Chereads / Merebut Jodoh / Chapter 10 - Pertemuan Kedua

Chapter 10 - Pertemuan Kedua

Purnomo memiliki beberapa bisnis, mall, hotel dan restoran seafood. Semua bisnis itu dikelola oleh orang kepercayaannya bertahun-tahun, orang itu adalah Narwan.

Di bawah kepemimpinannya, Narwan berhasil membuat laba yang cukup besar untuk Purnomo. Hasil yang dicapainya sudah menjadi bukti bahwa dia dapat diandalkan.

Restoran Purnomo memiliki banyak cabang salah satunya di pinggir kota dekat kampung neneknya Anthony. Restoran itu bernama Bambu Kuning yang sedang mencari tenaga kerja sebagai Office Boy atau Cleaning Service.

Anthony sudah hampir seminggu tinggal di rumah neneknya, rumah kampung berbentuk limas dengan lantai berlapis ubin yang sederhana jauh dari kesan mewah tidak seperti rumahnya dulu.

Suami dan anak perempuannya meninggal, hidup hanya menggantungkan dari kiriman anaknya melalaui kantor pos. Namun, sudah beberapa bulan ibu Yasmini tidak mendapatkan kiriman justru dia mendapat kabar bahwa anaknya meninggal.

"Ton!! Ayo sarapan dulu!!" ajak neneknya.

"Iya Nek,"

Anthony sedang memberi makan ayam, lalu dia mencuci tangan dan masuk ke dalam rumah. Anthony sudah memberikan uang 2 juta kepada neneknya untuk biaya hidup sehari-hari. Dia sendiri hanya pegang 1 juta rencana akan dia belikan handphone biasa dan sisanya sebagai pegangan untuk dirinya sendiri.

"Nek ini apa?" tanya Anthony.

Dia menunjuk sayuran berwarna coklat yang sudah dicacah, lalau dimasak dengan bumbu rempah dengan cara ditumis.

"Ini sayur tumis jantung pisang, Ton. Makanlah!!"

Ibu Yasmini tersenyum, lalu menyendok sayur tersebut dan diletakkan di piring Anthony. Anthony masih menatap sayur itu, dia agak ragu untuk memakannya.

Jantung pisang!!! Rasanya seperti apa? Enak tidak ya? Batin Anthony.

Dia melihat nenek sudah memakannya dengan nasi, Anthony pun mencoba sesuap tanpa nasi, sayur itu empuk, gurih dan pedas yang rasanya masuk di lidah Anthony, dia pun suka.

"Enak Nek, Tony suka!!" seru Tony sambil menambah sayur jantung pisang dengan lauk kerupuk.

Ibu Yasmini tersenyum melihat Anthony makan dengan lahap, dia menatap cucunya yang kian besar dan tampan. Wajah berbentuk Diamond dengan hidung mancung, bibir bawah penuh dan satu lagi warna mata yang langka berwarna hijau zamrud. Tinggi sekitar 175 cm, berkulit sawo matang layaknya seorang pria Pribumi biasa hanya saja matanya yang berbeda karena hasil dari pernikahan campuran.

"Nek, ayo makan. Kenapa jadi lihat Anthony terus Nek?" tanya Anthony.

Ibu Yasmini tersenyum dan berkata, "Nenek tidak menyangka, kamu tumbuh menjadi seorang pria tampan."

Anthony hanya menyunggingkan sebuah senyum yang menawan, lalu mereka melanjutkan makan lagi. Setelah selesai dengan sarapan Anthony berencana ke kota.

"Nek, Tony berangkat dulu ya. Nenek mau dibeliin apa?" tanya Anthony.

"Tidak ada Ton. Kamu hati-hati di jalan!!" kata ibu Yasmini.

Anthony jalan kaki ke pangkalan ojek, banyak abang ojek yang duduk menanti penumpang.

"Bang, kalau mau ke kota berapa ongkosnya?" tanya Anthony.

"10 ribu Mas, nanti diantar sampai alun-alun saja. Mas mau kemana?" Abang ojek itu balik bertanya.

"Saya mau ke toko ponsel, Bang," jawab Anthony.

"Ohh!!! Kebetulan sekali Mas, tujuanmu itu dekat alun-alun, disana banyak terdapat toko ponsel. Mas tinggal pilih,"

Abang gojek itu tersenyum, akhirnya mendapatkan penumpang setelah beberapa jam menunggu. Anthony tanpa pikir panjang menyanggupi ongkos tersebut.

Mereka sudah diatas motor, pemandangan kota yang hanya beberapa gedung bertingkatnya itu terlihat sibuk. Namun, keadaan kota tertata rapi dan bersih. Pembangunan besar-besaran baru saja selesai di kerjakan Walikota setempat. Anthony sudah turun di alun-alun kota, dia membayar ongkos lalu berjalan melihat toko ponsel yang berjajar tanpa takut dagangannya tidak laku.

"Mbak tolong carikan saya ponsel yang biasa saja," ungkap Anthony.

"Ada ponsel merek Ponia harganya 300 ribu. Aplikasi yaang tersedia hanya radio dan game ular-ularan, Mas,"

Karyawan toko itu menerangkan sambil senyum-senyum sendiri melihat Anthony yang sangat tampan di depannya.

