°°°
"Waaaaah... gila lo Riz! Mulut apa toak sih? Kaget gue."sentilan Angel mendarat di telinga Riza
"Iyaaniih, jadi banyak yang liat noh."gerutu Wina.
Balasan Riza seolah cuek, sambil mengusap telinga yang barusan di sentil Angel.
"Bodo amaaat. Lagian ngapaian kalian pade bengong di sana, hah? Lagi liat nenek lampir ya? Sampe hampir kemasukan lalat tuh mulut."
"Gaje dah lo Riz. Itu tadi si Angel ngomel liat adek kelas centil."balas Sena
"Oh, Serly? kan emang gitu. Masa bodoh ajalaah, selama dia nggak ganggu hidup kita."ucap Riza
Tanggapan Angel masih sama. "Tadinya juga gitu Riz, tapi eneg lama-lama guenya."
"Yaah, gitulah Angel. Udaah. kalian pada mau pesen apaan nih? Biar ntar gue sama Wina yang pesenin."serobot Sena
"Gue bakso sama es jeruk ya."ucap Riza tanpa ada tanggapan lain.
Angel menanggapi dengan bersorak."Asyiiik... gantian dah besok gue yang pesenin. Gue Mie Ayam sama es jeruk juga yaa."
"Gado-gado sama jus lemon deh."ujar Anisa
"Lo apa War?"kata Sena melihat Mawar yang cuma diam tanpa berniat mengucapkan pesanannya.
Mawar menoleh menatap Sena kaku, sambil berucap "Oh.. samain kayak Angel aja. Makasih."
"Okee... semua pesanan siap di pesan."ucap Sena dan mulai beranjak dengan Wina disampingnya.
Wina dan Sena berpencar menuju stand pesanan semua sahabatnya, agar tidak lama menunggu, melihat antrian yang semakin mengekor dan berdesakan antara satu dengan yang lain.
Sementara di meja Riza dkk, mereka sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Seolah tak ada orang disisi mereka. Tiba seorang kakak kelas menghampiri meja mereka.
"Haii, boleh gabung nggak?"ucap cowok itu, melirik kearah Mawar.
"Semua mata tertuju pada kakak kelas itu kecuali Mawar yang masih asyik dengan buku bacaannya. Seolah dia tak terusik sedikitpun dengan kedatangan makhluk lain disekitarnya."
"Oh, boleh. Lagian ini tempat umum juga."balasan Riza sekenanya.
"Riiiizzz..."gumaman Angel memelototi Riza, karena seenaknya memutuskan secara sepihak.
"Apaa?"balas Riza tak mengerti isyarat Angel.
"Huuuft."Angel pun hanya pasrah karena udah terlanjur juga.
Sedangkan Anisa hanya melihat interaksi dua sahabatnya tanpa merespon.
Tak lama kakak kelas itu memanggil teman yang lain, buat gabung bareng dia. Sontak Angel makin kesal di buatnya. Karena tak bisa makan dengan tenang bareng sahabatnya.
Begitu Wina dan Sena mendapatkan semua pesanan ke empat sahabatnya. Melihat dari jauh, mereka sedikit tersentak karena meja sebelah kiri digabung menjadi satu.
"Jadi rame deh."gumam Sena sambil terus berjalan menghampiri meja mereka.
"Yaah, kenapa harus gabung sih tuh kakak kelas. Bikin bete aja."gerutu Wina tak jelas karena suaranya tertutupi kebisingan kantin. Akhirnya dia hanya bisa ngekor Sena dibelakangnya.
"Niiih pesenan kalian."ucap Sena dengan kesal.
"Kenapa tuh muka kusut banget?"jawab Riza
"Gpp, cuma kesel aja sama orang yang tiba-tiba nimbrung nggak jelas, sok kenal."sindir Sena sarkas
"Eh.. udah duduk dulu Sen, capek yaa udah ngantri buat pesenan kita? Niih minum dulu biar adem."serobot Anisa sambil menyodorkan minuman ke Sena. Menengahi perdebatan kurang penting itu agar tidak meluber kemana-mana.
Buat Sena, bersama sahabatnya seperti ini adalah hal langka, apalagi Mawar yang mau diajak ke kantin. Pantas kalau Sena kesal dengan tingkah kakak kelas yang seenak jidat. Coba kalau Sena tadi tidak mengantri pesanan, pasti sudah ia tolak mentah-mentah tawaran untuk gabung sama mereka.
°°°
Sesampainya di kelas Sena masih bete karena ulah kakak kelas yang mencoba menggoda Mawar. Untung si Mawar tidak menanggapi. Tau sendirilah sifat Mawar yang kayak salju. Dingin, namun aslinya lembut dan tulus.
"War, tadi lo gpp digodain gitu?"tanya Sena.
"Heemmm."balas si Mawar.
"Lo nggak ke ganggu dengan candaan garing mereka?"tanya Sena penasaran.
"Heeemmm."tanggapan yang masih sama dari Mawar.
"Syukurlaah. Hampir aja orang-orang itu ku tinju."ucap Sena lega.
Tanpa sepengetahuan Sena, Mawar hanya melirik sekilas sambil sedikit tersenyum.
