°°°
Jakarta, 17 Mei 2014
Rutinitas pagi yang terjadi disetiap harinya, tak menyurutkan suasana hati Mawar pada umumnya. Ia mulai menyiapkan keperluan sekolah untuk dikenakan secepat mungkin dan menata rapi rambut berantakannya, karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB tepat. Sekolah yang mengharuskan hadir 30 menit sebelum bel masuk berbunyi nyaring tepatnya pukul 06.30 WIB dan Ia harus bergegas cepat, melihat waktu yang terus bergulir.
Roti sandwich adalah menu sarapan kesukaan Mawar, semua yang berhubungan dengan sayur-mayur adalah kesukaannya. Anak zaman sekarang urusan sayuran sudah teramat jarang yang suka, mereka lebih menikmati daging karena tekstur dan rasanya yang cenderung lebih lezat. Berbeda dengan sayuran yang cenderung memiliki keunikan rasa dan gizi yang berbeda, plus bikin awet muda lho.
Dug...dug...dug...dug...dug
Ia berlari menuju gerbang sekolah yang sebentar lagi tertutup, kesiangan adalah hal yang memang menyebalkan, disisi lain Ia harus terburu-buru dalam berbagai hal mulai dari menaiki bus tujuan sekolahnya, ditambah kesiangan juga membuatnya harus berdesak-desakkan oleh siswa-siswi dan para pekerja kantor lainnya untuk berebut menaiki bus yang sama sepertinya. Beginilah kota Jakarta, padat akan segala aktifitasnya. Ditambah polusi dan panasnya kota ini, karena seluruh penjuru di Indonesia merantau ke Ibu kota untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Fiuh... Ia menyeka keringat, setelah lolos menghindari gerbang sekolah dengan melihat penampilannya yang sedikit berantakan setelah berlari-larian selama beberapa menit. Bel baru saja berbunyi menandakan aktifitas kelas akan segera dimulai. Sambil merapikan penampilannya, Ia pun Berjalan penuh keyakinan melewati segerombolan para cowok yang juga ingin memasuki kelas masing-masing. Beberapa cowok seangkatannya ada yang melirik dengan senyuman, sebagian yang lain bersiul menggoda.
"Eheem.. suit.. suit Mawaar"suitan cowok yang menggoda Mawar dengan sengaja.
"Aduh, neng Mawar geulis pisan teh."saut anak lainnya sambil terpukau.
"Eh, tuh si Mawar baru nyampe."kata salah satu cowok yang segerombolan itu.
"Mana-mana?"ucap cowok lain yang celingukan mencari.
"Oh, iya.. cantiknya dia nggak abis-abis ya, nggak bosen gitu liatnya."salah satu cowok menimpali.
"Walau dengan muka datarnya dia semakin terlihat menawan."ucap seorang diantara anak lain yang ikut menanggapi.
"Sayang, susah dideketin. Huft..."ujar teman disebelahnya.
"Coba dia gampang digebet."celoteh seorang diantara mereka.
"Emang lo pikir cabe-cabean main gampang gebet."celetuk temannya menimpali.
"Bagusan juga gitu, makin tambah demen nih gue."
"Aish, sama aja petruk!"
"Biasa aja lo, sewot mulu kalo bicarain Mawar."
"Abis ditolak lo sama dia? Makannya kek cewek lagi PMS."ledek temennya yang lain dan merekapun terbahak melihat ekspresi kecut temannya.
"Najis, udah ah yok. Bu Tina tuh udah keliatan."kata Dino yang menjadi sumber ledekan teman-temannya tadi.
"Yaah.. Dino kabuuur... wkwkwkwk"
"Dinooo..Dinooo.."
"Jangan ngambek dong Din, nggak asyik Lo."
"Becanda doang lho ini Din."
"Lhaaah.. Lo pada mikir apa cong? Gue mah biasa aja lho. Udah ah yuk, ntar di omelin Bu Tina baru tau rasa. Kebanyakan ngomong semua Lo pada ye."ujar Dino berpura-pura bodo amat, padahal wajahnya masih terlihat kesal dengan gurauan teman-temannya barusan.
"Eh..eh.. Rey kan nggak ikut-ikutan, kok Lo bilang semua sih? Rey, liat noh Dino ngajak ribut."ujar Angga semakin memanas-manasin Dino sambil cekikikan nggak jelas.
"Apaan sih lho, Rey aja nggak masalah tuh."ucap Dino tak mau mengalah.
Angga melihat sekilas wajah Rey, dan dia terdiam seketika. Dalam hatinya berkata 'Buset ini anak ngapa dah muka serius amat gitu. Kan serem jadinya, tapi gue nggak ada salah ngomong kan yak?. Hadeeeh' Angga masih sibuk dengan pikirannya dan sedikit termenung.
