"Vanya!!!"
Anthony berseru sambil menghampiri meja Vanya untuk memastikan apa yang sudah dilihatnya. Dia tidak sadar degan seragam Cleaning yang membalut badan dan lagi dia membawa alat pel lengkap di tangannya.
"Wahh!! Cleaning Service itu sedang ngapain? Tidak lihat apa ada tamu penting??" gumam salah satu karyawan disana.
"Iya, aku setuju denganmu. Dia karyawan baru ya? Cepat siapa pun itu, usir dia dari sana!!!" sahut salah satu dari mereka.
Mereka tidak tahu bahwa Vanya tidak serendah yang mereka pikirkan. Dia menghargai orang tidak dari pakaiannya. Anthony sudah berdiri di samping meja Vanya.
"Tony, kamu sedang melakukkan apa? Cepat kembali bekerja!!!" pinta Narwan.
Anthony tidak mengindahkan peringatan Narwan, dia sangat tertegun melihat Vanya di depan matanya.
"Sebentar?? Kita pernah bertemu dimana ya?" Vanya masih mencoba mengingat wajah Anthony.
"Aku pria yang ada di rumah sakit waktu itu. Lihatlah!! Berkat kata penyemangat darimu, aku sekarang bugar begini," Anthony sangat bersemangat menjawab pertanyaan Vanya.
Narwan yang melihat Vanya berbicara dengan Anthony itu dia mencoba mengingatkan posisi Anthony.
"Bu Vanya, dia Anthony bekerja di bagian Cleaning Service yang baru bergabung seminggu yang lalu. Saya juga disuruh suami anda, pak Purnomo untuk mengawasi ibu Vanya selama bekerja di restoran ini," kata Narwan.
Apa yang dibilang pak Narwan? Suami? Purnomo? Vanya sudah menikah, batin Anthony.
"Memang kenapa, Pak? Apa ada larangan kalau aku tidak boleh berbicara dengan seorang Cleaning service?" tanya Vanya dengan nada sedikit kesal.
"Ehmm, tidak ada Bu," sahut Narwan.
"Bagus!!! Ya sudah Pak, tolong tinggalkan kami sebentar!!" pinta Vanya.
Narwan tidak ada pilihan lain selain menuruti perintah istri muda bos besar yang mempercayainya. Dia pun segera meninggalkan mereka, lalu berjalan menuju kantor.
Para karyawan disana tercengang melihat kelakuan Vanya, ada yang menyangyangkan dan ada yang mendukung keputusannya. Namun, mereka tidak berani bersuara setelah tahu siapa Vanya.
"Kalian yang berkumpul disana, kembalilah bekerja," pinta Vanya.
"Baik Bu," jawab mereka serempak.
Anthony masih bengong, dia melihat apa yang baru Vanya lakukan membuat dia tambah terpesona. Sekejap Anthony lupa pertanyaan yang memenuhi kepalanya tadi.
"Anthony, silahkan duduk!!" pinta Vanya.
"Terimakasih sudah mengingatku dan memberiku semangat waktu itu. Izinkan aku kembali bekerja, kalau boleh aku ingin meminta waktumu saat istirahat nanti," ucap Anthony tersenyum, mata hijau zamrud Anthony itu memikat sekali.
"Bo...leh, tentu saja boleh. Temui aku di kantor manager," jawab Vanya, dia sempat tergagap melihat senyuman Anthony. Vanya dengan cepat menguasai diri agar tidak terhanyut dalam situasi saat ini.
Anthony kembali bekerja, dia beralih ke dapur untuk membersihkan lantai. Cleaning Service di restoran itu berat, tugasnya merangkap bisa menyapu, mengepel, mencuci perabot dapur yang kotor, membuang sampah dan lagi gajinya paling rendah sendiri.
Anthony tidak begitu peduli, yang terpenting adalah bisa menyambung hidup. Dan yang lebih penting lagi adalah dia bisa bertemu dengan Vanya.
Vanya!! Kamu memang wanita cantik luar dalam!! Batin Anthony.
Asisten koki melihat kejadian Vanya di Hall tadi saat dia mau ke toilet, dia sangat tertarik dengan Anthony yang menurutnya sangat keren. Melihat Anthony membersihkan lantai dapur, dia pun mengajaknya berbicara.
"Kamu baru ya? Kenapa mau bekerja di Cleaning Service? Aku yakin kamu mempunyai kemampuan di bidang lainnya?"
"Iya, aku baru seminggu. Semua ijazahku hilang saat aku pindah rumah. Bekerja sebagai Cleaning Service aku menikmatinya," ungkap Anthony.