Pelajaran Sejarah yang mengenalkan kehidupan silam itu berakhir dengan tumpukan pekerjaan rumah tanpa toleransi. Digantikan dengan praktek Biologi yang mengharuskan siswanya berganti pakaian menggunakan seragam lab.
Selama perjalanan menuju lab Biologi, yang melewati lapangan basket. Ternyata di jam pelajaran begini masih ada aja anak ekskul yang bermain basket.
"Eh, kok ada yang main basket jam pelajaran gini sih?"celetuk Angel.
"Oh itu, mereka kan mau tanding sebulan lagi. Jadi, latihannya di perbanyak. Biar bawa pulang piala."
"Oooh, kirain. Tapi, bukannya masih bisa pas balik sekolah yaa? sampai malem gitu latihannya."
"Nggak bisa Ngel. Jadwal kelas mereka juga udah diatur kok, biar nggak ketinggalan mapel atau tugas. Kalau abis pulang sekolah ntar mereka masih latihan. Tapi latihan ringan aja sampai jam 17.00WIB. Malem mereka harus istirahat, menghindari cidera atau hal negatif lainnya."jelas Riza
"Ooo.. gue baru paham."jawaban Angel sambil memonyongkan mulutnya, karena mulai mengerti rutinitas pemain basket disekolahnya.
"Itu bukannya si Rey ya? Gilak dia ganteng banget sih. So cool!"serobot Wina heboh, yang tidak mengalihkan tatapanya kearah lain selain melihat Rey.
Seolah terusik, Mawar mengikuti arah pandangan Wina. Sambil terus mengamati permainan Rey.
Sedangkan dilapangan basket, seolah ada magnet, Rey dkk berhenti bermain dan menoleh ke segerombolan cewek IPA.1 itu. Dari tatapannya Rey hanya melihat kearah Mawar tanpa berucap atau tersenyum.
Mawar yang merasa ditatap bungkam, tanpa mengalihkan pandangannya kelain arah. Tetap menatap Rey, begitu pun dengan Rey yang masih terus memperhatikan Mawar dengan lekat.
Disekitar mereka cewek-cewek dari kelas lain yang kosong pelajarannya memberikan dukungan. Dengan bersorak atau membawakan air mineral untuk menghilangkan dahaga, serta tidak lupa ada yang membawakan handuk atau tisu sekedar mengelap keringat. Melihat cuaca hari ini cukup terik membuat mereka semakin maskulin dengan keringat yang berjatuhan dibagian leher.
Tampak seorang kakak kelas cewek menghampiri Rey mengulurkan air mineral ke hadapannya. Rey hanya melihat sekilas dan mengambil botol minum yang dibawanya dari rumah. Tanpa mengindahkan pemberian kakak kelas tersebut.
Kakak kelas itu kesal dan pergi. Diikuti segerombolan teman cewek lainnya. Rey pun menatap keatas mencari sosok yang tadi diliatnya. Namun sosok itu sudah tidak berdiri ditempat yang tadi.
"Huuuuft."gumam Rey.
"Kenapa Rey?"sahut Reno.
Rey membalas dengan gelengan kepala. Membuat bingung sahabatnya.
"Kenapa Dia?"tanya Doni ingin tahu.
"Ntahlah. Tiba-tiba jadi es lagi kek gitu."jawab Reno sekenanya.
"Moodnya akhir-akhir ini sering nggak bagus sih."sahut Dino menimpali.
"Padahal dulu tanpa perubahan mood yang singkat wajahnya udah nggak enak aja. Walau ganteng. Apalagi yang sekarang tambah nyeremin kalo gitu."tambah Ryo.
"Iyaa, dia kenapa ya?"tanya Reno pada sahabatnya.
Dijawab dengan gelengan kepala para sahabatnya.
"Padahal dikelilingi cewek-cewek cantik. Tapi nggak ada yang kecantol."sahut Angga.
"Cewek mulu' yang ada di otak lo Ngga."ucap Ryo sinis.
"Yeee, hidup tanpa makhluk rapuh itu kurang afdhol buat hidup gue."jawaban Angga bikin eneg yang denger.
"Dasaaaar otak cacing!"jawab Ryo sarkas.
"Emang cacing punya otak ya?"ucap Angga menimpali sambil berpikir.
"Menurut lo? Pikir aja sampai rambut nenek lo item lagi."jawab Ryo datar.
"Oh, gue semir item dong."tanggapan Angga yang terlalu garing.
"Hhahaha... dosa taug."sahut Doni sambil tertawa ngakak.
"Terserah lo daah.. capek ngomong sama cacing kek lo."jawab Ryo.
"Lagian ditanggepin mulu' si Angga. Udah tau emang gitu anaknya."ucap Reno menengahi perdebatan tak berfaedah ini.
Ryo yang kelewat cuek melewati Angga acuh tak acuh.
Sedangkan Rey dan Dino sudah melanjutkan latihan mereka tanpa terusik perdebatan tak jelas para sahabatnya.
°°°
Tbc
Haii, kembali dengan cerita Mawar Bersalju yang masih menjadi misteri. Simak terus kelanjutannya. semoga kalian suka yaa..
See you...