Gadis berambut pendek itu kini tengah berdiri di sebuah halte, raut wajahnya terlihat gelisah, lagi dan lagi ia mengecek ponselnya tapi tidak ada tanda tanda pesan masuk.
Nita berdecak pelan, ia terlihat cemas, pasalnya Haikal belum saja membalas pesannya.
"Kak ayo dong bales.." gumam Nita pelan.
Nita ingin menjenguk, tapi ia tidak tau dimana Haikal dirawat, rumah sakit dekat rumahnya? Tapi dimana? Rumahnya Haikal saja Nita tidak tau.
Ting!
Nita mengecek ponselnya setelah notif pesan masuk berbunyi.
'Kak Haikal'
Gadis itu merasa lega Haikal membalas pesannya, memberitahu alamat rumah dakit dimana Haikal dirawat.
Ia segera bergegas mencari taxi, menuju rumah sakit yang ia tuju.
Ternyata tak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar kurang lebih 10 menit ia sampai, dirumah sakit yang menurutnya lumayan besar.
Nita berjalan menuju ruangan VIP.
Sementara itu Haikal, memejamkan matanya, ia ingin istirahat sekarang, badannya dirasa masih sakit, apalagi dadanya, terkadang sedikit merasa sesak.
Dokter menyuruh nya untuk memakai selang oksigen, namun Haikal menolaknya, lagipula Haikal akan sembuh mungkin besok atau lusa, rasanya Haikal ingin cepat kembali kerumahnya.
"Kak Haikal.."
Haikal membuka matanya, menoleh kearah sumber suara yang tak asing, lalu ia kembali posisi duduk.
"Gue kira gak kesini," ujar Haikal.
Nita berjalan mendekati Haikal, gadis itu melihat sekeliling ruangan, lalu kembali menatap Haikal.
"Kak Haikal nggak apa-apa? Mana yang sakit?"
Demi tuhan, Haikal merasa bosan dengan pertanyaan itu, mungkin sudah lebih dari 4 kali ia mendengar.
"Separah itu ya Kak.." ujar Nita lagi.
"Gue nggak apa-apa," jawab Haikal tersenyum, lalu pria itu menyuruh Nita untuk duduk disampingnya.
"Sendirian?" Tanya Haikal.
"Iya.. tadi abis selesai kelas, niatnya mau cari bahan buat penelitian, tapi denger kabar Kak Haikal, gak jadi.."
"Lo khawatirin gue?"
"Nggak-"
Haikal tertawa melihat wajah terkejut Nita, yang menurutnya terlihat gemas.
"Iya, lagian Kak Haikal ributin apalagi sama Andhika?" Terang Nita.
"Eumm.. masalah biasa."
"Kak Haikal sendirian disini?"
"Ber2 sama bunda, tapi bunda lagi ke kantor, hp nya ketinggalan."
"Gak ada yang nemenin?"
"Nggak ada, lagian gue lebih suka sendirian."
"Kalo gitu aku ganggu Kak Haikal."
"Nggak juga!"
Nita terdiam, menunduk matanya melirik kesana kemari, rasanya canggung sekali hanya ber2 di ruangan yang sepi.
"Tadi lo cari bahan apa?" Tanya Haikal lagi.
"Penelitian, buat akhir bulan.. masih lama sih."
"Ini?"
Nita mengangguk, setelah Haikal memperlihatkan alat penelitian padanya.
"Alamat lo!"
Gadis itu mengerutkan keningnya tampak bingung, "Buat apa?",
"Ketik aja."
"Alamat rumah? Atau rumah nenek?"
"Mana aja, yang penting alamat lo."
"Eumm.. nenek aja ya, soalnya aku kan tinggal disitu..."
"Terserah."
Nita mulai mengetik alamat rumah neneknya pada ponsel Haikal, gadis itu masih belum sadar, kalau Haikal sedang memesan alat penelitian untuknya.
"Selesai!"
Nita menyerahkan ponselnya pada sang pemilik, lalu Haikal terlihat sibuk menatap ponsel.
"Done ya!" Ujar Haikal.
"Apanya?"
"Gue beli alat penelitian buat lo, nanti bakal dikirim ke alamat nenek lo," jelas Haikal.
Nita membulatkan matanya setelah sadar, ternyata Haikal membeli online barang barang penelitiannya.
"APA?!" Gadis itu berusaha mengambil ponsel Haikal.
"Batalin kak! Kenapa gak bilang aku dulu si!" Omel Nita.
"Nggak apa-apa, lagian kan lo kesini gara gara gue, gak jadi kan beli bahannya.."
"Ya tapi-"
Haikal menarik tangan Nita hingga keduanya saling beradu manik sangat dekat, kedua hidung mereka saling menempel.
Nita terdiam membulatkan matanya, ia tidak bisa berkutik saat Haikal menarik tangannya hingga membuat mereka sangat dekat.
Tak berlangsung lama, Nita tersadar, ia kembali menjauhkan dirinya mengalihkan pandangannya menatap ke arah samping, wajahnya tampak memerah.
Sementara Haikal tersenyum, melihat wajah Nita yang terlihat memerah, lucu!
"Eum.."
"Lucu.." Terang Haikal,
Nita menoleh menatap Haikal, gadis itu salah tingkah, dia mendadak merasa canggung.
Lagi lagi Haikal membuat Nita tersipu, wajahnya semakin memerah.
"Maaf.."
"Nggak, aku nggak salahin Kak Haikal, hehe.."
"Nggak apa-apa, gak usah diganti, anggep aja sebagai rasa terimakasih gue karna udah kerjain proposal gue.."
"Iya.. makasih banyak kak."
"Ngomong-ngomong gimana kuliah lo?"
"Lancar.. Kak Haikal tau gak?"
"Apa?"
"Berita Kak Haikal sama Andhika udah nyebar dikampus.. semua orang tau, trus denger denger katanya Kak Haikal di skors?"
"Gue gak tau, gue gak peduli juga."
"Kak Haikal kenapa sering banget berantem? Sebenci itu ya sama Andhika?"
"Bukan gue, tapi Andhika yang suka mancing gue.."
"Udah lama kalian gak akur?"
"Semenjak kelola kampus di alihkan ke keluarga gue, gue juga gak tau, kenapa Andhika bisa sebenci itu sama gue.."
"Gitu ya.."
"Gue selalu ngalah, tapi kesalahan Dhika kali ini gak bisa dimaafin, dia udah rusak makam Ayah.."
"Terus sekarang Kak Haikal gimana? Mau bales dendam?"
"Gue udah gak mau tau lagi tentang Dhika, gue udah gak peduli dia mau lakuin apa aja.."
".. kadang kita harus bersikap tegas, supaya yang merendahkan kita sadar.." imbuh Nita.
Haikal menatap Nita, gadis pertama yang ia kenal, Gadis pertama yang ia temui, dan gadis pertama yang dekat dengannya. Haikal tidak tau kenapa ia bisa merasa sangat nyaman saat bersama Nita, menceritakan semua masalahnya pada Gadis itu, ia selalu merasa lega, selalu dibuat tenang dengan kata kata gadis itu yang bijak.
Sejauh ini mungkin Haikal hanya menyukai sikap bijak gadis itu. Haikal berharap Nita bisa selalu berada disampingnya.