kembali ke kelas, seperti biasanya yang ada hanya beberapa anak yang sedang ngobrol gak jelas. sebenarnya aku nggak mau kembali ke kelas. melihat orang-orang itu, aku benar-benar merasa bahwa bibir dan tenggorokanku kering.
bel berbunyi dan tanda bahwa waktu makan siang sudah berakhir, banyak orang yang mulai memasuki kelas dan penderitaan ku akan di mulai. aku ingin pulang.....
haus... lapar.... kering... seluruh tubuhku menjadi panas, apa-apaan ini, aku seperti sedang berjalan di gurun. lebih anehnya lagi aku melihat aliran darah merah di sekujur tubuh mereka. jangan di lihat, jangan di lihat.
aku menundukkan kepalaku dan menggigit bibir bawah ku dengan erat. mengepalkan tinju di bawah meja hingga urat-urat hijau menyembul dari kulit. aku, aku, aku tidak tahan lagi.
tap....
Emilia:"hiyaaa...."
tiba-tiba ada seorang perempuan yang menyentuh pundak ku. sentuhan itu meski lembut, tapi ini seperti air panas yang menyiram pundak ku.
"kyaaaa..., ada apa, kenapa kamu berteriak?. huh....kamu membuatku terkejut. ada apa?. kamu sepertinya sedang tidak enak badan, apa kamu mau ku antar ke ruang kesehatan?"
Emilia"a, aku gak apa-apa"
lepas, lepaskan tangan mu dari pundakku. ini benar-benar tidak baik. aroma tu, tubuhnya enak sekali. apa yang aku pikirkan lupakan, lupakan. ugh.. pikiranku kacau.
"apa kamu yakin?. tapi badan mu sangat panas"
Emilia:a, aku baik-baik saja. aku akan pergi ke ruang kesehatan sendiri. permisi"
aku berdiri dan dengan cepat melarikan diri ke luar kelas. jika tidak segera pergi aku merasa akan terjadi hal yang buruk.
aku pergi ke beberapa belokan, tapi tubuhku segera menjadi lemas, kepalaku pusing.
Lila:"Emi... ini minumlah"
aku tidak tau kapan Lila datang. dia tiba-tiba memegangi tubuhku dan memberikan sesuatu untuk ku minum.
Emilia:"um"
karena pikiranku sedang kacau, aku tanpa pikir panjang langsung memasukkan cairan itu ke dalam mulutku saat itulah sensasi dingin menyebar ke seluruh tubuh dan perlahan mengusir panas dan kelemahan dari tubuhku
Emilia:"makasih Lila"
aku tidak tau minuman apa yang aku minum, tapi apa peduliku. yang penting minuman itu sudah membantuku.
Lila:" um.....ayo, aku akan mengantarmu pulang"
Emilia:"oke"
meski Lila kadang-kadang nyebelin, tapi saat aku butuh bantuan dia akan selalu ada.
aku menunggu Lila di gerbang depan, dia sedang mengambil mobil dari parkiran.
lima menit kemudian terlihat mobil berwarna putih dengan lambang perisai dan benteng emas di bagian depan.
Lamborghini Sian. mobil yang sering dia pakai. sebenarnya sia-sia juga dia menggunakan mobil sport. orang yang takut berkendara cepat menggunakan mobil sport. baik, jangan pikirkan atau kamu akan tertawa sampai mati.
Lila:"kenapa kamu senyum-senyum seperti orang bodoh?... ayo cepat"
Emilia:"kenapa harus buru-buru?. bukannya kamu pakek mobil sport?"
aku masuk dan duduk di samping nya. sambil tersenyum main-main dan bertanya tanpa niat bertanya.
Lila:"entah kenapa pertanyaan mu sepertinya menghinaku"
lihatlah mata besar ber air dan wajahnya yang cemberut itu. seperti seekor kelinci yang menatapmu.
Emilia:"tidak-tidak, itu cuma perasaan mu saja"
Lila memberikan 'hump' dan menginjak pedal gas. di perjalanan masih ramai karena masih jam makan siang. untuk mengisi waktu perjalanan, Lila mengajakku membicarakan hal-hal yang tidak penting.
aku lapar padahal baru makan siang, tapi rasa lapar ini muncul lagi. huh... kenapa lama sekali sampainya, mungkin main game sebentar bisa menghilangkan rasa lapar. tiba-tiba telepon genggam di tangan ku berdering dan saat aku memeriksanya, ternyata yang melakukan panggilan adalah ibu.
Emilia:"hallo.. ibu, ada apa?"
"sayang, hari ini ibu dan ayah tidak ada di rumah. tapi jangan khawatir, Lila akan mengantarmu ke tempat ayah dan ibu, jadi ikuti saja dia"
Emilia:"eh... tapi bu_"
"bye sayang, ibu akan menunggumu"
ibu selalu seenaknya saja, menyuruh melakukan sesuatu tanpa memberikan penjelasan.
Emilia:"hey, Lila. kemana kita akan pergi?"