Sedangkan Dino dan yang lainnya masih terus mengamati Mawar, yang terus berjalan melewati lorong demi lorong dengan santai. Untuk sampai ke kelasnya tanpa terganggu sedikit pun dengan obrolan ringan anak-anak famous ini.
Sedangkan Rey hanya terdiam tanpa melirik Mawar sedikit pun. Dia tak ikut menanggapi celotehan teman-temannya. Rey seolah tak peduli dengan sekitarnya, raut wajahnya benar-benar terlihat serius. Siswi lain pun tak ada yang berani bertegur sapa dengan Rey, atau pun hanya sekedar bergenit manja untuk mencari perhatiannya. Mereka hanya melihat Rey dalam diam dengan tatapan memuja seolah-olah Rey adalah seorang Dewa pada masa lampau.
Mawar pun tak peduli dengan segerombolan makhluk hidup yang banyak dipuja para cewek sekolah ini. Yaa.. mereka termasuk jajaran para cowok famous disini. Tak acuh dengan celoteh mereka, Ia terus memandang lurus kedepan tanpa memperhatikan sekitarnya, seolah hanya Dia yang sedang berjalan di lorong sekolah. Walaupun tidak sedikit dari mereka yang bercicit membicarakannya. Peduli apa Dia? Mereka hanya teman seangkatan yang sekedar diketahuinya. Selepas lulus pun dia sudah tak akan bertemu dengan mereka semua. Jadi, Mawar tak ambil pusing dengan semuanya, terserah mereka mau berbuat apa selama tidak merugikannya 'it's ok'.
"Gila sih. Itu cewek cueknya nggak ketulungan banget sih."ucap Doni anak kelas sebelah.
"Haii.. Mawar."
Dia hanya melirik sinis seseorang yang baru saja menyapanya dengan akrab. Begitulah kebiasaannya setiap berpapasan, seolah kami teman lama yang sudah tidak bertemu. Padahal udah berkali-kali nggak pernah di gubris, tapi masih aja nyapa terus. 'Cowok aneh.'rutuknya dalam hati.
"Yah.. Ren cuma dilirik doang tuh. Kasian amat dah lo."tawa yang lain pun meledak
"Abis, SKSD banget si lo, udah tau emang dia cewek begitu, masih aja sok deket."celetuk salah satu temennya.
"Tampang boleh ganteng dari gue, tapi kelakuan jangan lebih gampangan deh Ren."sinis Ryo temen sekelas Reno.
"Gue cuma gini kalo ke Mawar, nggak ke cewek lain. Paham?!"sewot Reno.
"Udah deh debat mulu kalo soal Mawar. Mending Mawar buat gue ajaa."celoteh Angga
"Yeee... dasar sarap. Sama aja ogep!"
Ryo menimpali, disusul toyoran kepala semua temannya, sambil berjalan santai mendengar makian Angga.
"Awas .. aja Lo pada ye! Kambing emang Lo semua."rutuk Angga mulai kesal dengan tingkah sahabatnya.
"Aaah.. udahlah, ntar aja lanjutin lagi pas istirahat."kata Doni menyudahi berdebatan itu.
"Tapi Ren, paling nggak jurus modus yang terakhir, bisa lo manfaatin sebagai trik untuk deketin Mawar dengan cara yang effortless dan super smooth, bro. Ibarat kata, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Dijamin kena di hati. Jangan main cas cus cas cus aja Lo! Liat dulu siapa ceweknya. Udah tau Mawar beda dari cewek lainnya. Pake cara alus dan sabar tentunya. Iye nggak gaes?"ucap Angga menambahi panjang kali lebar dengan ciri khasnya yang sok cakep.
Tapi emang Angga masuk kategori sosok ganteng di sekolah itu sih, jadi wajar kalo percaya dirinya tinggi.
"Yoi bro!"jawab serempak teman segengnya sambil cekikikan dengan ocehan Angga yang menurut mereka terlalu ribet.
Hahahaha...
Karena ulah Angga barusan, tawa membahana para famous itu pun diperhatikan anak lainnya dengan takjub. Sebelum akhirnya mereka memasuki ruang kelasnya masing-masing.
'Hish.. semakin dia kek gitu, gue jadi makin semangat buat deketin dia. Tuh cewek emang menantang' tekad Reno dalam hati yang seolah tak mau tinggal diam sehabis dicuekin Mawar.
Dari kejauhan ada seseorang yang hanya menatap sinis dengan senyum liciknya, tanpa diketahui orang lain. Dia merasa perannya semakin berkurang semenjak Mawar menjadi famous disekolah.
'Ish.. dasar cewek caper. Sok jual mahal. Tunggu aja Lo ya.'ucap sosok itu dalam hati sambil tersenyum sinis.
°°°
Tbc
Haii readers, ini adalah cerita pertamaku di Webnovel. Mohon masukannya untuk kelancaran cerita ini kedepannya. Terimakasih.
°°°Support kalian untuk penulis adalah yang terpenting°°°