"Ya sudah Mbak, aku ambil yang itu saja," kata Anthony.

Tidak masalah, yang penting aku bisa mempunyai nomor baru. Jika nanti aku melamar pekerjaan, nomor telepon sangat aku perlukan, batin Anthony.

Anthony menyelesaikan pembayaran, kemudian dia keluar toko sambil menghafal keadaan sekitar. Anthony tidak sengaja melihat selebaran kertas yang tertampal di pohon, lalu membaca selebaran itu.

'Dibutuhkan tenaga kerja sebagai Cleaning Service di restoran Bambu Kuning segera'

"Wah!! Kesempatan bagus, saat ini aku butuh pemasukan," gumam Anthony.

***

Vanya bosan hanya di rumah tanpa mempunyai kegiatan, di rumah Purnomo setiap pagi ada orang yang mengerjakan pekerjaan rumah. Untuk urusan dapur Anita memegangnya sendiri.

"Mbak!!" panggil Vanya.

Anita sedang serius membaca majalah di dekatnya, sedangkan Vanya duduk sambil makan makanan ringan.

"Kenapa, Vany? Apa yang kamu inginkan?" tanya Anita tanpa menoleh, pandangannya masih fokus ke majalah.

"Ada pekerjaan buatku tidak?? Aku bosan di rumah terus, aku ingin bekerja kalau boleh!!!"

Anita menutup majalahnya, lalu dia tertarik dengan perkataan Vanya.

"Kamu serius?? Bekerja itu capek loh!!" ungkap Anita.

Vanya hanya meringis, setelah melihat Vanya yang jauh lebih muda darinya. Anita sadar, pasti gadia seumuran dia haus mencari pengalaman dalam hidupnya.

"Baiklah, coba nanti aku bicarakan dengan Mas Purnomo. Kebetulan restoran kita buka cabang di kota sebelah, lumayan sekitar 2 jam perjalanan," terang Anita.

"Aku mau Mbak, aku bisa bekerja apa saja untuk mengisi kekosongan hariku," jawab Vanya antusias.

"Ada sih, bisnis lain keluarga kita yaitu hotel dan Mall. Kamu mau bekerja dimana?" tanya Anita.

"Di restoran saja Mbak, aku tertarik ingin berkecimpung di dunia masak-memasak,"

Vanya suka saja melihat orang memasak, dan ingin mencobanya. Anita tampak menyetujui permintaan Vanya.

"Oiaa sebelum itu, kita urus masalah ranjang yuks!!!" usul Anita.

"Iya itu gimana Mbak?" tanya Vanya tertarik.

"Ehmm!!! Di kamarmu masih ada Wine kan? Tinggi kita kan sama, dan bentuk wajah juga sama-sama oval. Apa kita potong rambut dengan gaya yang sama ya?"

"Mas Purnomo jika ingin tidur denganmu, suruh saja minum Wine. Setelah mabuk, aku akan mengganti peranmu di kamar. Gimana?"

Anita mencoba menanyakan pendapat Vanya, dia sedang menunggu jawaban.

"Bagus sih Mbak. Tapi apa mau setiap kali ke kamar disuruh minum Wine?" sanggah Vanya.

"Coba saja dulu, sementara pakai cara itu saja sambil merencanakan siasat berikutnya," kata Anita.

Vanya menyetujui cara Anita, dia tidak ada pilihan lain untuk saat ini. Berharap Purnomo mendapatkan perjalanan dinas berbulan-bulan agar Vanya bisa sedikit bernapas lega.

Setelah hampir seminggu akhirnya Vanya mendapatkan persetujuan dari Purnomo, Vanya sangat senang. Mulai besok dia mempunyai aktivitas baru yang sangat dinantikannya.

Hari cepat sekali berganti, Vanya baru saja sampai di restoran Purnomo. Vanya kaget dari depan restoran tampak sempit, dia baru tahu setelah memasuki jalan restoran dan memarkirkan mobilnya. Restoran itu sangat luas, terdapat banyak gazebo yang tertata rapi, gedung pertemuan untuk meeting maupun Hall.

"Wahh lihat.. lihat!!! Siapa dia cantik sekali!!! Bahkan pak Narwan pun datang menyambutnya!!!" kata salah satu karyawan restoran kepada temannya.

Karyawan disana sangat heboh dengan kedatangan Vanya, Anthony sedang membersihkan lantai Hall tersebut ikut tertarik dengan wanita yang baru saja datang. Dia baru saja bekerja 3 hari di restoran Purnomo.

Vanya disambut Narwan dan diarahkan untuk duduk di Hall, segera saja karyawan menghampiri mereka untuk menawarkan minuman ataupun makanan.

Anthony yang melihat tidak jelas itu penasaran dan mendekati mereka.

"Vanya??" panggil Anthony, dia tidak sadar memanggil nama Vanya dengan berteriak saking terkejutnya.

Sontak semua orang yang ada di Hall itu menoleh menatap heran ke arah Anthony. Bagaimana dengan reaksi Vanya ya?