Lila:"ke pesta perayaan kedewasaan mu"
aku jadi ingat bahwa Lila pernah mengatakan bahwa aku belum melakukan upacara kedewasaan. apa itu upacara kedewasaan?. apakah itu..... tidak, tidak mungkin. tapi...
Emilia:"Lila... anu, tentang upacara kedewasaan"
Lila:"ada apa?"
Emilia:"apa itu seperti yang aku bayangkan"
aku pernah melihat upacara kedewasaan di internet. ada yang menggunakan semut dan sebagainya. aku tidak mau sakit oke!.
tuk.....
Emilia:"ouch.... apa yang kamu lakukan dengan menjitak kepalaku?"
Lila:"dan lagian apa yang kamu pikirkan di kepala kecil mu itu. upacara kedewasaan adalah upacara bagi kaum kita. dan upacara kedewasaan sama seperti ulang tahun".
Emilia:"tapi ulang tahun ku masih dua bulan lagi. apa ibu salah menghitung?"
Lila:"tidak. perhitungannya sudah benar. sebenarnya ulang tahunmu adalah hari ini malam gerhana tanpa bintang. yang hanya terjadi setiap beberapa dekade sekali".
apa itu. itu terdengar menyeramkan dan menakutkan. tunggu, tunggu.... orang tuaku bukan sekte sesat kan?. tidak, tidak, ini tidak mungkin. orang tuaku adalah orang yang baik.
Emilia:"anu, Lila. ini bukan acara sekte tertentu kan?".
Lila meminggirkan mobil dan berhenti, lalu menatapku seperti melihat orang bodoh. tatapan mu, tatapan mu sangat menyakitkan. aku bukan orang bodoh, kenapa kamu menatapku seperti itu?.
Lila:"apa kamu menonton film horor akhir-akhir ini?"
Emilia:"eh..em... kurasa iya beberapa, kenapa?"
Lila:"pantas saja"
apa, kenapa, apa hubungannya?. Lila benar-benar menyebalkan, dengan menjual kata-katanya dia sukses membuatku penasaran.
Emilia:"kenapa, ada apa?"
Lila:"karena itulah kenapa kepala kecilmu bisa berisi hal-hal aneh"
Lila menepuk bagian atas kepala ku dan pergi melanjutkan perjalanan. setelah sekitar tiga jam kami berhenti di depan gerbang sebuah villa bergaya Eropa mewah berlantai tiga di pinggir kota.
villa itu memiliki dinding putih bersih dan atap berwarna abu-abu. setelah memasuki gerbang, yang aku lihat hanyalah deretan mobil-mobil mewah dan salah satu nya adalah mobil Rolls Royce Sweptail berwarna hitam yang tidak asing.
mobil itu adalah milik ayah. mobil itu biasanya ada di garasi karena jarang di pakai. aku tidak tau berapa harganya tapi saat aku menaikinya rasanya cukup nyaman.
Emilia:" sepertinya di dalam ada banyak orang"
Lila:" tentu saja banyak. ayah dan ibu ku juga datang"
eh, apa orang tuaku mengenal ayah dan ibunya Lila. kenapa aku tidak tau, hubungan antar orang memang rumit.
aku berjalan memasuki pintu dan mendengar banyak suara yang sedang mengobrol dan tertawa bersama. ini seperti reuni Keluarga.
tunggu sebentar, jika aku masuk sekarang apakah gejala itu akan muncul lagi?. tidak, tidak, sebaiknya aku tidak masuk.
seperti melihat keraguan ku Lila menggenggam tangan ku dan menariknya masuk. di dalam aku melihat sekitar sepuluh orang dengan pakaian yang rapi berwarna hitam. ahh... sial ini benar-benar terlihat seperti sekte.
"sayang, kamu sudah tiba"
seorang wanita cantik dengan rambut ikal datang dan menghampiriku. wajahnya cantik,, kulitnya putih dan halus seperti porselen, tangan ramping dan lembut, dia terlihat seperti gadis berusia di awal dua puluh tahun.
tapi jangan tertipu oke. dia sebenarnya berusia lebih dari tiga puluh tahun. ya, dia adalah ibuku.
namanya adalah Rose Blutige.
Rose:"sebelum yang lain datang kamu bisa istirahat di kamar. Sauvell, antarkan Emilia ke kamar"
"baik nyonya"
sauvell adalah pelayan di rumahku. dia sekitar lima puluh tahun atau lebih dengan wajah tenang dan senyum yang selalu tergantung di mulutnya.
Emilia:"um.. ibu, bisakah aku meminta Lila untuk menemaniku?"
aku harus menanyakan banyak hal pada Lila. dan juga Lila pasti mengerti lebih banyak daripada aku. setidaknya aku ingin bertanya tentang apa yang akan terjadi padaku.
Rose:"tentu. Lila sayang, kamu pergi temani Emilia ke kamarnya"
Lila:"hm"
hanya 'hm' sambil sedikit menganggukkan kepala dan pergi mengantarku ke dalam kamar.
aku tidak tahan lagi, aku harus menanyakan apa yang terjadi.
Emilia:" Lila, jujurlah, apa yang sebenarnya ingin kalian lakukan?!"