja. bahkan jika kepalaku terbentur aku tidak akan mau akrab dengan orang menyebalkan itu.

Lila:"baik,baik"

wajah itu, wajah yang menunjukkan ketidak percayaan. dasar Lila, dia selau menggangguku. tapi dia sebenarnya sangat baik dan sering membantuku jika aku dalam masalah.

tok..tok...tok.

"permisi... bolehkah saya mengantarkan hidangan nya sekarang"

aku mendengar suara ketukan di ikuti dengan suara seorang yang sepertinya pelayan.

Lila menekan sebuah tombol di remote kecil yang terletak di samping meja. setelah tombol itu di tekan, lampu yang terdapat di atas pintu yang awalnya merah berubah menjadi hijau.

untuk menjaga privasi pengguna ruangan, pelayan akan dengan berhati-hati sebelum masuk ke ruangan. biasanya mereka akan menunggu lampu merah berubah menjadi hijau yang tandanya pintu tidak di kunci dan dia di izinkan masuk.

pelayan itu mengenakan pakaian butler hitam putih dengan nampan makanan di tangannya.

dia meletakkan makanan dan minuman di atas meja tanpa sepatah katapun tetapi dengan senyum di wajahnya.

selesai meletakkan makanan, pelayan membungkuk dengan sopan dan pergi meninggalkan ruangan. remote kembali di tekan dan lampu berubah kembali menjadi merah.

makanan yang aku pesan adalah gnocchi la bonnote. saat aku memasukkannya ke mulutku aku terkejut.

uhuk...uhuk..uhuk..

Lila:"Emi, ada apa?"

Lila bertanya dengan panik sambil menyerahkan tisu ke padaku. aku mengusap mulutku dengan tisu dan melihat apakah ada yang salah dengan makanan ini.

Emilia:" aku baik-baik saja, hanya.... rasa makanannya benar-benar membuatku jijik"

aneh, aku sering memakan makanan ini dan menyukainya, tapi hari ini aku merasakan makanan ini berubah menjadi seperti sampah.

Lila melirik makanan yang aku pesan dan sedikit mengerutkan kening dan menatapku.

apa, kenapa kamu menatapku seperti itu?.

Lila:"sepertinya sudah saatnya untuk upacara kedewasaan"

Emilia:"apa maksudmu?"

membingungkan sekali, bisakah kamu tidak bertindak misterius?. ini benar-benar tidak cocok untuk mu.

Lila:"malam ini"

Lila menatapku dengan serius yang tidak dapat di jelaskan. aghh... kamu benar-benar membuatku gila dengan sikap misterius mu ini. bodo amat lah, lagian aku tidak peduli juga.

Lila:" aku akan memesankan mu makanan yang baru"

Emilia:"oke"

Lila mengulurkan tangannya untuk mengambil sebuah tablet hitam di samping kiri meja dengan merek yang tidak di ketahui. dia membuka antar muka tablet yang menunjukkan berbagai makanan dan minuman yang tersedia. tinggal pilih dan pesanan akan disampaikan kepada pelayan di kantin untuk langsung di antarkan.

pelayan:"permisi boleh_"

sebelum pelayan itu selesai bicara, pintu ruangan telah di buka dari dalam.

Lila:"terima kasih. kamu bisa segera kembali"

pelayan menyerahkan hidangan dan membungkuk lalu pergi.

Lila:"ini makanlah"

berjalan sambil menutup pintu dengan kaki dan menyerahkan makanan kepada ku. jika aku ingin mengatakan, itu benar-benar bukan sikap yang elegan. tapi jika aku mengatakan itu, dia pasti hanya akan menjawab 'ahh....omong kosong'

Emilia:"makasih"

hidangan yang di pesan adalah wangyu Kobe steak rare. jujur aku kurang suka steak rare tapi hari ini makanan ini terlihat sangat enak dan aromanya membuatku nafsu makan.

Lila membersihkan mulutnya dengan tisu dan bersiap untuk pergi.

Lila:"habiskan dulu, aku mau ke kelas"

Emilia:"eh... kamu akan meninggalkanku sendiri?"

Lila:" Puff... apa-apaan wajah memelas mu itu, kamu terlihat seperti anjing yang akan di tinggalkan majikan nya"

huhh... anjing apaan. dan walaupun aku anjing kamu nggak akan jadi majikannya. aku tahu bahwa Lila takut anjing. menoleh dan melanjutkan makanku.

Lila:"oh ya, sampai jumpa nanti malam"

Emilia:"hei... tung_"

nanti malam?, ada apa dengan nanti malam?. aku ingin menanyakan itu, tapi dia sudah melambaikan tangannya dan pergi. sudahlah, jika benar, nanti malam juga tahu sendiri.