Nindy sudah berada di ruangan VIP sekarang, pria paruh baya itu tampak hanya sendirian setelah meminta Yanu untuk meninggalkan dirinya ber2 dengan Haikal yang masih terpejam.
Nindy, terdiam menatap putra satu satunya itu dengan sendu, tangannya masih setia tergenggam. Sakit sekali rasanya melihat putranya harus terbaring seperti ini.
Nindy trauma, setelah kehilangan suaminya, kini hanya Haikal yang ia punya, putra kesayangannya.
Jari Haikal bergerak, membuat Nindy terlihat senang, pria itu mengerjap kan matanya beberapa kali, berusaha membuka matanya.
Haikal berhasil membuka matanya, ia melihat sekeliling ruangan bernuansa biru itu, lalu menoleh menatap Bundanya yang terlihat senang.
"Kamu sadar sayang.." ujar Bundanya girang.
"Nda.." Haikal membuka suaranya yang terdengar serak basah. Pria itu masih lemah.
"Iya nak, Bunda disini.. apa yang sakit, hm?" tanya Bundanya.
Haikal menggeleng pelan, lalu meringis pelan, badannya terasa amat sakit.
"Badan Haikal sakit Nda.." keluh Haikal.
"Iya.. Nanti bunda panggil dokter dulu ya, sebentar.."
"Gak usah Nda.. Haikal nggak apa apa, Bunda disini aja.." cegah Haikal.
Nindy tersenyum, lalu kembali duduk, mengelus surai putra nya dengan lembut.
"Bunda khawatir banget, cepet sembuh ya sayang, Bunda gak mau liat kamu kayak gini lagi.."
"Haikal gak apa apa kok Nda... cuma pada sakit aja badannya, gak usah khawatir ya.. maafin Haikal selalu bikin Nda khawatir."
"Iya sayang, nggak apa apa.. kamu mau minum? atau apa? hm?"
"Haikal haus Nda, mau minum."
Nindy mengambil segelas air putih yang terletak dimeja dekat dengannya, lalu membantu Haikal minum.
"Shh.." ringis Haikal pelan sembari memegang dadanya yang terasa sedikit sesak.
"Sakit banget?" tanya Nindy setelah meletakkan kembali gelasnya.
"Nggak Nda."
Setelahnya Haikal kembali berbaring, memejamkan matanya, merasakan elusan lembut dari Bundanya, Haikal merasa hangat sekarang.
"Bunda minta maaf karna selalu salahin kamu," ujar Nindy.
Haikal membuka matanya lalu menatap Bundanya yang masih setia mengelus rambutnya dengan lembut.
"Bunda gak bisa maafin kesalahan mereka lagi sekarang..." lanjutnya lagi.
"Bunda harusnya lebih perhatian lagi sama kamu, bunda minta maaf ya sayang.."
Haikal hanya menatap datar, lalu beralih tatap menatap arah depan, mengingat kejadian pagi tadi bersama Andhika.
"Makam Ayah gimana Nda?" tanya Haikal kali ini menatap Bundanya.
"Sudah diperbaiki, jangan khawatir ya.."
Haikal terdiam setelah mendengar jawaban Bundanya, sejujurnya ada lagi yang ingin ia tanyakan, mengenai kondisi Andhika, apa sama seperti dia sekarang, atau Andhika baik baik saja? Namun Haikal urungkan niatnya, pun juga Andhika sudah bukan siapa siapa dia lagi, Haikal hanya tidak mau tau lagi tentang Andhika, dia sudah terlalu kecewa atas sikapnya.
"Kenapa bengong?" tanya Bunda nya pelan.
Lalu Haikal menoleh, menggeleng pelan tersenyum kecil. Tak lama ponsel Nindy berdering, wanita paruh baya itu segera berdiri mengangkat telepon yang masuk.
"Halo! Kenapa Put?" ujar Nindy dengan jelas, dan Haikal tau, Sekertaris pribadinya yang menelpon.
"Sekarang?"
".."
"Hmm.. Saya gak bisa, anak saya sakit, jadwal ulang aja pertemuannya."
".."
"Eumm.."
Haikal menatap Bundanya yang tampak kebingungan, Haikal tau bundanya harus meeting sekarang.
"Sebentar ya, saya telpon lagi.."
"Nda mau meeting?" tanya Haikal langsung.
"Iya, tapi Bunda gak mungkin tinggalin kamu sendirian."
"Nggak apa apa Nda, Haikal juga mau istirahat kayaknya," Kata Haikal meyakinkan.
"Nggak bisa, kamu harus ada yang nemenin sayang, nanti kalo kenapa kenapa gimana?"
"Nda.. Haikal udah gede, Haikal gak apa apa, Haikal baik baik aja, cuma butuh istirahat kok," Haikal berusaha meyakinkan Bundanya.
"Haikal lo udah bangun!"
Suara Yanu membuat Haikal dan Bundanya menoleh bersamaan, Haikal tersenyum.
"Sekarang ada Yanu," ujar Haikal.
"Kenapa?" tanya Yanu tampak bingung.
"Bunda mau ke kantor," jawab Haikal.
"Oh.. Kalo gitu gak apa apa Bunda, Haikal biar Yanu yang jaga, tenang aja.." imbuh Yanu.
"Meeting sama Klien Ayah kan?" tanya lagi Haikal.
Nindy mengangguk, tampak ragu, setelah akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kantor.
"Kalo gitu bunda pergi ya, jam 5 bunda pulang... kabarin bunda kalo ada apa-apa," ujar Bundanya.
"Siap Bunda! pokoknya Haikal aman selama ada Yanu!" sahut Yanu.
"Nda hati-hati ya," imbuh Haikal.
"Iya sayang, bunda pergi dulu ya, inget kabarin kalo ada apa apa."
Nindy bergegas pergi setelah 2 pria itu mengangguki ucapannya, sejujurnya Nindy ingin menemani Haikal, tapi lagi, urusan kantor belum selesai, pun juga Nindy belum bisa mengambil ijin atau cuti.