"Kasihan sekali hidupmu!! Aku Jarot!!" Jarot mengangkat tangan untuk memberi jabatan tangan kepada Anthony.
"Aku Anthony," ucap Anthony, dia menjabat tangan Jarot.
Awal pertemuan mereka yang tidak disangka Anthony, bahwa Jarot akan menjadi sahabatnya di restoran.
Setelah hampir 3 jam membersihkan area restoran akhirnya selesai juga, para pengunjung sudah mulai berdatangan. Restoran Seafood itu cocok sekali untuk makan bareng keluarga maupun bersua dengan kekasih. Gazebo yang tersedia itu menambah nyaman untuk menyantap hidangan dengan lesehan. Belum lagi merasakan angin semilir yang dihiasi pemandangan sawah yang asri menambah nilai plus restoran tersebut.
Vanya sudah di dalam kantor manager, dia melihat sistem kerja mengelola sebuah restoran. Sesekali dia melirik jam yang ada di tangannya, untuk menunggu apakah waktu istirahat sudah tiba.
"Hah!!! Kenapa aku sangat ingin bertemu dengan Anthony?? Kalau ingat lagi kejadian waktu di rumah sakit itu, aku sangat malu sekali!!!" gumam Vanya.
Vanya sedang menyesali awal pertemuannya dengan Anthony, kalau bisa memilih dia ingin mengganti pertemuan yang indah saja. Sayang, itu semua tidak mungkin terjadi. Vanya yang sibuk dengan pikirannya itu buyar ketika suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk!!!"
Vanya mengizinkan siapa saja bertemu dengannya, dia sangat senang setelah melihat seseorang itu adalah Anthony. Vanya berdiri untuk menyambutnya, lalu dia mempersilahkan Anthony duduk.
"Apa kabarmu?? Apakah kamu juga berhasil melewati masalahmu?" tanya Anthony.
"Hah!!! Masalah yang mana?" tanya Vanya berpura-pura.
Apa iya, dia tahu masalah yang baru saja dialaminya? Kenapa dia bisa tahu? Cerita atau tidak ya? Batin Vanya.
"Jangan berbohong!!! Aku tahu kamu sedang menyembunyikan masalah. Ceritakan saja padaku? Aku bisa dipercaya?" Anthony menawarkan diri untuk menjadi teman curhat Vanya.
Vanya tidak tahu kenapa, dia seperti terhipnotis oleh tatapan mata hijau zamrud milik Anthony. Dia akhirnya membagikan kisah hidupnya.
"Kamu tahu papiku, Murti Kencana?? Karena ketamakannya, dia rela menjualku ke relasinya. Aku terpaksa menikah dengan pria tua seumuran dengan papiku,"
"Aku merasa hidup tidak mengizinkanku bahagia, sejak kecil aku hidup di sangkar emas. Hidupku bukan jadi milikku, semua diatur dari kata, tindakan, pakaian oleh mamiku. Hingga beranjak dewasa sampai umurku 20 tahun ini, aku berakhir ke pelukan si Bandot Tua itu," ungkap Vanya.
"Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara keluar dari masalah ini, aku hanya ingin menjalani hidupku sendiri. Tapi apa dayaku?" Vanya mulai meneteskan airmata.
Kasihan sekali Vanya. Masalah dia lebih besar dari dugaanku, bagaimana pun carannya aku ingin membantunya keluar, tekad Anthony dalam hatinya.
"Jangan menyerah, aku bersedia menjadi teman untuk mencari cara agar bisa keluar dari masalahmu. Tersenyumlah, kamu wanita tegar dan cantik, tidak pantas mengeluarkan airmata untuk si Bandot Tua itu!!!" kata Anthony mencoba menghibur Vanya.
Vanya menghapus air matanya, dia terpacu untuk menegakkan kepala melawan Purnomo. Kemudian dia tersenyum kepada Anthony.
Senyum Vanya yang menawan itu memikat hati Anthony, dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk selalu membuat Vanya tersenyum.
"Echh!! Kamu tinggal dimana? Bukannya waktu itu kita bertemu di rumah sakit ibu kota?" Vanya bertanya, dia sudah kembali tenang setelah mendengar ucapan Anthony.
"Aku tinggal bersama nenekku di kampung dekat kota ini. Mungkin itu sudah ikatan takdir, dan aku kembali dipertemukan dengan dirimu lagi," ungkap Anthony.
Apakah pertemuan mereka memang takdir atau hanya kebetulan semata?